Dr Huriawati, Volunter Vaksinasi Covid-19: ICU Sempat jadi Rebutan

beritabernas.com – Pandemi Covid 19 telah mereda seiring dengan kian bertambah jumlah penduduk Indonesia yang tervaksin, dari vaksin 1 hingga vaksin booster. Keberhasilan pemerintah dalam memberi vaksin kepada rakyat Indonesia tak lepas dari peran para volunter yang menyediakan diri membantu pemerintah mempercepat vaksinasi.

Berikut kisah kecil, lika-liku seorang volunter vaksinasi, Dr Huriawati, bagaimana ia berjuang untuk bisa ikut melayani masyarakat dalam hal pemberian vaksin Covid 19.

Korban delta

Jumlah korban Covid-19, khususnya varian delta, Juli 2021, sangat banyak. Korban meninggal dunia tiap hari bertambah. Di Ibukota Jakarta, makam khusus korban Covid 19 di Rorotan, kewalahan. Krematorium tempat kremasi jenazah covid juga kewalahan. Termasuk produsen peti untuk jenazah, di daerah Jonggol lintang pukang menyediakan peti khusus jenazah covid yang diberikan gratis oleh pemerintah. Pabrik peti kesulitan mendapatkan bahan baku.

Di semua rumah sakit para pasien Covid-19 antre panjang. ICU jadi rebutan. Banyak yang terlambat tertangani lalu meninggal dunia.

Pelaksanaan vaksinasi di Paroki.St Laurentius Alam Sutera Foto: AS/beritabernas.com

Vaksinasi menjadi harapan semua orang. Pemerintah menyediakan vaksin gratis. Dan banyak lembaga dan perorangan membantu percepatan pemberian vaksin kepada masyarakat.

Salah seorang yang tergerak untuk membantu percepatan vaksinasi kepada masyarakat adalah dr Huriawati. Seorang nakes yang tinggal di Alam Sutera, kompleks perumahan menengah ke atas di Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Berlatar belakang pekerja sosial di bidang kesehatan, dr Ria, demikian sapaan akrabnya, tergerak hatinya melihat antusiasme masyarakat untuk bisa mendapatkan vaksin covid 19.

Izin internal

Dokter Ria berkisah, untuk bisa membuka pelayanan vaksinasi, dia membutuhkan izin internal gereja, dalam hal ini paroki tempat dr Ria tinggal, yaitu Paroki St Laurentius Alam Sutera. Maka, dr Ria lalu mengilik Kepala Paroki dan Dewan Harian Paroki Alam Sutera. Setelah Romo melihat gereja lain menyelenggarakan vaksinasi, ia mengizinkan.

Dr Huriawati, volunter Vaksin Covid 19. Foto: AS/beritabernas.com

“Banyak permintaan dari umat. Romo juga mendengar sendiri, banyak orang berebut ingin cepat divaksinasi. Akhirnya terbuka jalan. Izin dari internal paroki keluar,” ungkap dr Ria.

Langkah berikutnya, dr Ria mengurus izin ke Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. “Puji Tuhan, jalan mulus. Kepala DinKes murah hati. Dalam seminggu, beliau kasih izin gereja buka pelayanan vaksinasi,” katanya.

Sebelumnya, sejak awal banget, dr Ria belajar SVS (Sentra Vaksinasi Serviam) di Sekolah St Ursula untuk mendapatkan akses vaksinasi. Sambil belajar, dr Ria menghimpun informasi dan mengejar orang-orang yang sudah punya akses lebih dulu dalam melakukan vaksinasi. “Seru, kesel, sedih, tapi gak putus asa,” ujar ibu Nando dan Nanda (keduanya kuliah di Fakultas Kedokteran) ini.

Para Nakes di St Laurentius Alam Sutera: dr Huriawati bersama para Nakes relawan, sebagian besar dokte-dokter muda. Foto: dokumen pribadi

Akhirnya dr Ria bisa mengadakan vaksinasi di Gereja St Laurentius Alam Sutera. Dimulai Mei 2021 hingga saat ini. Dalam pelaksanaan, dr Ria melibatkan banyak nakes, terutama dokter-dokter muda.

Dokter Ria sendiri di SVL (Sentra Vaksinasi Laurensius) menjadi Koordinator Nakes & penyediaan vaksin. Ia juga yang berurusan dengan DinKes dan pihak-pihak yang mempunyai vaksin seperti TNI dan POLRI.

Menurut dr Ria, untuk dapat menyelenggarakan vaksinasi, ia harus berusaha menguasai segala hal tentang vaksinasi, seperti pcare dan aturan pemberian vaksin. (AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *