beritabernas.com – Model pendidikan Sariswara yang dicetuskan Pendiri Perguruan Nasional Tamansiswa Ki Hadjar Dewantara merupakan rujukan utama pendidikan karakter. Sebab, model pendidikan Sariswara tidak hanya menyasar peningkatan kecerdasan akal, tetapi juga pengembangan totalitas jiwa manusia yang meliputi aspek cipta, rasa dan karsa.
Baca juga:
- Lingkar Budaya Tamansiswa Merawat Sejarah Membangun Indonesia Lewat Pameran Lukisan
- Digelar Pameran Lukisan Memperingati Satu Abad Perguruan Nasional Tamansiswa
- Satu Abad Tamansiswa, Rektor UST: Pemerintah Tidak Adil
Dalam model pendidikan Sariswara ciptaan Ki Hadjar Dewantara ini, proses pembelajaran diselenggarakan melalui jalan seni dan budaya. Hal ini benar-benar sangat relevan. Dalam model pendidikan ini anak-anak belajar bersastra sekaligus berpikir tentang sesama, belajar menari sekaligus berpikir tentang biologi dan seterusnya. Dengan demikian, pengarusutamaan kebudayaan dilakukan juga melalui pendidikan.
“Kita sama-sama tahu bahwa pendidikan dan kesenian merupakan filosofi dari Ki Hadjar Dewantara. Melatih pikiran dan melatih perasaan itu harus dijalankan secara bersamaan sehingga selaras satu sama lainnya. Dengan cara itu seorang manusia dapat menentukan sikapnya sendiri tanpa perintah orang lain dan inilah yang dimaksud dengan manusia merdeka itu atau yang disebut Ki Hadjar sebagai manusia yang punya kepribadian sendiri,” kata Tubagus Sukmana yang mewakili Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilmar Farid pada pembukaan pameran lukisan di Auditorium Kampus Pusat UST (Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa) Jalan Batikan Tuntungan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Minggu 23 Oktober 2022 malam.
Pameran ini digelar Lingkar Studi Kebudayaan Tamansiswa bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek ini menampilkan karya dan koleksi seni lukis puluhan seniman dari Jakarta, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta.
Menurut Hilmar Farid, pameran lukisan ini diharapkan bisa menjadi sumber inspirasi bagi kita semua, baik dalam menjalankan pendidikan yang bernafaskan seni budaya maupun dalam menanamkan karakter. Dalam model pendidikan Sariswara, melalui atraksi atau pertunjukan dolanan anak-anak selalu ditanamkan karakter baik itu tentang Pancasila maupun kepribadian dan kecintaan terhadap bangsa.
Selain mengapresiasi pameran yang digelar, kita juga bisa melihat bagaimana perjalanan kesenian atau kebudayaan Indonesia, berbagai gagasan, ide dan capaian-capian para seniman ditampilkan. Melalui pameran ini, bisa mendapatkan inspirasi bagi para pendidik atau para siswa untuk belajar membentuk karakter.
“Kita harapkan pameran ini juga menjadi media edukasi dan sumber pembelajaran yang luar biasa karena dengan seni kita bisa mendapatkan gagasan dan ide-ide yang cemerlang yang diekspresikan dalam karya seni. Kami memberikan apresiasi dan menyambut baik pameran ini. Mudah-mudahan Rektor UST atau civitas akademika UST bisa berkontribusi kembali untuk memajukan kebudayaan Indonesia dan Tamansiswa,” kata Hilmar Farid. (lip)
There is no ads to display, Please add some