Penyuluh Agama Katolik dan Budha Ikuti Diskusi Tragedi Kemanusiaan Perdagangan Orang di Institut DIAN/Interfidei

beritabernas.com – Penyuluh Agama Katolik dan Penyuluh Agama Budha Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta mengikuti acara diskusi terkait perdagangan orang (human trafficking) yang berakhir tragis dengan pengiriman ratusan cargo peti mati dari Malaysia dan beberapa negara lain ke Indonesia Timur (NTT).

Diskusi terkait kegiatan relawan kemanusiaan yang mengurus pemulangan ratusan jenazah Pekerja Migran Indonesia (PMI) nonprocedural dilaksanakan di Institut DIAN/Interfidei Jalan Banteng Utama, Nomor 59 Sleman, DIY, pada hari Jumat, 21 Maret 2025.

Peserta diskusi foto bersama narasumber. Foto: Istimewa

Pembicara utama dalam diskusi tersebut adalah Sr Laurentina, seorang biarawati Katolik yang sudah 13 tahun melayani di NTT, khususnya di isu perdagangan orang. Suster Kargo, begitulah ia dijuluki, karena selama 7 tahun terakhir, beliau fokus mengurusi pemulangan jenazah korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

BACA JUGA:

Menurut Sr Lauren, faktor kemiskinan di pedalaman NTT membuat orang migrasi ke tempat lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik namun celakanya mereka tertipu dengan iming-iming beasiswa atau akan bekerja dengan gaji yang fantastis karena yang menjanjikan itu jaringan perdagangan orang yang sudah merasuk sampai ke desa-desa di sana. Suster Lauren membutuhkan kolaborasi banyak pihak terkait pemutusan mata rantai TPPO di sana.

Salah satu peserta diskusi, Edelbertus Jara menyampaikan bahwa kemiskinan di NTT terjadi secara kultural dan juga struktural. Sudah banyak usaha pelatihan, pemberdayaan baik dari pihak pemerintah, Agama maupun LSM namun tidak ada keberlanjutan kalau pun ada jumlahnya sedikit.

Suasana diskusi di Institut DIAN/Interfidei Jalan Banteng Utama, Nomor 59 Sleman, DIY, pada hari Jumat, 21 Maret 2025. Foto: Istimewa

Menurut orang NTT diaspora ini, salah satu problemnya adalah pasar. Pelatihan membuat barang setengah jadi atau barang jadi, jika pasarnya di sana ya kurang mendongkrak. Jika kita mau membantu mari kita menjadi marketing produk mereka untuk di pasarkan di Jawa. Hanya catatannya adalah kualitas produk dari NTT perlu didampingi agar spek yang dibutuhkan pasar di Jawa/Jogja terpenuhi. Jika itu terjadi maka ada keberlanjutan dan kita ambil bagian kecil dari proses pengentasan kemiskinan bagi saudara kita di sana.

Acara diskusi tragedi kemanusian TPPO difasilitasi oleh Institut DIAN/Interfidei Yogyakarta dan dihadiri oleh elemen masyarakat pemerhati kemanusian Yogyakarta yang berasal dari lintas agama. Penyuluh Agama Buddha yang terlibat adalah Totok, S. Ag., dan Penyuluh Agama Katolik yakni Edelbertus Jara S. Fil. (Edelbertus Jara)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *