Hasil SNLIK 2024, Tingkat Literasi dan Inklusi Keuangan di Pedesaan Lebih Rendah Dibanding Perkotaan

beritabernas.com – Berdasarkan hasil SNLIK 2024, indeks literasi dan inklusi keuangan di wilayah perdesaan lebih rendah dibanding perkotaan. Di perkotaan, indeks literasi keuangan mencapai 69,71 persen dan inklusi keuangan 78,41 persen, sedangkan di pedesaan masing-masing sebesar 59,25 persen (literasi) dan 70,13 persen (inklusi).

Hal ini terungkap dari hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan Badan Pusat Statistik (BPS). SNLIK dilakukan mulai 9 Januari hingga 5 Februari 2024 di 34 provinsi yang mencakup 120 kabupaten/kota, termasuk 8 wilayah kantor OJK (1.080 blok sensus), dengan sampel 10.800 responden yang berumur antara 15 sampai 79 tahun.

Menurut Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dan Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi dalam keterangan pers di Kantor BPS Jakarta, Jumat 2 Agustus 2024, SNLIK dilakukan untuk mengukur indeks literasi dan inklusi keuangan penduduk Indonesia sebagai landasan program peningkatan literasi dan inklusi keuangan ke depan.

BACA JUGA:

Dari hasil SNLIK tahun 2024 ini menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen. SNLIK tahun 2024 juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah. Hasil yang diperoleh menunjukkan indeks literasi keuangan syariah penduduk Indonesia sebesar 39,11 persen, sedangkan indeks inklusi keuangan syariah sebesar 12,88 persen.

Menurut Amalia Adininggar Widyasanti, metode sampling yang digunakan adalah stratified multistage cluster sampling yakni pemilihan kabupaten/kota menggunakan PPS (Probability Proportional to Size)–Systematic Sampling dengan size jumlah keluarga, dimana kabupaten/kota wilayah kantor OJK secara otomatis terpilih sebagai sampel.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti (kedua dari kanan) dan Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi (kedua dari kiri) memegang dokumen hasil survei usai jumpa pers di Kantor BPS Jakarta, Jumat 2 Agustus 2024, Foto: Humas OJK

Kemudian, pemilihan sejumlah blok sensus pada setiap kabupaten/kota terpilih menggunakan PPS–Systematic Sampling dengan size jumlah perkiraan rumah tangga dengan memperhatikan keterwakilan daerah perkotaan/perdesaan. Selain itu, pemilihan 10 rumah tangga eligible pada setiap blok sensus dari hasil pemutakhiran menggunakan Systematic Sampling dengan implicit stratification berdasarkan tingkat pendidikan kepala rumah tangga serta pemilihan satu eligible responden umur 15-79 tahun pada rumah tangga sampel menggunakan Random Sampling dengan implicit stratification berdasarkan umur anggota rumah tangga eligible menggunakan Kish Table.

Dikatakan, SNLIK tahun 2024 menggunakan parameter literasi keuangan yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku, sementara indeks inklusi keuangan menggunakan parameter penggunaan (usage) terhadap produk dan layanan keuangan. Penggunaan parameter ini sesuai dengan indikator yang digunakan dalam OECD/INFE International Survey of Financial Literacy.

Berdasarkan gender, indeks literasi keuangan perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan indeks literasi keuangan laki-laki, yakni masing-masing sebesar 66,75 persen dan 64,14 persen. Indeks inklusi keuangan perempuan juga lebih tinggi dibandingkan dengan indeks inklusi keuangan laki-laki, yakni masing-masing 76,08 persen dan 73,97 persen.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi saat memberi keterangan tentang hasil survei di Kantor BPS Jakarta, Jumat 2 Agustus 2024, Foto: Humas OJK

Sementara berdasarkan klasifikasi desa, indeks literasi dan inklusi keuangan wilayah perkotaan masing-masing sebesar 69,71 persen dan 78,41 persen, lebih tinggi dibandingkan di wilayah perdesaan yakni masing-masing sebesar 59,25 persen dan 70,13 persen.

Sedangkan berdasarkan umur, kelompok 26-35 tahun, 36-50 tahun dan 18-25 tahun memiliki indeks literasi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 74,82 persen, 71,72 persen dan 70,19 persen. Sebaliknya, kelompok umur 15-17 tahun dan 51-79 tahun memiliki indeks literasi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 51,70 persen dan 52,51 persen.

Untuk kelompok umur 26-35 tahun, 36-50 tahun dan 18-25 tahun memiliki indeks inklusi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 84,28 persen, 81,51 persen, dan 79,21 persen. Sebaliknya, kelompok umur 15-17 tahun dan 51-79 tahun memiliki indeks inklusi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 57,96 persen dan 63,53 persen. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *