beritabernas.com – Jaringan Masyarakat Budaya Nusantara (JMBN) secara rutin menggelar Festival Godhong Opo-Opo sejak tahun 2022.
JMBN merupakan sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat melalui jalur kebudayaan. Festival Godhong Opo-Opo merupakan forum komunikasi budaya yang didukung oleh para pelaku budaya.
Menurut Ki Prijo Mustiko, Ketua Jaringan Masyarakat Budaya Nusantara (JMBN), Festival Godhong Opo-Opo yang diadakan JMBN bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta digelar setiap tahun dengan tema yang berbeda-beda. Pada tahun 2022, festival mengangkat tema Menghidupkan Budaya Tepasalira di Era Digital dan tahun 2023 diisi dengan bedah buku Jangkar, Jangka dan Jangkah Kebudayaan Dewan Kebudayaan Yogyakarta.
BACA JUGA BERITA LAINNYA:
- Bagus D Setyawan Mengaku Hidup dengan Menyelaraskan Budaya dan Bisnis
- Rektor UII: Kaligrafi Salah Satu Seni dalam Peradaban Islam
Sedangkan pada tahun 2024 ini, menurut Ki Prijo Mustiko, Festival Godhong Opo-Opo yang digelar di Aula Museum Kotagede Intro Living Museum Jalan Tegal Gendu Nomor 20 Kotagede, Kota Yogyakarta, pada Minggu 14 Juli 2024 mengangkat tema Pemajuan Kebudayaan untuk Kesejahteraan Masyarakat.
Fastival kali ini antara lain diisi dengan dialog budaya menghadirkan narasumber Yani Saptohoedoyo, istri dari seniman almarhum Saptohoedojo, pelukis realism dan Sugito atau lebih dikenal dengan nama Mbah Gito, seorang ahli kuliner pemilik “Bakmi Jowo Mbah Gito”.
Pemilihan narasumber sesuai dengan tema festival 2024 yakni pemajuan kebudayaan dengan penekanan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Yani Saptohoedoyo berperan dalam mengelola Galeri Seni Saptohoedojo yang berada di Yogyakarta. Sebagai budayawan Banyumasan, Ibu Yani ikut aktif memelihara warisan leluhur melalui generasi muda dengan mengadakan pagelaran seni dan menginisiasi berdirinya Pemakaman Seniman Giri Sapto di Imogiri, Bantul.
Sedangkan Sugito atau lebih dikenal dengan nama Mbah Gito selain bergerak di bidang kuliner juga
ikut berkontribusi dalam menghidupkan kebudayaan seperti karawitan dengan mendirikan Sasana Seni Mbah Gito di Bijiharjo Gunung Kidul. Mbah Gito juga berkarya sebagai arsitek bangunan tradisional vernacular dan membuat gamelan.
Tujuan festival
Menurut Prijo Mustiko, Festival Godhong Opo-Opo sebagai forum komunikasi budaya antar para pembina, pendukung dan pelaku budaya di Yogyakarta untuk membahas berbagai permasalahan kebudayaan di Yogayakarta dan berusaha mencarikan solusi budaya terbaik yang dikemas dalam bentuk dialog budaya.
BACA JUGA:
- Gendurenan Perkuat Budaya Jawa dalam Rangkaian HUT ke-90 Gereja HKTY Pugeran
- Prof Jaka Nugraha: Kesenian Dapat Meningkatkan Kesehatan Jiwa dan Mengurangi Stres
Selain itu, sebagai forum berbagi pengalaman dalam kerangka membina, mengelola maupun memberdayakan berbagai aktivitas budaya yang bertujuan untuk meningkatkan apresiasi budaya maupun peningkatan mutu seni budaya di Yogyakarta.
Festival ini juga sebagai ajang silaturahmi antar pembina, pendukung maupun pelaku budaya di Yogyakarta dengan pentas seni budaya yang menjadi ciri khas unggulan budaya Yogyakarta. Di samping itu, sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya pemajuan kebudayaan dengan titik penekanan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Prijo Mustiko, JMBN merupakan suatu jaringan pemikiran dan tindakan tentang kebudayaan yang digerakkan oleh setiap insan budaya yang peduli baik secara individual maupun institusional, baik sebagai seniman/budayawan, pekerja seni, birokat maupun berbagai bidang profesi.
Jaringan ini bukan dalam bentuk organisasi terstruktur namun disatukan kegiatannya dalam sistem teknologi informasi, sehingga masing-masing anggota dalam jaringan dapat saling memanfaatkan untuk kepentingan masing-masing kegiatan anggota baik secara individual maupun kelembagaan.
Salah satu bentuk kegiatan JMBN yang berfungsi sebagai forum komunikasi budaya yang didukung antar para pendukung dan pelaku budaya adalah menyelenggarakan Festival Godhong Opo-Opo.
Festival Godhong Opo-Opo sudah menjadi bagian dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, DIY 2022-2027 ( https://www.dprd-diy.go.id/wp-content/uploads/2023/02/RPJMD-DIY-Tahun-2022-2027).
Pada RPJMD DIY 2022-2027 tersebut, Festival Godhong Opo-Opo berjajar penyelenggarannya dengan Festival Kebudayaan Yogyakarta, Festival Adat, Gelar Budaya Yogyakarta, Gelar Seni Desa Budaya, Dialog Budaya Yogya Semesta, Fasilitasi Adat Istiadat, Festival Jogja Tempo Dulu, Festival Dhaksinaga di Gunungkidul, Festival Menoreh di Kulon Progo, Festival Paseban di Bantul, Festival Garis Imajiner di Sleman, Kompetisi Bahasa dan Sastra dan lain-lain.
Festival Godhong Opo-Opo tahun 2024 ini dihadiri sekitar 50 orang secara luring, terutama dari unsur seniman dan budayawan dari Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Jaringan Masyarakat Budaya Nusantara dan lembaga budaya terkait, Birokrat dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Komunitas/Masyarakat: Badan Pengelola KCB Kotagede, Forum JOGLO Kotagede dan
beberapa Komunitas Budaya se-Yogyakarta serta asyarakat umum termasuk wisatawan dosmetik dan mancanegara. (lip)
There is no ads to display, Please add some