beritabernas.com – Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (KKPKC) Kevikepan Yogyakarta Barat bekerja sama dengan Komisi Liturgi dan Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) kembali menyelenggarakan Novena Keutuhan Ciptaan. Hal dimaksudkan untuk menggemakan pesan Laudato Si’ di tempat-tempat peziarahan di wilayah Kevikepan Yogyakarta Barat.
Novena Keutuhan Ciptaan diselenggarakan selama 9 bulan, mulai bulan Februari di 9 tempat peziarahan berturut-turut di tiap minggu kedua di wilayah Kevikepan Yogyakarta Barat. Program ini mengacu pada Rencana Induk Keuskupan (RIKAS) 2016-2035, yang bertujuan agar karya pastoral di Keuskupan Agung Semarang semakin nyata, terarah dan terukur.

Dalam Rencana Induk ini telah ditetapkan visi, misi, strategi dan inspirasi Kitab Suci, yang menjadi arah pembangunan umat Allah Keuskupan Agung Semarang sesuai dengan amanat Konsili Vatikan II. Komisi-komisi di tingkat keuskupan, kevikepandan paroki-paroki diharapkan bersinergi untuk mewujudkan cita-cita bersama ini.
Novena Laudato Si’ periode ke-01: Bumi Rumah Bersama Wates, 9 Februari 2025 di Gereja Bunda Maria Penasihat Baik Wates menjadi saksi dimulainya Novena Laudato Si’, sebuah rangkaian peziarahan rohani yang berfokus pada keutuhan ciptaan dan panggilan pertobatan ekologis bagi umat Katolik.
Acara ini diawali dengan doa pembukaan yang dipimpin oleh Antonius Riyanto selaku master of ceremony, diikuti dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Keuskupan Agung Semarang yang dinyanyikan oleh koor Laudate Dominum.
BACA JUGA:
- 25 Warga Binaan Kristiani Lapas Wirogunan Mengikuti Perayaan Ekaristi
- Para ASN, TNI, Polri dan BUMN/BUMD yang Kristiani Mengikuti Pembinaan Iman
Dalam sesi pengantar, moderator Rm Adolfus Suratmo Pr, yang juga merupakan Ketua Komisi Keadilan Perdamaian Keutuhan Ciptaan (KKPKC) Yogyakarta Barat menekankan pentingnya perubahan pola pikir dalam menjaga bumi sebagai rumah bersama.
Ia mengajak seluruh umat untuk melakukan pertobatan ekologis dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konsumsi makanan, penggunaan air, hingga cara memperlakukan lingkungan.
Sebagai narasumber utama, Vikaris Episkopal Kevikepan Yogyakarta Barat Romo AR Yudono Suwondo Pr mengajak umat untuk melihat perjalanan ini sebagai bagian dari panggilan iman. Ia mengutip ensiklik Laudato Si’, yang menekankan pentingnya menjaga bumi sebagai rumah bersama dan mempertanyakan warisan lingkungan yang akan diberikan kepada generasi mendatang.

Krisis ekologis yang semakin nyata memerlukan respons konkret dari setiap individu dengan memperlambat ritme hidup dan merenungkan keindahan ciptaan Tuhan.
Perayaan Ekaristi yang menjadi puncak acara dipimpin oleh Romo AR Yudono Suwondo Pr sebagai selebran utama didampingi oleh Romo A Hendri Atmoko Pr, Romo Y Sunaryadi Pr,dan Romo Adolfus Suratmo A Pr.
Romo Yudono mengajak umat untuk senantiasa memiliki rasa kagum terhadap karya Tuhan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perjumpaan dengan sesama. Ia menegaskan bahwa kekaguman yang mendalam terhadap ciptaan akan melahirkan kesediaan untuk mewartakan kasih Allah kepada dunia.
Sebagai bagian dari perjalanan panjang Novena Laudato Si’, umat diajak untuk terus berproses dalam memahami dan menerapkan ekologi integral dalam kehidupan. Novena ke-2 akan dilaksanakan pada 9 Maret 2025 di Taman Doa Maria Dhamparing Kawicaksanan Ngembesan, Kapanewon Turi, Sleman; melanjutkan peziarahan menuju perayaan puncak di Gua Maria Sendangsono pada Oktober 2025.
Pada akhir acara diberikan secara simbolis bibit tanaman kepada Agustinus Endro perwakilan dari Gereja Bunda Maria Penasihat Baik Wates dan Agustinus Tri Hartono perwakilan dari Taman Doa Maria Dhamparing Kawicaksanan Ngembesan, yang akan dilakukan penghijauan dengan menanam sekitar 6.000 pohon di area taman doa yang berada di Kevikepan Yogyakarta Barat.

Dengan penuh harapan, Novena Laudato Si’ dapat menjadi persembahan doa dan gerakan nyata bagi umat dalam merawat bumi sebagai rumah bersama, sebagaimana diwartakan dalam ensiklik Laudato Si’ oleh Paus Fransiskus.
Peziarah Pengharapan Tahun 2025 merupakan tahun penuh syukur bagi Gereja Katolik. Melalui bulla Spes non Confundit yang dikeluarkan pada 9 Mei 2024, Bapa Suci Paus Fransiskus menetapkan tahun ini sebagai Tahun Yubelium Biasa dengan tema Peziarah Pengharapan.
Selain itu, tahun ini juga menandai ulang tahun ke-10 Ensiklik Laudato Si’, yang diterbitkan oleh Paus Fransiskus pada 24 Mei 2015. Keuskupan Agung Semarang turut merayakan momen bersejarah ini dengan merayakan ulang tahun ke-85 keuskupan. (*)
There is no ads to display, Please add some