beritabernas.com – Setiap tanggal 1 Juni , bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila. Bersamaan dengan itu, bangsa Indonesia juga mengingatkan kembali peran penting Yogyakarta dalam sejarah pembentukan dasar negara sekaligus relevansi nilai-nilai Pancasila untuk menjawab tantangan masa depan bangsa.
Dr Raden Stevanus Christian Handoko S.Kom MM, Anggota DPRD DIY, menegaskan bahwa Yogyakarta bukan sekadar kota budaya dan pendidikan, tetapi juga wilayah yang memiliki kontribusi besar dalam sejarah kelahiran Republik Indonesia.
“Beberapa tokoh bangsa dari DIY, seperti Dr KRT Radjiman Wedyodiningrat, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara ), Bendoro Pangeran Hario Purubojo, Bendoro Pangeran Hario Bintoro hingga KH Kahar Moezakir dan Ki Bagus Hadikusumo turut hadir dan memberikan pemikiran penting dalam sidang-sidang BPUPK & PPKIP yang merumuskan dasar negara & ideologi republik Indonesia,” ujar Dr Raden Stevanus.
BACA JUGA:
- Dr R Stevanus: Pancasila Menjadi Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2024
- Masyarakat Jogja Bakal Diperolehkan Menyelenggarakan Kursus Pancasila dan Keistimewaan DIY
Raden Stevanus mengingatkan bahwa Pancasila bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi merupakan ideologi pemersatu yang tetap relevan hingga hari ini. Di tengah perbedaan suku, agama dan budaya yang begitu beragam, Pancasila menjadi titik temu dan dasar untuk membangun persatuan Indonesia.
“Pancasila adalah tali pengikat bangsa kita. Tanpa Pancasila, Indonesia bisa terpecah oleh perbedaan. Karena itu, nilai-nilai ini harus terus dijaga dan diamalkan, terutama oleh generasi muda,” tegas Dr Raden Stevanus.
Dr Raden Stevanus juga menyoroti pentingnya momentum bonus demografi yang saat ini dimiliki Indonesia. Menurutnya, Generasi Z yang mendominasi populasi saat ini memiliki peran krusial dalam menjaga dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila di era digital.
“Generasi Z adalah ujung tombak masa depan bangsa. Mereka punya potensi besar, akses terhadap teknologi, dan daya jangkau yang luas. Namun, potensi ini harus diimbangi dengan karakter kebangsaan yang kuat,” kata Stevanus.
Ia mengingatkan bahwa kita tidak bisa menyampaikan Pancasila kepada generasi digital dengan cara-cara lama. Kita butuh pendekatan baru yang kreatif dan sesuai dengan dunia mereka. Teknologi bukan ancaman, tapi alat untuk memperkuat ideologi bangsa.
“Media sosial, podcast, video kreatif, bahkan gim edukasi bisa dijadikan sarana untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila. Ini adalah cara modern untuk membumikan Pancasila di tengah masyarakat 5.0,” kata Stevanus.
Dr Raden Stevanus pun mengajak seluruh masyarakat, khususnya generasi muda Yogyakarta, untuk menjadikan Pancasila sebagai panduan dalam berkarya, berinovasi, dan menjaga identitas bangsa di tengah arus globalisasi.
“Yogyakarta adalah cermin hidup Pancasila. Di sini, nilai gotong royong, toleransi dan keberagaman hidup berdampingan dengan harmonis. Keistimewaan Yogyakarta tidak hanya terletak pada status politiknya, tetapi juga pada kekayaan budayanya yang mencerminkan semangat Pancasila itu sendiri,” kata Dr Raden Stevanus. (lip)
There is no ads to display, Please add some