Irama Tjitra Akan Pentaskan Langen Mandra Wanara dengan Lakon Megananda Senopati

beritabernas.com – Irama Tjitra, sebuah perkumpulan kesenian yang berdiri pada 25 Desember 1949, akan mengadakan Pagelaran Langen Mandra Wanara (Opera Jawa) dengan lakon Megananda Senopati di Dalem Suryowijayan Gading Jalan Mayjen Sutoyo Nomor16 Kota Yogyakarta, Rabu 10 Desember 2025 pukul 18.30–21.00 WIB.

Pagelaran Langen Mandra Wanara dengan lakon Megananda Senopati ini dilakukan untuk memperingati HUT ke-76 Irama Tjitra Yogyakarta. “Kami dengan bangga akan mempersembahkan Pagelaran yang menyajikan sebuah pertunjukan seni dengan penuh keindahan gerak, irama dan warisan budaya,” kata Cerry Surya Pradana, Tim PISN UGM dan anggota Irama Tjitra, dalam rilis yang dikirim kepada beritabernas.com, Senin 8 Desember 2025.

Baca juga:

Menurut Cerry Surya Pradana, pentas Langen Mandra Wanara dipilih berdasarkan pada beberapa alasan. Pertama, adanya keterkaitan historis antara Irama Tjitra dengan Langen Mandra Wanara yang muncul di Pendapa Wiyatapraja Kepatihan Yogyakarta. Meskipun Langen Mandra Wanara ada jauh sebelum Irama Tjitra muncul, namun ada semacam nilai yang harus dipertahankan oleh Irama Tjitra yang juga beraktivitas di Pendapa Wiyatapraja sejak tahun 1949.

Kedua, Langen Mandra Wanara merupakan bentuk drama tari yang lahir agar berbeda dengan tarian yang disajikan di Keraton Yogyakarta. Langen Mandra Wanara dilaksanakan dengan cara joged jengkeng (menari dalam kondisi seperti sedang berjongkok) dan dialog disajikan dengan tembang. Secara filosofis, kata Cerry Surya Pradana, para empu Langen Mandra Wanara tidak ingin dianggap ‘sama tinggi’ dengan tarian yang ada di istana.

Ketiga, Langen Mandra Wanara bukan kesenian yang eksklusif, tapi inklusif yang dapat dipentaskan dan dinikmati oleh siapa saja. Keempat, Irama Tjitra mencoba untuk memenuhi tanggung jawab moral untuk mengembangkan Langen Mandra Wanara yang telah menjadi warisan budaya tak benda.

Para penari dari Perkumpulan Irama Tjitra melakukan latihan opera Langen Mandra Wanara. Foto: Dok Irama Tjitra

“Langen Mandra Wanara yang dipentaskan oleh Irama Tjitra diharapkan mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pementasan serupa, dengan lebih banyak kelompok/sanggar/organisasi seni yang terlibat di dalamnya. Misalnya dengan mengulang sukses pentas wayang orang lakon “Jitapsara” tahun 2009, yang melibatkan lima organisasi seni tari klasik di Kota Yogyakarta dalam satu waktu dan satu panggung yang sama. Jika agenda semacam itu dapat terulang, hal ini tentunya akan dapat memberikan banyak manfaat, baik dalam hal ekonomi, keberlanjutan budaya, meningkatkan peluang regenerasi, dan lingkungan seni yang terintegrasi dengan melibatkan banyak tugas dan peran,” kata Cerry Surya Pradana.

Sejarah Irama Tjitra

Menurut Cerry Surya Pradana, Irama Tjitra merupakan perkumpulan yang didirikan oleh para pelajar dan pejuang yang ada di DIY. Perkumpulan ini berdiri dan berkembang di Bangsal Wiyatapraja, Kompleks Kepatihan/ Kantor Gubernur DIY. Selama pandemi Covid-19, Irama Tjitra memindahkan tempat latihan di Dalem Suryowijayan, Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Pemindahan lokasi latihan ini dilakukan karena adanya pembatasan aktivitas di Kompleks Kepatihan selama pandemi Covid-19.

Cerry menambahkan, Irama Tjitra bergerak di bidang latihan dan pementasan tari, khususnya Tari Klasik Gaya Yogyakarta yang pola geraknya berasal dari Keraton Yogyakarta. Selain itu, Irama Tjitra juga dikenal sebagai laboratorium seni, yang memunculkan banyak inovasi dan kreativitas seni dalam pementasan-pementasan yang dilaksanakan, dengan tetap berpatokan pada prinsip gerak tari gaya Yogyakarta.

Sebagai contoh, Irama Tjitra pernah mementaskan cerita rakyat seperti Calonarang dan Jaka Tarub, padahal banyak pementasan seni tari klasik gaya Yogyakarta hingga saat ini tidak lepas dari epos Ramayana dan Mahabarata.

Latihan persiapan pementasan Langen Mandra Wanara. Foto: Dok Irama Tjitra

Irama Tjitra juga pernah berkolaborasi dengan seniman Jepang dalam pementasan cerita rakyat Momotaro dari Jepang, yang dipentaskan dengan gerak tari gaya Yogyakarta dan menggunakan gamelan sebagai pengiringnya.

Inovasi dan pengembangan yang dilakukan Irama Tjitra cukup banyak, namun pengembangan tersebut tidak melepaskan tata aturan dan gerak tari klasik gaya Yogyakarta meskipun mengambil dari cerita-cerita yang tidak biasa. Secara rutin, Irama Tjitra terlibat aktif dalam pementasan yang diselenggarakan di Bangsal Srimanganti Keraton Yogyakarta dan Museum Sonobudoyo Yogyakarta.

Tahun 2025 menjadi tahun ke-76 berdirinya Irama Tjitra, yang ditandai dengan pementasan Langen Mandra Wanara berjudul Megananda Senopati. Pagelaran ini diselenggarakan sebagai bagian dari hibah Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dan dilaksanakan oleh tim dosen dari UGM dan UNY bersama dengan Irama Tjitra sebagai mitra sasaran.

“Pementasan akan dilaksanakan pada Rabu 10 Desember 2025 mulai pukul 19.30 WIB di Dalem Suryowijayan Jalan Mayjen Sutoyo Nomor16 Kota Yogyakarta, yang juga sebagai lokasi Irama Tjitra melaksanakan proses pendidikan,” kata Cerry Surya Pradana. (*/phj)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *