Mari Bersahabat dengan Sampah dengan Memilih dan Memilah

beritabernas.com – Sekelompok kecil dari warga RT 01/ RW 53 Padukuhan Sambilegi Lor, Kalurahan Maguwoharjo, Kecamatan/ Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman mencoba berdiskusi mencari solusi untuk mengatasi kegelisahan masyarakat terkait masalah sampah.

Hal ini berawal dari penutupan tempat pembuangan akhir (TPA) Piyungan selama 45 hari. Dengan penutupan itu, bukan tidak mungkin masyarakat DIY, khususnya Sleman yang tidak bertanggung jawab, akan membuang sampah rumah tangga sembarangan di sepanjang jalan atau di Selokan Mataram.

Hal ini bukan sekadar kekawatiran, karena sebelumnya ketika TPA Piyungan ditutup beberapa waktu lalu, banyak terlihat sampah di buang di pinggir jalan dan di Selokan Mataram. Sangat miris, karena sampah-sampah tersebut menjadi inang berkembangnya kuman penyakit dan menjadi pemandangan yang menjijikkan.

Sekelompok kecil dari warga RT 01/ RW 53 Padukuhan Sambilegi Lor melakukan praktek memilih dan memilah sampah. Foto: Istimewa

Untuk menjawab kegelisahan ini, sebuah kelompok kecil warga yang diprakarsai Yohanes Gandung Widiyantoro dan dibantu oleh tim kecil, melakukan gerakan bersahabat dengan sampah, dengan memilih dan memilah sampah. Cara kerja gerakan ini sebenarnya sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh setiap rumah tangga. Hanya saja karena masyarakat malas atau mungkin tidak peduli sehingga hanya mau praktis saja dengan membuang sampah dari berbagai bahan dan memasrahkan kepada petugas pengambil sampah. 

BACA JUGA:

Dari kebiasaan kurang bijak ini, lalu Gandung dan tim mencoba merumuskan sebuah ide atau gagasan menanggulangi sampah untuk kepentingan dan kebaikan bersama warga sekitar. Konsep sederhana yang dicetuskan Gandung dan tim adalah masyarakat diajak memilih dan memilah sampah an-organik (plastik, kertas, beling) dan sampah organik (sampah dapur) dengan cara dipisahkan.

Dari sampah yang sudah terpisah ini akan diambil setiap hari. Sampah-sampah dari masyarakat ini, yang an-organik langsung dikirim ke pengepul (pengusaha rongsok) dan sampah organik sisa dapur, dimasukkan dalam drum-drum plastik dan diolah menjadi pupuk kompos dengan proses fermentasi. Proses fermentasi ini dilakukan dengan cara menyampur sampah dengan cairan yang mengandung bakteri dan ragi, ditambah dengan molase sebagai aktifator bakteri. 

Warga RT 01/ RW 53 Padukuhan Sambilegi Lor melakukan praktek memilih dan memilah sampah. Foto: Istimewa

Ide atau gagasan ini tentu tidak akan sampai ke masyarakat jika Gandung dan tim tidak memperkenalkannya. Setelah Gandung dan tim berembuk dengan Ketua RT, Ketua RW dan Kepala Padukuhan, lalu disepakati untuk mengundang masyarakat terutama ibu-ibu pengurus Dasa Wisma untuk melakukan simulasi dan praktek pengolahan sampah organik (sampah dapur) diproses menjadi pupuk kompos dan pupuk organik cair dengan bimbingan Gandung dan tim.

Simulasi ini dilakukan di balai RT setempat. Saat pelaksanaan simulasi dan praktek pengolahan sampah ini, Gandung dan tim juga mengundang komunitas pemerhati lingkungan hidup yaitu Agustinus Sumaryoto dan Elisabeth Setyaningsih, yang diharapkan bisa memberikan masukan-masukan positif saat acara berlangsung.

Saat simulasi dan praktek pengolahan sampah organik berlangsung, ternyata animo masyarakat cukup antusias. Banyak pertanyaan yang muncul, sehingga menjadi diskusi yang cukup menarik. Simulasi dan praktek pengolahan sampah organik ini cukup sukses. 

Sekelompok kecil warga RT 01/ RW 53 Padukuhan Sambilegi Lor melakukan sosialisasi cara memilih dan memilah sampah. Foto: Istimewa

Langkah selanjutnya, Gandung dan tim atas izin dan dukungan Ketua RT, akan memberikan bantuan peralatan dan bahan pembuatan pupuk kompos dan pupuk cair kepada beberapa masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat yang diberi bantuan segera melakukan aksi pembuatan kompos dan menjadi pemantik dan contoh bagi masyarakat lainnya untuk menjadi “sahabat sampah organik”. 

Mudah-mudahan ide dan gagasan Gandung dan tim ini bisa berjalan dan terealisasi ke masyarakat wilayah Padukuhan Sambilegi Lor. Kompos hasil pengolahan dari masyarakat ini bisa diaplikasikan untuk perawatan tanaman melalui tangan ibu-ibu Dasawisma. (Yohanes Gandung Widiyantoro, penggagas bersahabat dengan sampah, Ketua Pemuda Katolik DIY)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *