Kegiatan Mlampah Ziarah Menyebar “Virus” Kebaikan

beritabernas.com – Walking Marathon de Sendangsono (WMSS) atau ziarah dengan jalan kaki dari Tugu Jogja ke Sendangsono, Kalibawang, Kulonprogo, DIY dilaksanakan setiap bulan sejak 24 Juli 2025 lalu. Menurut rencana, ziarah dengan jalan kaki yang diadakan oleh Komunitas Mlampah Ziarah (KMZ) yang dipimpin Rono Romel ini akan berlangsung hingga Desember 2025. Untuk bulan Oktober ini, akan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 26.

Di luar mlampah ziarah dari Tugu Jogja ke Sendangsono, juga dilakukan ziarah jalan kaki dari Tugu Jogja ke tempat-tempat ziarah lainnya, seperti Gua Maria Jatiningsih Godean, Taman Doa Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Gua Maria Sriningsih Klaten dan sebagainya.

Baca juga:

Kegiatan mlampah ziarah atau ziarah dengan jalan kaki tersebut kini mulai berkembang dan menyebar di berbagai daerah sejak Walking Marathon de Sendangsono (WMSS) atau mlampah ziarah digelar Juli 2025. Hal ini terlihat dari semakin banyak peserta yang ikut dalam mlampah ziarah dan berasal dari berbagai daerah atau kota di Indonesia.

Dari data yang dimiliki KMZ, peserta WMSS berasal dari berbagai kota seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Tangerang, Bekasi, Semarang, Solo, Jogja dan sebagainya. Mereka tidak hanya sekali atau dua kali ikut, tapi banyak juga yang mengikuti mlampah ziarah secara rutin setiap bulan.

Sebagian umat Lingkungan Santa Maria Ratu Rosari ziarah dengan jalan kaki Taman Doa Maria Oblat, Blotan, Ngaglik, Rabu 8 Oktober 2025. Foto: V Lies Ratnawati

Setelah mengikuti WMSS, sampai di daerah atau kota masing-masing mereka melakukan mlampah ziarah bahkan dengan mengajak saudara, tetangga dan sahabat masing-masing. Dengan demikian, kegiatan mlampah ziarah yang digagas KMZ menjadi “virus” kebaikan yang menyebar ke berbagai tempat.

Seperti dilakukan umat Lingkungan Santa Maria Ratu Rosari, Paroki St Petrus dan Paulus Babadan, Sleman, DIY pada Rabu 8 Oktober 2025. Mereka melakukan ziarah dengan jalan kaki dari Purwomartani, Kalasan ke Taman Doa Maria Oblat, Blotan, Ngaglik, Sleman sejauh 5 kilometer.

Selain merasakan kedekatan dengan Tuhan, lebih mendalami iman Katholik secara hening dan diam, ziarah dengan jalan kaki juga untuk menyehatkan jiwa dan badan. Dengan demikian, mlampah ziarah tidak hanya bermanfaat secara rohani, tapi juga jasmani.

Kegiatan mlampah ziarah berhasil

WMSS atau ziarah dengan jalan kaki dari Tugu Jogja sampai Sendangsono yang digagas atau diprakarsasi Roni Romel yang juga Ketua Komunitas Mlampah Ziarah (KMZ) selaku penyelenggara WMSS ini tergolong berhasil dan sukses. Setidaknya hal ini dilihat dari jumlah peserta yang terus meningkat setiap bulan.

Dari data yang diperoleh beritabernas.com dari Komunitas Mlampah Ziarah (KMZ), pada penyelenggaraan pertama WMSS 24 Juli 2025 diikuti 50 peserta. Kemudian pada penyelenggaraan kedua 24 Agustus 2025 jumlah peserta meningkat 3 kali lipat yakni mencapai 150 orang. Dan pada penyelenggaraan yang ketiga 28 September 2025 jumlah peserta meningkat tipis mencapai 174 orang.

Sementara untuk WMSS yang keempat pada 26 Oktober 2025 jumlah peserta ditarget minimal 300 orang. Target jumlah peserta mlampah ziarah pada bulan Oktober ini diperkirakan tercapai karena hingga hari keempat pendaftaran atau pada Kamis 9 Oktober 2025, jumlah peserta sudah mencapai 135 orang.

Peserta mlampah ziarah kedua foto bersama di Tugu sebelum berangkat. Foto: Dok panitia

Selain itu, bulan Oktober merupakan bulan Rosario dimana dalam tradisi Gereja Katolik merupakan bulan khusus-selain Bulan Mei-melakukan devosi kepada Bunda Maria, Ibu Yesus Kristus. Pada bulan Oktober dan Mei biasanya banyak umat Katolik yang berziarah ke tempat-tempat doa, terutama Gua Maria, seperti Sendangsono.

Menurut Roni Romel, Ketua KMZ yang juga pencetus/penggagas ziarah jalan kaki Tugu Jogja-Sendangsono, ide untuk menyelenggarakan ziarah dengan jalan kaki dari Tugu Jogja ke Sendangsono muncul karena ia ingin menghidupkan kembali kebiasaan atau budaya ziarah dengan jalan kaki seperti dilakukan umat Katolik pada tahun 1980-an ke bawah.

Ketika itu, umat Katolik berziarah ke Gua Maria atau tempat-tempat doa lainnya dengan berjalan kaki. Selain karena sarana transportasi saat itu masih sangat terbatas, ziarah dengan berjalan kaki dengan jarak berapa pun saat itu, sebagai wujud dari penghayatan iman bahwa ziarah menuntut perjuangan, perngobanan dan penuh pengharapan.

Budaya atau kebiasaan itu ingin dihidupkan kembali oleh Komunitas Mlampah Ziarah (KMZ) yang dipimpinnya. “Kami ingin membagikan pengalaman membahagiakan, merasakan kedekatan dengan Tuhan, lebih mendalami iman Katholik secara hening dan diam dalam mlampah ziarah dan ingin kembali membudayakan ziarah jalan kaki untuk umat Katholik,” kata Roni Romel kepada beritabernas.com pertengahan Agustus 2025. (Philipus Jehamun)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *