beritabernas.com – Taprof Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro meminta generasi muda untuk mewaspadai munculnya mental FOMO (Fear Of Missing Out) atau kekhawatiran tidak up to date, tidak kekinian, tidak gaul atau dianggap tidak ada dan lain-lain.
Meereka yang bermental FOMO juga merasa bahwa kalau tidak ikut maka akan menjadi orang terbelakang, menjadi orang yang terpinggirkan atau dianggap tidak ada. Ia mengingatkan bahwa dunia senyatanya tidak ada di media sosial (medsos). Yang ditonton di medsos hanya sebagai hiburan untuk mendapatkan sucscriber atau follower.
Hal itu disampaikan AM Putut Prabantoro dalam sarasehan kebangsaan yang digelar Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Agung Purwokerto di Balai Julianus, Minggu 10 November 2024.
Dalam sarasehan bertema Menjadi Pemilih Cerdas & Bertanggungjawab yang diikuti 100 lebih generasi muda se-Keuskupan Purwokerto itu, Putut Prabantoro mengatakan bahwa dunia senyatanya ada di kehidupan sehari-hari.
Dengan menyadari realitas kehidupan adalah hal penting dan tidak hanya sekedar mengagumi orang lain yang flexing di dunia medsos. Flexing adalah istilah gaul yang menggambarkan perilaku memamerkan sesuatu secara berlebihan untuk mendapatkan pengakuan sosial. FOMO dan flexing dapat mendorong orang melakukan perbuatan negatif termasuk pinjol atau judol untuk mendapat uang sebagai sarana pemenuhan pengakuan sosial.
Putut Prabantoro juga mengingatkan bahwa jejak digital tidak bisa dihapus. Jika terperosok pada pelanggaran hukum, norma, susila dan sebagainya, jejak itu tidak terhapus dan akan ikut seumur hidup. “Lalu kalau sudah terperosok, tercemar akan jadi apakah kita nanti? Jika jejak digital kalian warnanya hitam, apakah kita bisa memutihkan menjadi pemimpin masa depan?” tanya AM Putut Prabantoro.
BACA JUGA:
Karena itu, Putut Prabantoro mewanti-wanti agar kaum muda menggunakan akal budi yang sehat, emosi yang stabil dalam bermedia sosial. Mereka harus bijak menyikapi dan menghadapi perubahan zaman. “Negara dan bangsa Indonesia memerlukan Anda semua. Harus menjadi apa? Atau menjadi siapa?“ tanya Putut.
Ia pun mengingatkan pesan Uskup pertama Indonesia Mgr Albertus Soegijapranata SJ, yang menitipkan negara Indonesia dengan semboyan 100% Katolik dan 100% Indonesia. Dengan semboyan ini, umat Katolik diminta untuk menjadi garda terdepan dalam membela dan mempertahankan Indonesia. Karena Indonesia adalah anugerah bagi rakyatnya.
“Seratus persen Indonesia menjadi batu pondasi yang kuat agar tidak ada pengkhianatan terhadap cita-cita dan tujuan negara Indonesia didirikan, baik secara ideologi ataupun politik demi kepentingan kelompok,” kata Putut Prabantoro.
Sarasehan ini juga menghadirkan pembicara Sufi Sahlan Ramadhan SPd, Anggota KPU Kabupaten Banyumas, dengan moderator Aloysius Primoryza Bimas Dewanto, Pengurus ISKA(Ikatan Sarjana Katolik Indonesia) Keuskupan Purwokerto yang juga berprofesi sebagai Advokat. (*/lip)
There is no ads to display, Please add some