Guru-guru di Yayasan Kanisius se-DIY Ikuti Workshop Paradigma Pedagogi Reflektif

beritabernas.com – Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta mengadakan workshop Paradigma Pedagogi Reflekif (PPR) dalam pembelajaran bagi guru baru TK-SD-SMP Kanisius se-DIY di Ruang Multimedia Lantai 3 Kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman pada Jumat 10 Januari 2025. Tampil sebagai narasumber adalah Drs Tarsisius Sarkim M.Ed PhD, Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Ketua Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta Nur Sukapti SPd mengatakan workshop ini bertujuan untuk memberikan pemahaman PPR bagi Guru TK-SD-SMP Kanisius se-DIY. Sebab, seluruh kegiatan di Yayasan Kanisius tidak hanya pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang menerapkan PPR dengan 3C (Competence, Conscience, Compassion), namun pendidikan karakter juga diutamakan dalam PPR. “Paradigma Pedagogi Reflektif ini merupakan salah satu unggulan kekhasan Kanisius,” kata Nur Sukapti.

Kegiatan ini diadakan berdasarkan Rencana Strategis Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta tahun 2024−2034 melalui Prioritas 1 yaitu Pendidikan di Yayasan Kanisius semakin “Unggul” dengan tetap setia pada Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan aman bagi semua.

Dalammateri workshop Paradigma Pedagogi Reflekif (PPR), Tarsisius Sarkim dengan gamblang mengatakan bahwa Paradigma Pedagogi Ignasian (PPI) sama dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), yakni proses pendidikan yang menyaturagakan pendidikan nilai dan pembentukan pribadi ke dalam kurikulum yang ada dan bukan menambah mata pelajaran atau mata pelajaran baru.

Paradigma Pedagogi Reflektif, terutama untuk para guru agar para guru dapat mewujudkan tujuan pendidikan, meliputi cara berhubungan dengan para siswa, cara guru memandang makna pembelajaran, bagaimana guru melibatkan siswa dalam belajar, apa yang diharapkan oleh para guru dari siswa serta cita-cita dan integritas guru. “Karakter tidak bisa diajarkan, melainkan dibiasakan,” kata Tarsisius Sarkim.

BACA JUGA:

Ia menambahkan bahwa guru itu seniman dalam mengajar. Pedagogi merupakan seni dan ilmu mengajar. Seni yang dihasilkan tergantung pada senimannya. Pedagogi bukan hanya menjadi metode, tetapi juga pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi terpelajar. Hal itu memberi arah tujuan tradisi pendidikan.

Peserta workshop yang berjumlah 112 guru dari jenjang TK hingga SMP menunjukkan antusiasme selama kegiatan berlangsung, mulai dari pemaparan materi, diskusi kelompok dan presentasi. Mereka aktif bertanya, berpendapat dan menyampaikan refleksi diri mengikuti workshop dari awal sampai akhir kegiatan.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi saya. Saya semakin paham tentang PPR. Workshop ini membantu guru memahami kekurangannya dalam mengajar dan mengetahui cara menciptakan pembelajaran yang inovatif,” ungkap Erna Dwi Sri Wahyuni SPd, salah satu Guru SMP Kanisius Bambanglipuro, Bantul yang mengikuti workshop.

Workshop yang dimulai pukul 07.30 sampai dengan 15.00 WIB ini memberikan kesan tersendiri bagi para peserta, apalagi pembawa acara Margaritha Vivin Wulanari SPd yang juga Kepala SD Kanisius Pulutan, Gunungkidul, jago berpantun ketika memandu kegiatan tersebut.

Pada akhir sesi, Ketua Panitia Penyelenggara Martinus Wartoyo SPd memberikan penguatan positif kepada seluruh peserta workshop terkait PPR. “Setelah mengikuti workshop ini, para guru diharapkan dapat menyebarkan apa yang diperoleh kepada rekan guru di sekolah masing-masing. Hal ini dilakukan agar semua guru memahami PPR dan dapat merealisasikannya dalam berbagai kegiatan di sekolah,” kata Martinus Wartoyo.

Tim dari yayasan akan memonitoring ke setiap sekolah di wilayah masing-masing pada bulan Februari, April dan Juni 2025. Wilayah tersebut meliputi Kota Yogyakarta, Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo, dan Sleman. (Fransiska Istiningsih Pujirahayu, Guru Bahasa Indonesia SMP Kanisius Bambanglipuro, Bantul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *