Saiful Huda Ems: Megawati Soekarnoputri Sangat Berjasa pada Partai Demokrat

beritabernas.com – Mantan Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat hasil KLB pimpinan Jenderal TNI (Purn) Dr H Moeldoko, mengatakan, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sangat berjasa pada Partai Demokrat yang dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono.

Sebab, menurut Saiful Huda Ems yang sehari-hari berprofesi sebagai Lawyer, Megawati Soekarnoputri yang meminta Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly saat itu yang juga merupakan kader PDI Perjuangan, agar tidak menerima susunan kepengurusan baru Partai Demokrat hasil KLB Deli Serdang. Pada akhir Maret 2021, Menkumham Yasona Laoly pun benar-benar menolak kepengurusan Partai Demokrat Pimpinan Moeldoko.

“Tidak banyak orang yang tahu, bahwa jasa Ketua Umum PDIP Ibu Megawati Soekarnoputri terhadap Bangsa Indonesia ini sangat besar, wabil khusus pada Partai Demokrat Pimpinan SBY dan AHY,” tulis Saiful Huda Ems dalam tulisan yang diterima beritabernas.com, Sabtu 11 Januari 2025.

Menurut Saiful Huda Ems, apa yang disampaikan itu bukan asumsi dan analisa, tapi merupakan fakta sejarah yang hanya orang-orang tertentu yang tahu atau memahaminya. “Selain berani menolak ambisi Jokowi yang ingin menjadi presiden tiga periode, Ibu Megawati juga diam-diam berusaha sekuat mungkin untuk mencegah pengambil-alihan Partai Demokrat melalui Jenderal TNI (Purn) Moeldoko,” tulis Saiful Huda Ems.

BACA JUGA:

Secara kronologis, Saiful Huda menceritakan peristiwa Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat pada bulan Maret 2021 di Deli Serdang. Ketika itu, menurut Saiful Huda, diduga kuat Presiden Jokowi berusaha keras untuk mengambil alih Partai Demokrat melalui tangan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, yang ketika itu menjadi Kepala Staf Kantor Presiden (KSP) RI.

Moeldoko yang biasanya taat pada pimpinan, rupanya tidak bisa menolak. Sebab jika menolak, berarti Moeldoko akan dipecat, lalu misinya untuk meredam perpecahan rakyat (kaum nasionalis vs agamis) akan terhenti. Di sinilah mengapa kemudian Moeldoko mau menjalankan instruksi tersebut dengan berat hati.

Dikatakan Saiful Huda, ketika itu betapa seringnya Moeldoko menolak wawancara dari ratusan wartawan yang menunggunya soal pertarungan Partai Demokrat. Ia seringkali menjawab singkat, “Aku ora ngerti” (saya tidak mengerti), atau kadang hanya dijawab singkat “ora weruh” (tidak tahu). “Itulah jurus Pak Moeldoko agar tidak terlibat terlalu jauh soal pengambil alihan Partai Demokrat ketika itu,” kata Saiful Huda.

Lalu bagaimana dengan peran Ibu Megawati Soekarnoputri dalam hal ini? menurut Saiful Huda, dengan cerdas Ibu Megawati Soekarnoputri meminta pada kadernya yang kala itu menjadi Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly agar tidak menerima susunan kepengurusan baru Partai Demokrat hasil KLB Deli Serdang. Karena itu, pada akhir Maret 2021, keputusan Menkumham benar-benar menolak kepengurusan Partai Demokrat pimpinan Moeldoko yang diajukan ke Kemenkumham.

“Kami semua yang duduk dalam kepengurusan Partai Demokrat pimpinan Pak Moeldoko heran, kok bisa-bisanya Menkumham menolak pengajuan kami, padahal apa susahnya Menkumham untuk menerima kami? Bukankah Pak Yasonna itu selalu bertemu Pak Moeldoko saat rapat kabinet? Bukankah harusnya Pak Yasonna tunduk pada instruksi?” kata Saiful Huda.

Ternyata Yasonna lebih mau mendengar seruan dari Ibu Megawati yang taat Konstitusi. Sementara Moeldoko ketika itu tidak pernah sekalipun mau melobi Yasonna yang sering bertemu di istana. Jika pun keduanya bertemu, mereka bicara untuk hal-hal lain di luar konteks Partai Demokrat.

“Dari sini saja sudah bisa kita lihat, betapa aslinya Pak Moeldoko itu sangat bijaksana dan tidak tertarik untuk mengambil alih Partai Demokrat dari kepemimpinan AHY dan SBY,” kata Saiful Huda.

Saiful Huda pun heran buzzer-buzzer tak pernah henti-hentinya membully Ibu Megawati di medsos bahkan malah makin melonjak dengan menebarkan spanduk-spanduk yang menghina Ibu Megawati dan PDIP di jalan-jalan Jakarta. Beruntung kader-kader PDIP sangat sigap dan dalam tempo singkat semua spanduk yang memfitnah dan menyerang Ibu Megawati serta PDIP itu diturunkan.

“Ibu Megawati Soekarnoputri bukanlah tandingan Jokowi. Ibu Megawati terlahir dengan jiwa pemimpin revolusioner,” kata Saiful Huda.

Track record perjuangan Ibu Megawati jauh lebih hebat, panjang dan elegan. Hina menghina antar rakyat yang berarti kegaduhan horizontal tiada habis-habisnya, dari tahun ke tahun yang antara lain disulut oleh perbedaan pilihan politik.

“Siapa yang masih sangsi, bahwa yang memimpin Reformasi ’98 itu bukan Ibu Megawati Soekarnoputri? Siapa yang masih sangsi, kalau Ibu Megawati merupakan salah satu tokoh penting dalam gerakan reformasi 1998 yang membawa perubahan besar bagi Indonesia?” tanya Saiful Huda.

Menurut Saiful Huda, jika masih ada yang menyangsikan jasa Ibu Megawati Soekarnoputri dalam hal itu, berarti pertama, mereka buta sejarah dan kedua berarti mereka buzzer-buzzer yang suka berteriak lantang mengikuti pesanan operator politik.

“Sekali lagi, jasa Ibu Megawati Soekarnoputri pada bangsa ini sangat besari, termasuk pada Partai Demokrat pimpinan AHY dan SBY. Itulah fakta betapa setianya Ibu Megawati terhadap demokrasi dan Konstitusi negara,” kata Saiful Huda. (lip)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *