Rektor Universitas AMIKOM Prof Suyanto: Penerimaan Mahasiswa Baru PTN Gila-gilaan

beritabernas.com – Rektor Universitas AMIKOM Prof Dr MSuyanto MM menilai penerimaan mahasiswa baru Perguruan Tinggi Negeri (PTN) saat ini gila-gilaan. Mereka menerima mahasiswa baru jauh lebih banyak lewat berbagai jalur, termasuk jalur mandiri.

Hal ini membuat Perguruan Tinggi Swasta (PTS) kekurangan mahasiswa. “Kita paham sekarang PTN itu gila-gilaan. Tetangga kita dulu hanya menerima 2.000 mahasiswa baru. Tapi kemarin saya ketemu wakil rektornya, saya tanya dan dijawab sekarang menerima 5.900 mahasiswa baru. Kalau seperti ini PTS dapat apa?” kata Prof Suyanto dalam sambutan pada acara pelantikan Pengurus APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) Wilayah V DIY periode 2023-2027 di Kampus Universitas AMIKOM Yogyakarta, Senin 5 Agustus 2024.

Ketua APTISI DIY Fathul Wahid. Foto: Istimewa

Menghadapi hal itu, menurut Prof Suyanto, PTS harus kreatif dan inovatif dalam menggali sumber dana. Bagi Universitas AMIKOM, penghasilan tidak semata-mata dari mahasiswa. AMIKOM akan berdayakan pendidikan, riset dan pengabdian masyarakat sehingga tahun 2030 sumber dana dari ketiga bidang itu sebesar 70 persen dan dari mahasiswa 30 persen.

“Visi AMIKOM menjadi perguruan tinggi unggulan dunia dengan ekonomi kreatif berbasis enterpreneruship dan menebar kebajikan,” kata Prof Suyanto.

Sementara Ketua APTISI Wilayah V DIY yang juga Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD menggambarkan penerimaan mahasiswa baru PTN sebagai agak kurang sopan. Dikatakan, ada banyak hal terkait dengan tantangan yang dihadapi PTS, termasuk isu penerimaan mahasiswa baru.

BACA BERITA TERKAIT:

Menurut Fathul Wahid, selain isu PTN yang menerima mahasiswa baru yang agak kurang sopan, juga ada isu terkait daya beli masyarakat yang menurun dan prioritas pengeluaran keluarga yang berubah meski ini agak sulit dibuktikan.

Untuk itu, kita perlu memastikan ke depan bahwa PTS tetap bisa hadir memberikan kontribusinya untuk mendidik aktor-aktor peradaban di Indonesia.

Menurut Prof Fathul Wahid, peran PTS tidak bisa dipandang sebelah mata. Proporsi mahasiswa Indonesia yang kuliah di PTS lebih dari 50 persen. Namun, ada pejabat negara tanpa sadar merendahkan peran PTS dengan frasa ‘betul PTS besar tetapi mahasiswanya hanya segitu lho, ‘betul banyak tetapi hanya sebanding dengan PTN yang jumlahnya sedikit’.

Para pengurus APTISI DIY periode 2023-2027 foto bersama Kepala LLDIKti DIY, Ketua APTISI Pusat Dr Ir HM Budi Djatmiko MSi MEI dan para pejabat maupun tamu undangan. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

“Ini pola pikir yang perlu diluruskan. Karena tanpa sadar itu merendahkan peran PTS dalam mendidik anak bangsa,” kata Fathul Wahid.

Menurut Fathul Wahid, ada dua hal yang tidak bisa diberikan oleh PTN. Pertama, soal distribusi gerografis. PTN selama ini berpusat di kota-kota besar, sedangkan PTS melayani sampai pojok Indonesia yang mungkin tidak bisa terjangkau oleh tangan negara.

Kedua, kalau dilihat biaya perkualiahannya, PTS bisa jauh lebih rendah secara rata-rata dibandingkan PTN. Ini juga sesuatu yang tidak bisa diberikan pelayanannya oleh negara. Selain ketersebaran geografis, juga masalah keterjangkauan biaya. “Ini seharusnya pemerintah berterima kasih kepada PTS,” kata Fathul Wahid. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *