beritabernas.com – Konten lokal dalam berbagai media penyiaran sangat penting sebagai media untuk demokratisasi budaya. Sebab, dengan menyiarkan konten-konten lokal masyarakat atau pemirsa media penyiaran bisa mengenal dan menikmati budayanya sendiri tanpa dipaksa untuk menikmati budaya asing.
Untuk mengembangkan dan mewujudkan konten lokal dalam media penyiaran, baik radio, televisi, media sosial dan sebagainya itu, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) DIY mengadakan Pekan Anugerah Penyiaran mulai 29 Oktober 2024 hingga 10 November 2024.
Dalam Pekan Anugerah Penyiaran itu, KPID DIY bekerjasama dengan KPI Pusat melakukan Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa (GLSP) yang antara lain dengan kegiatan Goes to Campus. Salah satu kegiatan Goes to Campus tersebut adalah mengadakan diskusi publik Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa GLSP) bersama UII dengan mengusung tema Konten Lokal sebagai Medium Demokratisasi Budaya di Ruang Teatrikal Lantai 2 Gedung Kuliah Umum (GKU) Kampus Terpadu UII, Jumat 1 November 2024.
Menurut Evri Rizqi Monarshi, Komisioner KPI bidang Kelembagaan dan Penanggung Jawab GLSP, GLSP sebagai wujud tanggungjawab KPI Pusat bekerja sama dengan KPID untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan siaran yang layak dan harus dikonsumi oleh masyarakat masyarakat seperti apa.
Sebab, menurut Evri Rizqi, anak-anak zaman sekarang lebih mengenal budaya asing, seperti drama Korea (drakor), ketimbang budaya daerah/negara sendiri. Bahkan drakor sudah sangat meresap dalam pikiran-pikiran anak-anak muda Indonesia. Bangsa Korea pun dengan mudah dan leluasa memproduksi budaya atau drama yang disukai anak-anak muda Indonesia. Akibatnya, ada kemerosotan untuk menikmati konten-konten budaya lokal atau yang sangat Indonesia banget.
Karena itu, menurut Evri Rizqi, melalui GLSP ini, KPI mendorong media-media penyiaran untuk lebih banyak menyiarkan dan bahkan memproduksi konten-konten budaya yang sangat Indonesia. Sebab, selama ini tidak sedikit media penyiaran biasanya membentuk konten budaya yang lebih populis ketimbang tayangan yang berkualitas karena demi rating.
- KPID Berbagai Daerah Apresiasi MK yang Menggelar Sidang Gugatan Perpanjangan Masa Jabatan KPI
- Hasil Riset Nielsen: Radio Menjadi Sumber Informasi Pemilu Setelah Televisi
- Hasil Survei Terbaru Nielsen: RRI sebagai Radio Terpopuler di Indonesia
- RRI Bertransformasi Menuju Multiplatform Berbasis Radio untuk Indonesia Maju
Evri Rizqi pun berharap konten lokal akan menjadi raja di daerahnya masing-masing. Untuk itu, media penyiaran perlu mengemas konten-konten lokal agar lebih menarik. Evri mengaku untu menghadirkan program budaya lokal memang tidak mudah, namun dengan GLSP ini media-media penyiaran bisa mengemas budaya lokal dengan lebih menarik.
Sementara Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD mengatakan, setiap zaman memang punya tantangan dan konteks yang berbeda. Ketika dulu ada tayangan budaya yang menarik, namun kini tayangan yang dianggap menarik saat itu belum tentu menarik untuk saat ini. Artinya, ada pergeseran makna yang itu sering kali diterima sebagai kewajaran baru.
Jadi, konteks mempengaruhi tafsir kita atas banyak fenomena, sehingga kita harus selalu berpikir mencari makna dan itulah yang menjadikan hidup kita semakin bermakna. Tafsir masa lampau belum tentu cocok untuk konteks hari ini. Sebagai contoh, cara mengajar mahasiswa dulu belum tentu cocok dengan mahasiswa sekarang. Apa yang dulu valid belum tentu sekarang valid.
Sementara Ketua KPID DIY Hazwan Iskandar Jaya mengungkapkan, Pekan Anugerah Penyiaan KPIDDIY 2024 diisi dengan berbagai kegiatan, dimulai dari 29 Oktober 2024 berupa sekolah literasi digital kepenyiaran di MAN 1 Yogyakarta.
Selain itu, bekerjasama dengan KPI Pusat, KPID DIY melakukan kegiatan GLSP Goes to Campus mulai 31 Oktober 2024 hingga 9 November 2024 ke 10 kampus atau perguruan tinggi di DIY, termasuk ke UII. Dalam acara GLSP di UII juga dilakukan penandatangan kerjasama antara KPID DIY dengan UII. (lip)
There is no ads to display, Please add some