Memaknai Budaya Jawa, Gereja Katolik Babadan Mengadakan Misa Malam 1 Suro

beritabernas.com – Bukan karena ikut-ikutan seperti di gereja-geraja lainnya, namun karena benar-benar ingin memaknai dan nguri-uri (melestarikan) budaya Jawa, maka untuk pertama kalinya, Gereja Katolik Paroki Santo Petrus dan Santo Paulus Babadan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman mengadakan misa malam 1 suro, Selasa 18 Juli 2023 malam.

Melalui misa malam 1 suro, Gereja Katolik Babadan ingin memaknai budaya Jawa dengan sembahyangan memohon berkat yang biasa dilakukan umat Katolik dan nilai-nilai kekatolikan.

Romo Sapta dan putra altar memasuki gereja untuk misa malam 1 suro. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

“Di gereja-gereja lain sudah biasa mengadakan misa malam 1 suro, namun Gereja Katolik Babadan baru pertamakali ini diadakan. Bukan karena mau ikut-ikutan, tapi karena kita memang ingin mengadakan misa malam 1 suro tiap tahun. Semoga bapak ibu semua setuju,” kata Romo Antonius Saptana Hadi Pr yang memimpin misa dan dijawab “Setujuuuuu” oleh ratusan umat yang hadir misa.

BACA JUGA:

Sebagai misa inkulturasi, dalam misa malam 1 suro yang baru pertama kali diadakan di Gereja Katolik Babadan ini, hampir semua umat yang hadir dan seluruh petugas liturgi mengenakan pakaian/ busana Jawa, seperti putra/putri altar, petugas tatalaksana, lektor, petugas koor, pembawa persembahan dan sebagainya. Suasana misa pun terasa khusuk dan sakral dengan suara gendhing pimpinan Sudarto.

Menurut Romo Antonius Saptana Hadi Pr yang akrab disapa Romo Sapta, dalam tradisi Jawa pada malam 1 suro di Keraton Yogyakarta maupun di Mangkunegaran Solo, dilakukan jamasan atau membersihkan keris dan tapa bisu mubeng beteng. Keris merupakan simbol atau lambang kewibawaan/ kebesaran Raja atau penguasa Keraton.

Sebagian umat foto bersama Romo Sapta usai misa malam 1 suro. Foto: Galih

Bila dikaitkan dengan nilai-nilai kekatolikan, menurut Romo Sapta, jamasan atau membersihkan keris sebagai simbol penyucian atau membersihkan diri, membebaskan diri dari dosa dan kesalahan. Sementara tapa bisu mengingatkan kita meluangkan waktu sejenak untuk hening, merenung, mendekatkan diri dengan Tuhan.

“Di era modern seperti sekarang kita hampir tidak lepas dari handphone (HP). Hampir setiap saat kita membuka HP, bahkan saat misa. Maka tapa bisu mengajak kita untuk hening sejenak, merenung dan mendekatkan diri dengan Tuhan,” kat Romo Sapta. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *