beritabernas.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, Indonesia termasuk negara yang pemulihan ekonominya cukup cepat dan tinggi. Ini terbukti, pada tahun 2021, PDB riil Indonesia telah melampaui 1,6 persen di atas level prapandemi.
Sementara pada semester pertama tahun 2022, menurut Menkeu Sri Mulyani, bahkan jauh lebih tinggi lagi, yaitu 7,1 persen.
“Ini merupakan posisi tertinggi ketiga di antara negara G20 dan ASEAN-6,” kata Menkeu Sri Mulyani dikutip beritabernas.com dari akun instagramnya.
Hal itu diungkapkan Menkeu Sri Mulyani saat membahas Asumsi Dasar Ekonomi Makro berikut postur APBN tahun 2023 bersama Komisi XI DPR RI, Kamis 1 September 2022.
https://www.instagram.com/smindrawati/
Menurut Menkeu Sri Mulyani, pengelolaan fiskal yang prudent dan hati-hati selama krisis pandemi berlangsung juga berdampak pada akumulasi defisit fiskal 2020-2021 yang masih tergolong moderat, yaitu 10,7 persen, namun efektif mendorong pemulihan ekonomi.
Dikatakan, dalam 2 tahun telah menghasilkan PDB melampaui masa prapandemi. Rasio utang Indonesia pun berhasil diturunkan kembali 2 tahun setelah pandemi. Tahun 2021, rasio utang Indonesia mencapai 40,7 persen, namun pada pertengahan tahun ini sudah turun menjadi 37,91 persen. “Sedikit sekali negara yang berhasil menurunkan rasio utang pemerintah di tahun ke-3 setelah pandemi,” kata Menkeu Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, capaian ini menunjukkan momentum pemulihan ekonomi Indonesia masih cukup kuat. Hal ini juga tercermin dari indeks penjualan retail yang tumbuh cukup solid. PMI kita kembali menguat di 51,7 persen pada bulan Agustus 2022. Sementara konsumsi listrik turut melonjak, khusus sektor bisnis tumbuh 25,9 persen, untuk industri tumbuh 16,2 persen. Hal ini berarti” kegiatan ekonomi dari sisi produksi terus tumbuh.
Akibat pemulihan ekonomi ini, angka kemiskinan Indonesia telah menurun dari puncaknya akibat pandemi, yaitu 10,14 persen pada 2021 ke 9,54 persen pada 2022. Kita juga telah menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan, sehingga angka pengangguran mengalami penurunan dari 6,26 persen pada 2021 ke 5,83 persen pada 2022,” kata Sri Mulyani.
Sementara pasar tenaga kerja berangsur pulih didorong pemulihan ekonomi yang berkualitas sehingga pengangguran menurun.
“Semoga capaian-capaian positif ini akan terus berlanjut ke depan. Untuk itu, disiplin konsolidasi fiskal harus tetap dilakukan sehingga tahun 2023 defisit APBN bisa kembali di bawah 3 persen agar kekuatan dan kesehatan APBN tetap terjaga serta dapat berperan optimal sebagai shock absorber,” kata Sri Mulyani. (lip)
There is no ads to display, Please add some