Pameran Arsip Museum Pers Jogjajakarta di UII, dari Revolusi Kemerdekaan hingga Pasca Reformasi

beritabernas.com – Guru Besar Ilmu Komunikasi UII Prof Dr.rer.soc Masduki SAg MSi bekerjasama dengan sejumlah mahasiswa, jurnalis dan kelompok seniman, akan menggelar Pameran Arsip Moesoem Pers Jogjakarta di Perpustakaan Kampus Terpadu UII, Jalan Kaliurang Yogyakarta pada 25 Juni hingga 16 Juli 2024.

Pameran perdana bertajuk ‘Transisi’ ini bertepatan dengan Pidato Pengukuhan Prof Masduki sebagai Profesor Bidang Ilmu Media dan Jurnalisme dan Prof Dr Drs Tamyis Mukharrom MA, Profesor Bidang Ilmu Ushul Fikih, di Auditorium KH Abdulkahar Muzakkir, Kampus Terpadu UII, pada Selasa 25 Juni 2024.

Menurut Prof Masduki, pameran ini akan dibuka oleh Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD bersamaan dengan pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Media dan Jurnalisme Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII.

Selain itu, Prof Masduki juga akan meluncurkan buku karyanya berjudul Negara, Media, dan Jurnalisme Indonesia pasca-Orde Baru yang diterbitkan Kompas Gramedia.

Masduki mengatakan, pameran perdana dan bisa dikembangkan ini merupakan hasil kolaborasi yang menyajikan berbagai dokumentasi berita koran Kedaulatan Rakyat dalam bentuk karya seni fotografi, lukisan, linimasa infografis, seni instalasi berupa majalah dinding dan benda-benda memorabilia milik sejumlah jurnalis KR saat liputan. KR yang lahir pada 27 September 1945 dan merupakan satu di antara surat kabar legendaris dan tua usianya di Indonesia, merekam transisi politik Indonesia sejak 1945 hingga 2012 dan sekarang.

Dikatakan, tema Transisi diterjemahkan menjadi 4 topik yang menjadi fokus pameran yakni revolusi kemerdekaan 1945-1949, peralihan kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru, kerusuhan Mei 1998,dan pengesahan Undang-Undang Keistimewaan DIY.

BACA JUGA:

Sebagai contoh, pada masa revolusi kemerdekaan terdapat sejumlah foto yang menggambarkan Presiden Soekarno sedang berdialog secara politis dengan tokoh-tokoh Belanda yang menggambarkan suatu arsip sejarah dalam pemberitaan KR.

Pada masa peralihan Orde Lama ke Orde Baru, surat kabar ini banyak memunculkan iklan dan teks lagu-lagu bernada patriotik pada 1965 dalam bentuk grafis. Kemudian, tragedi 1998 ditandai dengan banyaknya pemberitaan tentang demonstrasi mahasiswa di sekitar UGM dan Jalan Gejayan.

Selanjutnya pada 2012 muncul pemberitaan tentang demonstrasi menuntut pemerintah pusat agar segera mengesahkan Undang-undang Keistimewaan DIY, penolakan pembangunan hotel dan penolakan pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta.

Sejak Desember 2023, Prof Masduki melibatkan tim kolaborator di antaranya terdiri dari komunitas Inkuiri, komunitas yang memilih kesenian dan kegiatan sebagai cara pembelajaran yang progresif dan kolaboratif. Selain itu proyek ini juga melibatkan Komunitas Lensa Klik 18 dan Redaksi Ilmu Komunikasi UII yang aktif pada bidang fotografi dan jurnalistik, seniman Anang Saptoto, dan sejumah jurnalis.

Tim berjibaku mengumpulkan berbagai arsip KR di antaranya karya jurnalistik, iklan lawas yang disimpan di Jogja Library Center. Setelah itu, mereka memotret ulang dan menafsirkannya menjadi karya seni.

Kurator pameran, Anang Saptoto, menjelaskan tim menafsir ulang arsip-arsip KR menjadi berbagai karya seni. Karya infografis dan lukisan pada kanvas berbahan cat akrilik dan pigura kayu, contohnya. Karya berjudul Alur Pemikiran Proyek Museum Pers Jogja berukuran 150×125 sentimeter secara visual menggambarkan berbagai temuan dari KR berupa ilustrasi dan tulisan.

Menggunakan pendekatan dekoratif, karya dua panel ini memakai sentuhan kelir cerah yang menyimbolkan pemikiran segar, progresif, tanpa meninggalkan ketajaman cara berpikir. Ada juga karya berjudul Infografis Peta Sejarah Pers Jogjakarta berbentuk infografis dan lukisan berbahan cat akrilik dan pigura kayu berukuran 125×150 sentimeter.

Karya tiga panel itu menggunakan kolase gambar dan judul artikel KR pada 1945 hingga 2012. Selain itu, pameran benda-benda memorabilia menjadi saksi berbagai liputan Pemimpin Redaksi KR Octo Lampito dan sejumlah jurnalis KR.

Penggagas kolaborasi, Masduki menyebutkan KR menggambarkan Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia, ruang kolektif dalam dinamika politik, bisnis dan partisipasi warga negara. KR menyuguhkan public good saat media massa berada pada era konvensional atau versi cetak. Surat kabar ini membuktikan konten-konten yang bagus dalam karya jurnalistik membawa dampak loyalitas dan penguatan merk hingga menjadi media legendaris. (*/lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *