beritabernas.com – Kondisi ketidakpastian perekonomian global berpengaruh terhadap perekonomian nasional dan DIY. Namun yang menggembirakan kondisi perekonomian DIY pada Triwulan IV/2024 tumbuh paling tinggi se Jawa. Meski sempat mengalami deflasi, namun pada Pebruari 2025, inflasi terkendali.
“Ekonomi DIY tetap kuat karena faktor pendorong yaitu konsumsi masyarakat tetap kuat, permintaan ekspor relatif tinggi dan interkoneksi antarwilayah (Joglosemar),” kata Ibrahim, Kepala KPwBI DIY, dalam acara Ngobrol Ramadhan & Bukber yang diadakan oleh ISEI Cabang Yogyakarta bekerjasama dengan Kantor Perwakilan BI DIY (KpwBI DIY) di Dil Rani Resto Yogyakarta (Jumat, 21/03/25).
Dalam kegiatan putaran ke-3 dengan topik Ramadhanomics & Pertumbuhan Ekonomi DIY ini, Ibrahim mengatakan bahwa faktor penghambat ekonomi DIY adalah biaya bahan baku dan energi tinggi, daya saing investasi belum optimal dan potensi kenaikan harga karena ketidakpastian global.
Karena itu, menurut Ibrahim, diperlukan harmonisasi program pengembangan UMKM, mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan, diversifikasi produk ekspor dan promosi pariwisata DIY. Sementara dalam jangka menengah dan panjang perlu memberikan dukungan kredit perbankan kepada UMKM, melakukan identifiksi sektor potensial dan memberikan insentif kepada investor.
Sementara Eko Yunianto, Kepala OJK DIY, mengatakan, sektor jasa keuangan di DIY 2025 tumbuh positif dan stabilitas sektor keuangan tetap stabil dengan profil risiko yang terjag. Hal tersebut tercermin dari aset sektor perbankan sampai Januari 2025 yang tumbuh 4,34% yoy, kredit tumbuh 7,70 persen (yoy) dan DPK tumbuh 3,77 persen (yoy), dengan LDR tercatat sebesar 68,15 persen.
Menurut Eko, kredit perusahaan pembiayaan sampai Desember 2024 tumbuh 14,92 persen (yoy) dan Fintech P2P Lending/Pinjaman Daring tumbuh 35,08 persen. Sedang single investor identification (SID) saham sampai dengan posisi Desember 2024 tumbuh 19,35 persen year over year (yoy).
“SID Reksadana tumbuh 12,28.persen yoy dan SID Surat Berharga Negara tumbuh 22,59.persen yoy, dengan nilai transaksi saham mengalami pertumbuhan sebesar 55,05.persen yoy,” ungkap Eko Yunianto.
A Gunadi Brata, Guru Besar FBE UAJY/Pengurus Pusat PP ISEI), menyatakan berdasar struktur ekonomi PDRB 2024, kontribusi sektor pendidikan dan pariwisata (dan yang terkait), sangat tinggi, lebih dari 44 persen terdiri dari jasa pendidikan, penyediaan akomodasi dan makan minum, transportasi dan pergudangan.
“Di luar sektor-sektor tersebut yang potensial u dikembangkan lebih jauh adalah Informasi dan Komunikasi, Industri Pengolahan, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (4) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Sektor-sektor ini memiliki kontribusi lebih dari 38 persen,” kata Gunadi.

Pengembangan sektor-sektor alternatif tersebut membutuhkan langkah yang outward looking, dengan melihat pasar di luar DIY sebagai tujuan. “Sebagai contoh, sektor jasa kesehatan dapat dinilai prospektif karena DIY bukan hanya memiliki fasilitas fisik rumah sakit tetapi juga didukung ketersediaan SDM kesehatan yang tetap harus diakui sebagian besar terkait dengan sektor pendidikan. DIY bisa dipersiapkan menjadi salah satu tujuan penduduk dari luar DIY untuk pemeriksaan/ perawatan medis,” ujarnya
Selain itu kegiatan ekonomi kreatif baik kerajinan maupun digital kreatif. “Pasar luar DIY harus menjadi prioritas sebagai tujuan dari produk-produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor kreatif tersebut. Pendidikan rata-rata yang baik, penduduk DIY sangat mungkin untuk tertarii mengonsumsi produk-produk pertanian yang sehat, atau lebih bebas dari pestisida. Tantangan terbesar harga produk cenderung premium karena pasarnya relatif sempit. Ekspansi pasar akan dapat membantu membuat harga tidak harus selalu premium,” tegas Gunadi.
Tri Saktiyana, Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Setda DIY, menyatakan Perekonomian DIY 2024 tumbuh 5,03 persen., menyamai tingkat nasional yang juga di angka 5,03 persen. Capaian DIY tertinggi di Pulau Jawa. “Meski demikian, perekonomian DIY 2025 masih akan menghadapi tantangan terutama karena pengaruh kondisi eksternal seperti masih adanya ketidakpastian perekonomian global dan nasional,” kata Trisaktiyana.
Saktiyana menyontohkan, ekspor DIY yang sebagian besar bermitra dengan Amerika Serikat tentu akan terdampak dengan kebijakan pemerintahan baru Donald Trump. Dari sisi domestik, perekonomian DIY akan terpengaruh dengan adanya pengetatan kebijakan fiscal pemerintah. “Penurunan konsumsi pemerintah, serta penurunan kegiatan MICE dan perjalanan akan berdampak pada perekonomian DIY,” kata Trisaktiyan.
BACA JUGA:
- Meski Menurun, Aset Perbankan di DIY pada Januari 2025 Tetap Tumbuh 4,34 Persen
- Korupsi Membuat Pertumbuhan Ekonomi Tidak Optimal dan Rendahnya Investasi
- Meski Edukasi Digencarkan, Masih Banyak Masyarakat jadi Korban Penipuan
Menurut Saktiyana, peluang DIY adalah dengan mendorong pertumbuhan pada sektor-sektor unggulan. DIY memiliki corak perekonomian yang beragam. Baik sektor primer, sekunder dan tersier memiliki peran dalam perekonomian. “Maka, kontraksi pada suatu sektor harapannya dapat dikompensasi oleh penumbuhan sektor lainnya,” katanya
Strategi yang dilakukan diantaranya dalam jangka pendek mendorong geliat konsumsi lokal sebagai sarana pendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam ruang fiskal yang terbatas, perlu adanya peningkatan kualitas konsumsi agar berpihak pada barang lokal, tetap menjaga kestabilan harga, dan tetap menjaga iklim usaha yang kondusif dan sehat, serta menjaga kepercayaan rakyat
“Sementara dalam jangka menengah mendorong pertumbuhan dari sumber-sumber baru seperti ekonomi digital, ekonomi biru, ekonomi kreatif, ekskspansi ke pasar-pasar baru baik di dalam negeri maupun luar negeri,” paparnya
Bobby Ardiyanto SA, Ketua GIPI DIY, menyatakan pariwisata sebagai salah satu “engine ekonomi” DIY memiliki kontribusi yang dominan terhadap pertumbuhan ekonomi DIY. Namun starting pemerintahan baru mulai Oktober 2024 hingga semester pertama 2025 dengan kebijakan Inpres No 1/2025 yang membatasi (efisiensi) government dalam melakukan kunjungan dan kegiatan MICE serta pelarangan kegiatan study tour oleh daerah-daerah yang merupakan “kantong” pasar wisata DIY.
“Menjadikan kontribusi pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi DIY sangat tidak sesuai harapan dan sangat terpengaruh kebijakan tersebut. Dari 100 persen kegiatan MICE,, 60 persen dominasi MICE oleh goverment. Dari 100.persen kegiatan wisatawan domestik, 40 persen dominasi study tour,” kata Bobby.
Menurut Bobby penurunan kunjungan wisatawan bisa menjadi momentum untuk DIY lebih resilience menghadapi dinamika pariwisata dengan memperluas market share yang belum tergarap dengan baik, seperti insentive, sport tourism, wellness, deep eksperience & product Quality Tourism yang meaningfullnes lainnya , “Mengingat DIY wilayahnya tidak luas maka selected market yang memiliki value tinggi sudah seharusnya dilakukan sebagai salah satu engine ekonomi DIY,” tandasnya.

Kemudian Tim Apriyanto (Pengurus APINDO DIY dan API DIY) menyebutkan UMKM DIY sebagai Saka Guru dan Industri Pengolahan sebagai Penopang: Membangun Ekonomi Berkelanjutan. “Industri pengolahan atau manufaktur di DIY memiliki kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Meskipun DIY lebih dikenal sebagai pusat pendidikan, pariwisata, dan ekonomi kreatif, sektor manufaktur tetap memainkan peran penting, terutama dalam industri kecil dan menengah (IKM),” jelasnya
Disebutkan 2024, industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 11,83 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY. Selain itu, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum menyumbang 10,59 persen, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi 9,92 persen . Secara keseluruhan, PDRB DIY atas dasar harga berlaku mencapai Rp 193,51 triliun pada tahun 2024,” papar Apriyanto.
“Ngobrol Ramadhan” dihadiri 25 peserta yang mewakili pengurus ISEI Cabang Yogyakarta, Akademisi dari PTN/PTS, KADIN DIY, Perbankan DIY. Peserta yang hadir antara lain Wawan Harmawan (Wawali Kota Yogyakarta), Edy Suandi Hamid (Rektor UII). Lincolin Arsyad (Guru Besar FEB UGM), Robby Kusumaharta (KADIN DIY), Santoso Rochmad (Bank BPD DIY), D Wahyu Ariani (Guru Besar FE UMB), Agus Widarjono (Guru Besar FBE UII) dan Y Sri Susilo (Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta). Acara tersebut diakhiri dengan buka bersama dan pembagian cindera mata dari KPwBI DIY. (lip)