Prosentase Jumlah Guru Besar UII Jauh di Atas Angka Nasional

beritabernas.com – Prosentasi dosen yang menjadi profesor atau Guru Besar di UII saat ini sebesar 3,8 persen atau 30 Guru Besar dari total 790 dosen di UII.

Prosentasi Guru Besar di UII sebesar 3,8 persen tersebut jauh di atas prosentase Guru Besar secara nasional, yakni sekitar 2 persen dari seluruh atau total dosen di perguruan tinggi di Indonesia.

Saat ini sebanyak 30 Guru Besar dari total 790 dosen di UII menyusul diterimanya SK Profesor atau Guru Besar atas nama Ir Suparwoto MURP PhD, Dosen FTSP UII, Rabu 12 April 2023. Penyerahan SK Profesor untuk Ir Suparwoto dilakukan oleh Kepala LLDikti Wilayah V DIY Prof drh Arif Junaidi melalui Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD.

Rektor UII Prof Fathul Wahid (kiri) menyerahkan SK Profesor kepada Ir Suparwoko. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Menurut Ike Agustina S.Psi M.Psi Psikolog, Direktur Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan UII., saat ini UII memiliki 248 (241 NIDN dan 7 NIDK) orang dosen berpendidikan doktor. Sebanyak 176 (67 Lektor Kepala dan 109 Lektor) di antaranya telah memiliki jabatan akademik Lektor atau Lektor Kepala dari total 797 orang dosen (248 doktor dan 1 Spesialis-2, 39 Spesialis-1, 509 magister/sederajat). Mereka adalah para calon profesor karena tinggal selangkah lagi.

BACA JUGA:

Ir Suparwoko MURP PhD resmi menyandang gelar jabata akademik profesor dalam bidang ilmu Pengantar Rancang Kota berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 18374/M/07/2023.

“Suparwoko merupakan Profesor ke-3 di Jurusan Arsitektur UII, ke-7 di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII dan ke-30 di Universitas Islam Indonesia,” kata Ike Agustina S.Psi M.Psi Psikolog, Direktur Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan UII.

Kepala LLDikti Wilayah V DIY Prof drh Arif Junaidi menyerahkan SK Profesor kepada Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD untuk diteruskan kepada Ir Suparwoko. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Dalam sambutannya, Rektor UII Prof Fathul Wahid mengingatkan tentang pentingnya kejujuran akademik bagi seorang ilmuwan. Untuk diperlukan kendali diri untuk menjaga etika ilmiah, karena riset adalah soal kejujuran. Kehadiran kelompok kritis juga diperlukan untuk saling mengontrol supaya tidak tergelincir pada praktik yang tidak etis dalam riset ilmiah.

“Hal ini menjadi penting ketika tekanan publikasi semakin meningkat, kompetisi untuk mendapatkan dana hibah riset semakin ketat dan ketiadaan kontrol yang memadai,” kata Prof Fathul.

Hal yang sama ditekankan oleh Kepala LLDikti Wilayah V DIY Prof Aris Junaidi mengenai pentingnya kejujuran akademik. Dengan memberi contoh kasus dicabutnya gelar Profesor dan gelar Doktor dua orang dosen di Australia karena terbukti tidak jujur, merupakan resiko yang harus diterima bila tidak jujur. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *