beritabernas.com – Pemuda Katolik mendorong pemerintah untuk mempercepat investigasi mengusut penyebab insiden berdarah yang terjadi di Wamena, Jayawijaya, Papua, Kamis 23 Pebruari 2023.
Selain itu, Pemuda Katolik juga mendesak pemerintah untuk membuka dialog dan minta pemerintah daerah agar tidak lelet atau terlambat dalam menangani kasus tersebut.
Ketua Pemuda Katolik Komisariat Cabang Jayawijaya Yusuf Huby menduga peristiwa tersebut terjadi karena adanya provokasi sebagai pemicu konflik antara masyarakat sipil dengan pihak keamanan.
Dalam siaran pers berisi pernyataan sikap yang diterima beritabernas.com, Jumat 24 Pebruari 2024, Yusuf Huby menyebutkan perisitiwa tersebut berawal adanya isu penculikan anak SD di Sinakma. Dalam isu yang diduga hoaks itu, yang dianggap pelaku penculikan diamankan pihak kepolisian. Kemudian, terjadi perlawanan antara masyarakat dan pihak Kepolisian.
Sementar menurut Aktivis HAM, Theo Hesegem, dalam peristiwa tersebut 10 orang meninggal dunia dan kurang lebih 17 orang mengalami luka-luka.
Yusuf mengatakan bahwa Pemuda Katolik mempertanyakan cara penanganan persoalan awal di TKP oleh pihak keamanan. “Mengapa pihak keamanan harus menangani persoalan di tempat terbuka yang dapat memancing emosi warga yang sudah terprovokasi dengan isu penculikan anak,” tanya Yusuf.
Yusuf Huby juga menyesalkan tindakan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya yang tidak responsif dengan situasi yang terjadi. “Pemerintah Jayawijaya seharusnya terlebih dahulu merespon setiap situasi yang berpeluang konflik di wilayah Kabupaten Jayawijaya melalui pendekatan dengan tokoh masyarakat yang berpengaruh di wilayah tersebut, misalnya kepala suku, tokoh agama, kepala distrik dan kepala kampung setempat melalui pendekatan persuasif,” kata Yusuf.
- Pemuda Katolik: Permintaan Maaf Jangan Sekadar Kado Sementara di Awal Tahun
- Pemuda Katolik: Lawan Setiap Upaya Kriminalisasi Aktivis Kemanusiaan
Pemuda Katolik pun berharap pihak yang berwenang agar menelusuri dan menangkap oknum-oknum yang menjadi provokator dan menyebar hoax yang memicu insiden kekerasan tersebut. Bagi yang melanggar hukum, masyarakat sipil maupun TNI/ Polri agar segera diproses hukum sesuai aturan yang berlaku.
“Kami berharap Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan dan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya untuk segera menyelesaikan persoalan ini melalui mekanisme dan aturan yang berlaku. Kami berharap kejadian yang menelan banyak korban jiwa ini murni dari dampak isu penculikan anak bukan karena kepentingan tertentu atau manajemen konflik yang diskenariokan,” kata Yusuf Huby.
Yusuf Huby pun meminta pihak berwenang untuk melakukan beberapa hal, pertama, melakukan investigasi prosedur pihak keamanan dalam menangani situasi di lapangan. Tindak tegas jika ada mal prosedur dalam penanganan lapangan dan bentuk tim investigasi yang independen.
Kedua, membuka ruang dialog untuk menyerap aspirasi masyarakat, para tokoh adat dan tokoh masyarakat, khususnya terkait nasib warga yang ditahan. Ketiga, jenasah warga yang meninggal dunia diserahkan dengan baik kepada keluarga korban. Dan keempat, pemerintah daerah memfasilitasi pemakaman warga yang meninggal dunia.
Sementara itu, Sekjen Pengurus Pusat Pemuda Katolik Johanes SM Sitohang menyesalkan kejadian berdarah ini. “Kami tentu amat menyesalkan kejadian ini dan Pengurus Pusat sudah mengaktifkan tim yang 24 jam stand by berkoordinasi dan berkomunikasi dengan jaringan di pusat jika situasinya harus demikian,” tegas Joe-sapaan Johanes SM Sitohang.
Sekjen Pengurus Pusat Pemuda Katolik juga menginstruksikan agar para kader turut mendinginkan masyarakat dan suasana di sana, tidak terprovokasi dan tetap berkomunikasi dengan Pengurus Pusat. “Saya berharap juga kepada seluruh kader dan masyarakat untuk tidak ikut menyebarkan dan percaya berita hoax, tidak ikut memviralkan video atau foto yang akan memperkeruh suasana,” kata Joe. (lip)
There is no ads to display, Please add some