Pelaku UMK Cenderung Belum Memanfaatkan Program Pelatihan Atau Kelas Wirausaha

beritabernas.com – Sampai saat ini pelaku UMK cenderung belum memanfaatkan program pelatihan/ kelas wirausaha untuk pengembangan keterampilan usaha. Hal ini terjadi karena pelatihan yang bersifat praktik masih sangat minim.

Menurut hasil survei yang dilakukan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) bekerjasama dengan Tokopedia dan dipaparkan Adinova Fauri MSc, Peneliti Dapartemen Centre for Strategis and International Studies/CSIS, dalam talkshow Diskusi Publik di Ruang Seminar Lantai 2 Kampus Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UAJY Babarsari Yogyakarta, Rabu 31 Januari 2024.

Dalam talkshow bertajuk Membangun Kemampuan Digital UMK yang Berdaya Saing dan Inklusif di Yogyakarta yang diselenggarakan oleh FBE UAJY bekerjasama dengan CSIS dan Tokopedia itu, Adinova Fauri mengatakan, sebanyak 42,8 persen pelaku UMK digital mengaku setuju dan sangat setuju tidak mengikuti program pelatihan karena tidak ada latihan praktek. Sedangkan 39,3 persen menyatakan netral dan 14,3 persen menyatakan tidak setuju dan selebihnya mengaku tidak tahu.

Suasana talkshow Diskusi Publik bertajuk Membangun Kemampuan Digital UMK yang Berdaya Saing dan Inklusif di Yogyakarta di Ruang Seminar Lantai 2 Kampus Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UAJY Babarsari Yogyakarta, Rabu 31 Januari 2024. Foto: Philipus Jehamun/ beritabernas.com

Sementara 741,4 pelaku UMK non digital menyatakan setuju dan sangat setuju tidak mengikuti program pelatihan atau kelas wirausahan karena tidak ada latihan praktek dan 23,8 persen menyatakan tidak setuju, sementara 2,4 persen mengakut tidak tahu.

Kemudian, sebanyak 36,5 persen mahasiswa wirausaha yang menyatakan setuju dan sangat setuju tidak ada latihan praktik dan 11,5 persen mengaku netral serta 50 persen menyatakan tidak dan sangat tidak setuju dan 1,9 persen mengaku tidak tahu.

BACA JUGA:

Sedangkan mahasiswa calon wirausaha, sebanyak 43,4 persen setuju dan sangat setuju menyatakan latihan tidak ada praktek, 7,5 persen netral dan 42,7 persen mengaku tidak setuju dan sangat tidak setuju serta 1,9 persen mengaku tidak tahu.

Survei yang dilakukan CSIS ini berlangsung di 3 kota besar yakni Kota Yogyakarta, Provinsi DIY, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat dan Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.

Menurut Adinova Fauri, terkait pernyataan bahwa materi pelatihan yang diberikan tidak relevan, sebanyak 16,1 persen pelaku UMK digital menyatakan setuju dan sangat setuju, 41,1 persen menyatakan netral dan 39,3 persen menyatakan tidak dan sangat tidak setuju serta 3,6 persen mengaku tidak tahu.

Adinova Fauri saat berbicara dalam talkshow di FBE UAJY. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Sedangkan 16,7 persen pelaku UMK non digital menyatakan setuju dan sangat setuju materi yang diberikan tidak relevan, 26,2 persen menyatakan netral, 57,2 persen menyatakan tidak dan sangat tidak setuju serta tidak yang mengaku tidak tahu.

Selain itu, 11,5 persen mahasiswa wirausaha mengaku setuju dan sangat setuju pernyataan materi yang diberikan tidak relevan, 5,8 persen netral, 80,8 persen menyatakan tidak dan sangat tidak setuju serta 1,9 persen mengaku tidak tahu. Sedangkan bagi mahasiswa calon wirausaha, sebanyak 7,6 persen menyatakan setuju dan sangat setuju, 5,7 persen netral, 86,8 persen menyatakan tidak dan sangat tidak setuju.

Dengan kenyataan tersebut, maka 88,3 persen mahasiswa wirausaha, 92 persen UMK digital dan 90 persen UMK non digital tidak memberikan atau membiayai kelas wirausaha kepada pekerja. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *