Oleh: Rahma Hairunnisa Regita Putri
beritabernas.com – Kebudayaan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan nasional Indonesia. Evaluasi sosial budaya tahun 2024 memberikan gambaran mengenai perkembangan, tantangan dan peluang dalam menjaga dan mengembangkan identitas budaya di tengah arus globalisasi.
Berdasarkan Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) dan indikator sosial lainnya, laporan ini menyoroti pentingnya peran masyarakat, pemerintah, serta teknologi dalam memperkuat ketahanan budaya Indonesia.
Menurut data dari Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa peningkatan skor menjadi 57,13 pada tahun 2023, naik 5,23 poin dibandingkan dengan tahun 2021. Dimensi pendidikan mencatat skor tertinggi (73,35), yang menunjukkan keberhasilan sektor pendidikan dalam mengintegrasikan nilai-nilai budaya.
Di sisi lain, dimensi ekonomi budaya memperoleh skor terendah (29,5), mengindikasikan perlunya perhatian lebih besar dalam meningkatkan kontribusi sektor kebudayaan terhadap perekonomian nasional.
Secara regional, Bali dan Yogyakarta menempati posisi teratas dalam capaian IPK, mencerminkan keberhasilan daerah tersebut dalam menjaga dan memanfaatkan kebudayaan sebagai aset pembangunan daerah, karena disana juga selektif dalam memilih dampak dari arus globalisasi yang bisa mengubah setiap kebudayaan asli atau bahkan menghilangkan kebudayaan asal daerah itu sendiri.
Tantangan ketahanan sosial budaya
Meskipun ada kemajuan, laporan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI menunjukkan bahwa ketahanan sosial budaya Indonesia masih berada pada tingkat yang rendah, dengan skor 2,54 pada akhir tahun 2023.
Kondisi ini mengindikasikan perlunya langkah konkret untuk memperkuat ketahanan budaya dan identitas lokal, yang dinilai rentan terhadap pengaruh globalisasi dan modernisasi dan juga Indonesia menjadi kurang tangguh dalam menghadapi tantangan globalisasi yang ada. Kita bisa meningkatkan poin ini dengan beberapa upaya, yaitu dapat diwujudkan melalui regulasi, kebijakan afirmatif, serta inisiatif masyarakat dalam menjaga dan mempromosikan kebudayaan lokal kemudian juga memperkenalkan sejak dini warisan budaya asli Indonesia terhadap generasi sekarang sehingga generasi mendatang tidak asing lagi atau bahkan sudah mengenali lebih dalam setiap kebudayaan dan juga berbagai macam adat istiadat di Indonesia.
Perkembangan teknologi telah membawa dampak signifikan dalam pelestarian dan ekspresi budaya. Masyarakat kini memiliki akses yang lebih luas terhadap seni dan kebudayaan melalui platform digital. Teknologi juga membuka peluang baru bagi seniman dan budayawan untuk memperkenalkan karya mereka kepada audiens yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Digitalisasi warisan budaya menjadi salah satu langkah strategis dalam menjaga keberlangsungan budaya di tengah era modern, pada zaman sekarang masyarakat bisa mengakses budaya dan kesenian lokal ataupun tradisi melalui berbagai macam sosial media seperti Instagram, TikTok, dan juga Facebook. Tari Kecak, kesenian Gamelan atau Wayang sudah ada dan bisa di akses melalui smartphone ataupun yang lain, tanpa kita harus berkunjung langsung ke Bali, Yogyakarta atau kota asli dari budaya tersebut berasal.
Tahun 2024 yang juga merupakan tahun pemilihan umum menyoroti pentingnya partisipasi masyarakat dalam memperkuat identitas budaya dan demokrasi. Keterlibatan aktif masyarakat dalam kegiatan budaya seperti festival, pameran seni, dan proyek pelestarian budaya lokal dapat memperkuat rasa kebersamaan serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan budaya.
Pendidikan yang berorientasi pada kebudayaan menjadi salah satu kunci dalam menjaga kelestarian dan pengembangan budaya. Integrasi kearifan lokal dalam kurikulum pendidikan membantu membentuk generasi yang memiliki kesadaran tinggi terhadap tradisi dan nilai-nilai luhur bangsa. Contohnya, penerapan metode pertanian tradisional yang dikombinasikan dengan teknologi modern dapat meningkatkan hasil produksi sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem.
BACA JUGA:
Pembangunan kebudayaan yang berkelanjutan memerlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Program pemberdayaan masyarakat berbasis kebudayaan, seperti pengembangan industri kerajinan tangan dan seni lokal, tidak hanya mendukung perekonomian daerah, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian kebudayaan. Sinergi ini diharapkan mampu memperkuat ketahanan sosial budaya di berbagai wilayah.
Perspektif tahun 2025
Evaluasi sosial budaya Indonesia tahun 2024 menunjukkan adanya peningkatan positif dalam beberapa aspek, meskipun tantangan besar masih dihadapi, terutama dalam sektor ekonomi budaya dan ketahanan sosial. Partisipasi aktif masyarakat, sinergi antara berbagai pemangku kepentingan, serta pemanfaatan teknologi menjadi faktor kunci dalam memperkuat ketahanan budaya yang berkelanjutan.
Dengan strategi dan langkah yang tepat, Indonesia optimis dapat mencapai target IPK sebesar 68,15 pada tahun 2045, menjadikan kebudayaan sebagai motor penggerak pembangunan nasional. Meski mengalami kemajuan, tantangan besar tetap ada, terutama dalam dimensi ekonomi budaya yang masih tertinggal. Kontribusi sektor budaya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) belum optimal, dengan partisipasi industri kreatif yang belum terintegrasi sepenuhnya ke dalam strategi pembangunan nasional.
Pada 2025, pemerintah semakin gencar mendorong kolaborasi antara sektor swasta, komunitas budaya, dan pelaku industri kreatif untuk menciptakan ekosistem budaya yang produktif dan berkelanjutan.
Selain itu, ketahanan sosial budaya menghadapi ujian dari derasnya arus informasi global. Munculnya tren budaya asing yang mendominasi media sosial menjadi tantangan bagi generasi muda dalam menjaga identitas lokal.
Oleh karena itu, fokus pembangunan diarahkan pada upaya memperkuat narasi budaya Indonesia melalui media digital dan platform global. Pemerintah bersama komunitas kreatif lokal aktif memproduksi konten yang merepresentasikan nilai-nilai budaya Nusantara, sehingga budaya Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu bersaing di kancah internasional.
Program literasi budaya dan digital menjadi salah satu prioritas untuk membentuk generasi yang kritis dan berwawasan global, namun tetap memiliki kebanggaan terhadap warisan budaya sendiri. Inisiatif seperti festival virtual, pameran digital, dan edukasi berbasis teknologi diharapkan mampu menarik minat generasi muda dan memperkuat rasa memiliki terhadap budaya lokal.
Kesimpulannya, pada 2025 Indonesia menempatkan pembangunan sosial budaya sebagai fondasi penting dalam memperkuat identitas bangsa. Dengan sinergi antara teknologi, pendidikan, dan partisipasi masyarakat, Indonesia diharapkan mampu menghadapi tantangan global, sekaligus menjadikan kebudayaan sebagai penggerak utama pembangunan berkelanjutan. (Rahma Hairunnisa Regita Putri,
Mahasiswa Universitas Cendekia Mitra Indonesia)