Oleh: Ali Mansur Monesa
beritabernas.com – Fenomena kontemporer menjadi diskursus bersama sebagai intelektual, tentu mengevaluasi setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan mempertahankan tujuan dari ilmu pengetahuan menjadi kewajiban.
Jika pendidikan hanya mendidik pikiran tanpa mendidik hati sebagai repsentasi nilai dalam tindakan maka pendidikan akan mengalami tujuan terbalik bukan memanusiakan manusia mala sebaliknya, sebagai upaya untuk menjaga substansi dari ilmu pengetahuan itu sendiri.
Dalam perkembangan teknologi rasa-rasanya nilai-nilai dalam pendidikan mengalami pergeseran secara subtantif terutama dalam ruang lingkup pendidikan. Pelaksanaan pendidikan perlu dikaji kembali sesuai dengan asas-asas urgensi dari pendidikan. Sebab pendidikan bukan sekadar proses mentransfer ilmu pengetahuan tetapi penanaman nilai budi pekerti serta menjaga sebagai keharusan itu lebih penting.
Dalam suasana pergeseran nilai dalam dunia pendidikan harus ditelaah kembali melalui induk dari ilmu pengetahuan, yakni filsafat sebagai basis fundamental untuk menyelaminya. Aksiologi sebagai cabang filsafat yang fokusnya mengkaji tentang nilai atau dengan kata lain filsafat nilai memiliki peran penting untuk mengejawantahkan pentingnya penanaman nilai dalam dunia pendidikan.
Filsafat nilai atau aksiologi adalah upaya untuk mengetahui pengertian ruang lingkup aksiologi. Mengetahui hakikat nilai dan aliran-aliran aksiologi. Selain itu juga untuk memahami fungsi nilai dalam budaya masyarakat yang selalu berkembang, dan menganalisis hubungan antara nilai-nilai hidup dengan perkembangan zaman.
Sebagai cabang filsafat yang mempelajari nilai atau norma terhadap suatu ilmu, filsafat aksiologis, fokus nilai dalam filsafat aksiologi diartikan sebagai keutamaan, keberhargaan atau kebaikan.
Kemudian nilai dapat dibedakan menjadi tiga: nilai logika yaitu nilai benar-salah; nilai estetika yaitu nilai indah-tidak indah (buruk, jelek); dan nilai etika atau moral yaitu nilai baik-buruk. Berikut saya mengutip paradigma dua filsuf besar tentang aksiologi yaitu Imanuel Kant dan Arietoteles.
Immanuel Kant (1724-1804) adalah salah satu tokoh penting yang fokus pada persoalan aksiologi. Sebagai cabang filsafat yang mempelajari nilai-nilai dan norma-norma terhadap suatu ilmu. Berikut beberapa pandangan Kant mengenai filsafat Aksiologi: Tindakan moral harus didasarkan pada prinsip-prinsip universal, bukan pada konsekuensi tindakan.
Kebaikan dari suatu perbuatan diperoleh atas dasar pemenuhan kewajiban dan tidak memperhatikan tujuannya. Pertanggungjawaban terhadap moral harus didasarkan kepada hati nurani manusia. Menurut Aristoteles, pendidikan adalah pembentukan karakter dan karakter adalah hasil dari kebiasaan. Aristoteles meyakini bahwa pendidikan tidak hanya untuk menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk karakter seseorang.
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai-nilai dan bagaimana manusia menggunakannya sebagai ilmu. Aksiologi dalam pendidikan adalah pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan nilai-nilai dalam kehidupan manusia dan membinanya untuk ditanamkan di dalam kepribadian diri.
Dalam aksiologi, nilai yang dibahas meliputi nilai-nilai kebaikan, kebenaran, keindahan, dan religius.
Perbedaan ilmu dan nilai
Ilmu adalah pengembangan dari kumpulan pengetahuan yang diuji kebenarannya dan disusun secara sistematis radikal universal rasional berdasarkan metode-metode ilmiah. Tujuan ilmu untuk mengungkapkan suatu realitas sebagaimana adanya sesuai tentan norma-norma keilmiahan berdasarkan hasil obsevasi penelitian yang dapat dipertanggunjawabkan kebenarannya.
BACA JUGA:
Sementara nilai adalah apa yang lahir dari keinginan manusia dengan tingkat keterikatannya sebagai suatu hal yang alami. Nilai dapat bersifat objektif, subjektif, absolut atau relatif. Nlai juga sebagai upaya untuk menumbuhkan kesadaran diri serta tanggun jawab manusia dalam bertindak dalam hal apapun.
Ilmu pengetahuan harus bebas dari berbagai pengandaian seperti faktor politis, ideologi, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya. Bebas nilai adalah tuntutan agar ilmu pengetahuan dikembangkan hanya berdasarkan pada ilmu pengetahuan saja. Tetapi ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari nilai sebab nilai nilai adalah norma sedangkan ilmu seperti instrumen. Setiap manusia memiliki kehendak untuk berbuat baik adalah satu-satunya hal yang baik tanpa syarat.
Kehendak untuk berbuat baik adalah konsep yang lebih luas daripada keinginan yang bertindak atas dasar kewajiban. Kant adalah salah satu filsuf paling berpengaruh dalam sejarah filsafat Barat. Kontribusinya pada metafisika, epistemologi, etik, dan estetika telah memberikan dampak yang mendalam pada hampir setiap gerakan filsafat yang mengikutinya.
Pentinnya Aksiologi Dalam Pendidikan
Salah satu orientasi aksiologi dalam pendidikan untuk membentuk nilai-nilai, sikap, etika serta memgembangkan kepercayaan bagi siswa untuk bertindak sesuai nilai. Sebagai cabang filsafat ilmu yang fokusnya pada tujuan ilmu pengetahuan dan bagaimana manusia menggunakannya.
Filsafat Aksiologi memiliki peran penting dalam pendidikan, selain untuk membentuk nilai-nilai, sikap, dan kepercayaan siswa dalam bertindak pada bukan semata-mata pada tujuan aksiologi juga memiliki peran mengembangkan kepekaan etika dan estetika siswa dalam membentuk pribadi yang menjunjung tinggi nilai tanpa menafikan ilmu filsafat nilai/aksiologi dapat. Selain itu, membantu siswa untuk memahami pentingnya nilai-nilai tertentu dalam kehidupan bermasyarakat.
Peran aksiologi juga dapat membina kepribadian yang mengutamakan nilai serta kompetensi guru agar dapat menjalankan fungsinya serta tujuan pendidikan sesuai dengan nilai, norma mendidik yang benar – benar sebagai pendidikan bukan sekedar mendidik dan membantu menentukan nilai etika dan estetika kurikulum sesuai konteks dimana dan kapan.
Selain itu aksiologi juga memiliki fungsi dan tujuan lainnya seperti: memberikan landasan etis, yang kokoh, menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir kritis, radikal sistematis universal, menumbuhkan jiwa kesenian meningkatkan apresiasi terhadap keindahan, Membantu dalam pengambilan keputusan,dengan kemampuan mempertimbangkan serta mengembangkan peradaban ilmu pengetahuan sesuai fitra, potensi/ide-ide bawaan sebagai manusia, mahluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa (Allah SWT).
Aksiologi pendidikan sebagai cabang filsafat yang mengkaji nilai-nilai dan bagaimana manusia dalam menggunakan ilmu pengetahuannya. Aksiologi berperan penting dalam pendidikan untuk menentukan tujuan dan cara bertindak serta isi dari pendidikan tersebut. Aksiologi berasal dari kata Yunani kuno, yaitu “aksios” yang berarti nilai dan “logos” yang berarti teori.
Ada beberapa karakteristik Aksiologi yaitu memikirkan hakikat pengetahuan dan kebenarannya. Kajiannya mengarah pada dasar-dasar pengetahuan, seperti cara bernalar, berlogika serta sumber pengetahuan, dan kriteria nilai agar pengetahuan tidak berhenti hanya pada tujuan.
Aksiologi juga memperhatikan baik dan buruk, benar dan salah, serta tata cara dan tujuan untuk mencapainya. Dalam pendidikan, aksiologi bertujuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai norma-norma di dalam diri. Sehingga dapat menjadi panduan dalam kehidupan bermasyarakat serta setiap manusia yang dapat membinanya dalam kepribadian (individu), serta menjadi kompetensi utama bagi seorang guru sebagai bagian aristek pemandu arah generasi.
Landasan aksiologis dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia adalah : nilai-nilai Pancasila sebagai dasar yang harus di jiawai pada setiap jiwa masyarakat indonesia, menjadi pedoman hidup bersama yaitu nilai Tauhid atau religius yang menjadi pondasi dasar utama dan sumber nilai bagi nilai nilai kemanusiaan dalam menjalan kehidupannya. (Ali Mansur Monesa, Alumni UPY Yogyakarta)
There is no ads to display, Please add some