beritabernas.com – Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022, tingkat literasi keuangan masyarakat sebesar 49,68 persen, sedangkan tingkat inklusi keuangan mencapai 85,10 persen.
Literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan dan keyakinan yang memengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan keuangan masyarakat. Sedangkan inklusi keuangan adalah akses yang dimiliki oleh rumah tangga dan bisnis terhadap penggunaan produk dan layanan jasa keuangan secara efektif.
Dengan demikian, terjadi gap yang cukup jauh antara literasi dan inklusi keuangan. Hal ini memberikan gambaran bahwa masyarakat telah memiliki akses terhadap produk dan/atau layanan keuangan, namun belum memahami hak, kewajiban, manfaat dan risiko menggunakan produk/layanan keuangan.
Karena itu, hal ini menjadi tugas bersama baik pemerintah daerah, regulator maupun lembaga jasa keuangan agar mendukung peningkatan literasi dan inklusi keuangan guna memajukan perekonomian Indonesia.
Hal itu diungkapkan Dinavia Tri Riandari, Deputi Direktur Pengawasan Perilaku PUJK, Edukasi, Pelindungan Konsumen dan Layanan Manajemen Strategis OJK DIY pada launching Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) di Dusun Nawungan, Kalurahan Selopamioro, Kecamaran Pleret, Bantul, Selasa 17 Juli 2024.
Peluncuran program EKI merupakan upaya OJK DIY untuk mempercepat pengembangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa sekaligus mendorong literasi dan inklusi keuangan. Program tersebut diluncurkan OJK DIY berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan di daerah untuk meningkatkan akses keuangan masyarakat, khususnya di perdesaan.
Launching Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) di Dusun Nawungan, Kalurahan Selopamioro, Kabupaten Bantul dilakukan bersamaan dengan panen raya bawang merah “Glowing” yakni Gede, Lebih Original dan Berwawasan Lingkungan. Bawang merah “Glowing” merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Bantul yang dikembangkan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Selopamioro, Bantul berbasis kearifan lokal.
“Program EKI di perdesaan ini akan mengoptimalkan potensi yang ada di perdesaan yaitu potensi alam, budaya, sosial, dan finansial dengan ketersediaan akses keuangan dari lembaga jasa keuangan seperti bank, asuransi, dan lembaga pembiayaan,” kata Dinavia.
BACA BERITA TERKAIT:
Program EKI akan mensinergikan peran para pemangku kepentingan di daerah seperti pemerintah daerah, OJK, Bank Indonesia dan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) dengan berbagai layanan dan produk lembaga jasa keuangan seperti program pembukaan rekening tabungan, Laku Pandai, KUR, UMi, dan QRIS.
Pada kesempatan itu juga diserahkan secara simbolis rekening tabungan dan polis asuransi jiwa mikro kepada lima orang perwakilan anggota kelompok tani. Selain itu, dilaksanakan juga transaksi jual beli bawang merah secara langsung dari petani kepada pembeli bawang merah dengan memanfaatkan agen laku pandai.
Sementara Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono mengatakan bahwa program Pengembangan Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) adalah salah satu upaya nyata mendorong literasi keuangan,sekaligus sebagai upaya dalam penguatan masyarakat yang lebih inklusif secara keuangan.
“EKI memberi perhatian khusus kepada level Desa. Harapannya, setiap individu, terutama di tingkat desa, memiliki akses dan pemahaman yang memadai terhadap produk keuangan serta manfaatnya,” kata Beny.
Program Berkelanjutan
Program EKI ini menjadi program Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Daerah Istimewa Yogyakarta yang mulai diimplementasikan secara berkelanjutan mulai tahun 2023 hingga saat ini dengan lokasi desa yang berbeda setiap tahunnya. Khusus program EKI di Dusun Nawungan, Kalurahan Selopamioro, Kabupaten Bantul mulai diimplementasikan bulan April 2024 dan diikuti oleh sebanyak 200 orang dari berbagai kelompok masyarakat diantaranya Petani, Perempuan dan UMKM.
Program EKI di Dusun Nawungan, Kalurahan Selopamioro, Kabupaten Bantul akan dilaksanakan secara bersama-sama oleh OJK DIY, TPAKD DIY, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kanwil Yogyakarta dalam tiga tahapan yaitu Pra Inkubasi. Pada tahap ini dilakukan proses identifikasi dan pemetaan potensi desa (berupa potensi fisik, alam, manusia, sosial, dan finansial) termasuk ketersediaan akses keuangan, kepemilikan produk/layanan keuangan, serta kebutuhan pengembangan Kalurahan yang dilakukan sejak bulan April-Juni 2024.
Kemudian, Inkubasi. Pada tahap inkubasi, TPAKD DIY bersama dengan OJK DIY dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Kanwil Yogyakarta akan melaksanakan kegiatan edukasi keuangan dengan memperkenalkan produk dan/atau layanan keuangan, melakukan kegiatan pendampingan kepada pelaku UMKM, serta dukungan akses pasar/publikasi produk-produk unggulan Kalurahan Selopamioro seperti bawang merah, produk olahan bawang merah dari Kelompok Wanita Tani (KWT) serta produk olahan makanan dari Desa Prima.
Selanjutnya Passca Inkubasi. Pada tahap pasca inkubasi, masyarakat diharapkan sudah dapat menggunakan berbagai produk keuangan secara optimal. Selanjutnya, akan dilaksanakan identifikasi hasil pendampingan yang telah dilakukan untuk mengukur capaian peningkatan inklusi keuangan pada masyarakat Dusun Nawungan, Kalurahan Selopamioro, Kabupaten Bantul pada November 2024.
Melalui tiga tahapan tersebut, upaya peningkatan literasi dan inklusi keuangan dapat dioptimalkan dan terukur sehingga mendapatkan hasil sesuai tujuan dalam mengembangkan desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (lip)
There is no ads to display, Please add some