beritabernas.com – Konferensi Waligreja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) mengatakan, dalam terang Natal kita diajak untuk semakin bijak dan cerdas dalam bermedia sosial, semakin kreatif dalam mewartakan kasih, semakin setia dalam memegang nilai-nilai moral dan etika di dunia maya, sehingga kasih Allah semakin terpancar dan damai sejahtera semakin nyata.
Menurut KWI dan PGI, jalan-jalan kreatif yang ditawarkan oleh media sosial sudah sepantasnya kita manfaatkan sebagai sarana pewartaan sehingga mampu menggerakkan banyak orang untuk menjadi duta-duta kasih dan pelopor perdamaian di lingkungan keluarga, Gereja dan masyarakat.
Hal itu merupakan salah satu poin penting yang disampaikan KWI dan PGI dalam Pesan Natal 2022, yang ditandatangani Ketua KWI Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC dan Sekretaris Jenderal Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM serta Ketua PGI Pdt Gomar Gultom dan Sekretaris Umum Pdt Jacklevyn F Manuputty, tertanggal 21 November 2022 yang juga diterima beritabernas.com.
Baca berita terkait: Pesan Natal 2022, KWI dan PGI Ajak Umat untuk Berjalan Bersama Menghadapi Tantangan
Menurut KWI dan PGI, berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai karya manusia seharusnya dimanfaatkan untuk memuliakan Allah dengan membangun tata kehidupan bersama yang penuh kasih. Media sosial sebagai bagian dari kemajuan ini menawarkan jalan-jalan menarik untuk mewartakan kasih Allah.
“Marilah kita menuliskan pendapat, renungan dan kotbah yang menyejukkan dan mendamaikan hati banyak orang. Kita mengunggah foto-foto tentang keindahan hidup bersama di tengah aneka perbedaan atau membuat film-film pendek yang menginspirasi orang untuk peduli kepada orang lain serta alam sekitarnya. Kita mengisi ruang publik dengan kesejukan dan kedamaian guna menyebarluaskan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, kesederhanaan, dan kebersamaan. Marilah kita juga berani melawan ujaran kebencian dan berita bohong yang dapat merusak kerukunan hidup,”demikian antara lain Pesan Natal 2022 KWI dan PGI.
Pada bagian lain KWI dan PGI mengatakan bahwa sebagai warga bangsa dan warga Gereja, meskipun kita bhinneka-berbeda agama, suku, golongan, budaya-kita mesti selalu berjalan bersama agar dalam kebersamaan itu mampu menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan hidup.
Menurut KWI dan PGI, keanekaragaman merupakan anugerah Allah yang harus disyukuri, dirawat dan dikembangkan. Kebhinekaan yang kita sadari sebagai anugerah Tuhan itu seharusnya mendorong kita untuk saling bergandengan tangan dalam mewujudkan tata kehidupan bersama yang lebih bermartabat.
Dengan berjalan bersama, menurut KWI dan PGI, kita dimampukan untuk “pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat”: membangun kembali kehidupan dari keterpurukan dalam berbagai bidang akibat pandemi Covid-
19; membangun peradaban kasih di tengah menguatnya tindak kekerasan; merajut kerukunan di tengah merebaknya intoleransi; mempopulerkan budaya jujur di tengah mengguritanya tindak kejahatan korupsi; menggemakan pertobatan ekologis di tengah maraknya kerusakan lingkungan hidup dan mengembangkan hidup berpolitik yang beretika menjelang pesta demokrasi tahun 2024.
“Berjalan bersama dapat menghasilkan kekuatan yang luar biasa. Oleh karenanya semangat itu
perlu ditopang dengan sikap saling memahami, menerima, mendengarkan, dan menghargai kawan
seperjalanan yaitu seluruh warga bangsa kita. Kita hilangkan berbagai pikiran negatif dan prasangka
buruk. Kita kembangkan budaya hidup damai dan bersaudara,” demikian KWI dan PGI.
Kasih Allah juga bisa diwartakan dengan kesediaan kita untuk menjadi teman dan sahabat bagi saudara-saudari kita yang menjadi korban pelecehan seksual, peredaran obat-obat terlarang, pemutusan hubungan kerja, diskriminasi, bencana alam, dan berbagai bentuk ketidakadilan lainnya.
“Kasih Allah yang hadir dalam peristiwa Natal ini memanggil kita untuk peduli pada sesama yang
sedang menderita, karena apa yang kita lakukan untuk saudara-saudari kita yang sedang menderita
atau mengalami kehinaan, kita lakukan juga untuk Allah (bdk. Mat. 25:40),” tulis KWI dan PGI.
Berlandaskan iman yang teguh dan kasih yang tulus kita bersama-sama dapat menumbuhkan harapan dan semangat saudara-saudari kita untuk kembali melangkah dan berjuang meraih mimpi-mimpi yang mungkin telah hilang.
Berani berpihak kepada korban juga merupakan jalan kasih yang perlu kita tempuh saat ini,mana kala masih banyak orang yang hanya menjadi penonton saat sesamanya menderita, atau sengaja menutup mata agar hidupnya tetap aman dan nyaman. Teladan orang Samaria yang tergerak oleh belas kasih untuk menolong korban perampokan (bdk.Luk.10:25-37) perlu dihidupkan dan diwujudkan dalam keseharian kita. (lip)
There is no ads to display, Please add some