Peneliti dan Praktisi Statistika dari Berbagai Negara Berbagi Ilmu dalam Ajang ISBIS

beritabernas.com – Sejumlah peneliti dan praktisi statistika dari berbagai negara berbagi ilmu dan bertukar pengalaman di ajang International Symposium on Business and Industrial Statistics (ISBIS) yang digelar di The Alana Yogyakarta, pada 11-13 Juli 2024. 

ISBIS yang digelar atas kerja sama 3 perguruan tinggi terkemuka, UII, UGM dan UNS yang didukung International Statistical Institute (ISI) dan International Society for Business and Industrial Statictics (ISBIS) ini mengangkat tema mengenai peran statistika, artificial intelligence (AI) dan machine learning (ML) dalam dunia bisnis dan industri.

President of ISBIS Prof Paulo Canas Rodrigues dalam konferensi pers di The Alana Yogyakarta, Sabtu 13 Juli 2024 mengatakan simposium ini menjadi forum bagi para peneliti dan praktisi statistika untuk berbagi ilmu dan pengalaman sekaligus melihat tantangan dan peluang ke depan.

BACA JUGA:

Dari pengalaman masing-masing kemudian bisa diketahui apa tantangan yang dihadapi maupun peluang yang bisa diambil demi kemajuan bidang statistika. Salah satu masalah yang dihadapi saat ini adalah masalah etik dalam penggunaan data statistik.

Menurut Prof Paulo Canas, ISBIS yang merupakan asosiasi Institut Statistik Internasional didedikasikan untuk mempromosikan statistik bisnis dan industri di seluruh dunia. “Simposium ini untuk mempertemukan peneliti dan praktisi dari akademi dan industri yang mengembangkan dan menerapkan statistik dan komputasi metode untuk aplikasi bisnis dan industri,” kata Paulo.

Simposium ini menghadirkan 3 keynote speaker, 17 pemakalah dan satu sesi poster dengan total lebih dari 100 kontribusi. Pihaknya juga menyelenggarakan 4 lokakarya satelit berkolaborasi dengan UNS, UII, UGM dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan y-BIS, kelompok ahli statistik muda di ISBIS.

“Ajang ini memberikan kesempatan untuk saling bertemu, berbagi keilmuan dan pengalaman profesional, serta mempromosikan kolaborasi baru,” kata Paulo.

Sementara Dr Edy Widodo, Ketua Jurusan Statistika UII, mengatakan, yang ditekankan dalam forum ini masalah etik dalam penggunaan data statistika. Bagaimana kita menyikapi suatu data, bagaimana memperlakukan data, menggunakan data dan ini sekaligus menjadi tantangan yang dihadapi dunia statistik.

Panitia penyelenggara ISBIS foto bersama salah satu peneliti/praktisi statistika dari luar negeri (jas hitam). Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Selain itu, menurut Edy Widodo, bagaimana menciptakan statistisi-statistisi muda yang tidak hanya pintar mengolah data, tapi punya etik dalam menggunakan data. “Jangan sekadar ambil data lalu dianalisa tanpa ada pertanggungjawaban darimana sumber data dan cara mendapatkan data tersebut,” kata Edy Widodo.

Sebelumnya ketika membuka simposium, Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD mengatakan statistik, AI dan ML telah merevolusi bisnis dan industri dengan menyediakan alat canggih untuk data analisis, prediksi dan optimasi.  

Statistik membantu dalam memahami dan menafsirkan data, sedangkan AI meningkatkan kemampuan untuk memproses kumpulan data yang luas, sedangkan ML memungkinkan sistem menjadi lebih baik seiring waktu. 

Dalam bisnis, menurut Prof Fathul Wahid, analitik prediktif dan otomatisasi berbasis AI sedang mengalami transformasi. Sementara di bidang industri, teknologi ini berguna dalam memajukan kontrol kualitas dan efisiensi operasional secara keseluruhan.

BACA JUGA:

“Sinergi antara bidang ini membuka jalan menuju kemajuan yang signifikan. Namun perlu diingat, saat kita memanfaatkan teknologi canggih ini, penting untuk memperhatikan etika penggunaannya,” kata Rektor UII.

Dikatakan, penggunaan statistik, AI dan ML secara bertanggung jawab memerlukan transparansi, akuntabilitas dan prinsip keadilan. Untuk itu, harus dipastikan bahwa data tersebut dikumpulkan dan digunakan secara etis, menghormati privasi dan menghindari bias yang menyebabkan hasil yang tidak adil.

“Saya yakin diskusi dan presentasi lewat ajang ISBIS ini akan menginspirasi ide-ide baru dan memperkuat upaya kolektif kita untuk menyalurkan kekuatan teknologi ini secara bertanggung jawab dan etis,” kata Prof Fathul Wahid. (lip)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *