Kurniawan Dwi Admaka, Aktivis Buruh, Politik, Gereja dan Pelayan bagi Sesama

beritabernas.com – Kurniawan Dwi Admaka bukan sosok baru di jajaran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di DIY. Lelaki yang lahir di Yogyakarta, 28 Oktober 1971 ini mengawali kiprah berpartai sejak 1992 sebagai pengurus Ranting Caturtunggal dan terus aktif sampai sekarang.

Pernah duduk sebagai pengurus Ranting Kelurahan Caturtunggal, Pengurus nak Cabang Kapanewon Depok selama tiga periode, pengurus Cabang PDIP Sleman sementara, hingga masuk Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan DIY sebagai Anggota pada Bidang Hukum dan Perundang-undangan dan HAM (2010-2015).

Koko, demikian panggilan akrab suami Ratih Wulandari dan bapak dua anak Nicholas Rakaputra Deovalent dan Marcello Bisma Rajendra, ini juga menjadi Komandan Regu Satgas Pasanda atau Pasukan Andalan tahun 1996. Namun Koko, dalam kiprah politik terkait pemilu lebih sering berada di belakang layar, yakni memikirkan strategi partai bagaimana meraih simpati masyarakat untuk memenangkan pemilu dan meraih kekuasaan.

Pengurus Pasanda bersama Ketua DPRD Sleman Haris Sugiarta, Ketua DPC PDIP Sleman Kuswanto dan Ketua Komisi B DPRD Sleman Dedie Kusuma. Foto: Dokumen Pribadi

Ketua dan pendiri Federasi Serikat Pekerja Mandiri/FSPM 2007-2020 di tempat kerjanya dari tahun 2007-22020 ini menjelaskan, bagaimana suatu partai meraih simpati masyarakat. Di antaranya, menurut Koko, dengan membantu rakyat kecil, misalnya memberi pelatihan supaya mereka mempunyai skill sebagai modal kerja. Pada tahun 2018 membentuk Forum Komunikasi Buruh Bersatu DIY-Jateng.

Hal lain yang dilakukan partai yakni memdampingi masyarakat agar mandiri dalam usaha, khususnya para pelaku UMKM bisa mendapatkan syarat untuk berusaha.

Belum lama ini Koko memperjuangkan seorang ibu yang mempunyai dua anak, rumah sudah dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan sudah tidak mampu lagi membiayai pendidikan anak-anaknya. Koko mengajaknya bertemu MY Esti Wijayati, Anggota DPR RI, untuk bisa mendapatkan bantuan dengan bantuan dana pendidikan dari pemerintah.

“Ibu itu minta tolong untuk mengurus PKH, Program Keluarga Harapan dan ada tunggakan bayar sekolah anaknya,” kata Koko.

Koko memimpin aksi demo buruh menuntut kenaikan kesejahteraan di Jalan Malioboro. Foto: Dokumen Pribadi

Ibu itu pun mendaftar PKH, dan kedua anaknya diajukan dalam Program Indonesia Pintar (PIP) dan diberi formulir utk mengurus Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk diajukan ke dinas sosial supaya tunggakan sekolah anaknya mendapat bantuan. “Saya harus mendampingi ibu ini sampai urusan selesai,” tegas Koko.

Itulah salah satu yang harus diperjuangkan partai tempat Koko selama bernaung untuk mengangkat kesejahteraan rakyat. “Masih banyak program lain yang bertujuan mengangkat kesejahteraan masyarakat. Dan semua program harus bisa diselesaikan dengan baik,” tegasnya.

Berpengalaman sebagai aktivis buruh, aktivis politik sosial dan kemasyarakatan, serta aktivis gereja, ini mengaku, semua aktivitas ini telah membentuk dirinya sebagai, “Pelayan bagi Sesama’. Pada hakikatnya, ujar Koko, manusia adalah insan sosial. Manusia tidak bisa menjalani kehidupan tanpa bantuan orang lain.

“Saya berusaha dalam aktivitas membantu sesama ini tidak membedakan suku, agama, dan golongan Semua insan adalah sama di mata Tuhan,” tuturnya. (Anton Sumarjana)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *