5 Model Pengembangan Agrowisata yang Dilakukan TPF Unsoed

beritabernas.com – Ada 5 model pengembangan agrowisata yang dilakukan Tim Penelitian Fundamental Universitas Jenderal Soedirman (TPF Unsoed) yang sangat bermanfaat untuk bahan kajian akademik dan rekomendasi kebijakan.

Pertama, Agrowisata Kaligua Brebes sebagai model pengembangan Agrowisata dengan stakeholder pemerintah melalui manajemen PTPN IX yang melibatkan masyarakat lokal. Kedua, Agrowisata PT Perkebunan Tambi Wonosobo sebagai model kerjasama antara perusahaan swasta dengan Pemkab Wonosobo yang juga  melibatkan masyarakat lokal. 

Tim Penelitian Fundamental Unsoed berfoto bersama dengan latar belakang Gunung Telomoyo di Agrowisata Gunungsari Kopeng. Foto: Prasetiyo

Ketiga, Agrowisata Embung Cangkring di Desa Cangkring, Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen sebagai model kerjasama antara Bumdes dengan melibatkan masyarakat lokal. Keempat, Agrowisata Pagilaran Kabupaten Batang yang dikelola PT Pagilaran, Pemkab Batang dengan melibatkan masyarakat. Dan kelima, Agrowisata Gunungsrai Kopeng sebagai model destinasi wisata yang dikelola perorangan dan melibatkan masyarakat.

Menurut Dr Adhi Iman Sulaiman, Ketua TPF Unsoed, pengembangan agrowisata yang ideal adalah adanya kolaborasi dan sinergi antar stakeholder Pentahelix sebagai aktor pembangunan dalam strategi revitalisasi pengembangan agrowisata melalui pemberdayaan masyarakat antara pemerintah desa dan daerah, swasta, akademisi dan media, yang dikenal dengan stakeholder Pentahelix.

Adhi Iman, yang juga Dosen Magister Ilmu Komunikasi Unsoed, mengatakan, program pemberdayaan masyarakat idealnya didesain dan dilaksanakan secara partisipatif tentang pelestarian lingkungan, seni budaya lokal, sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat sebagai indikator Community Based Tourism (CBT). 

BACA JUGA:

Untuk agrowisata Gunungsari, dari pengamatan dan wawancara di lapangan diperolehmasukan, di antaranya perlunya papan petunjuk menuju Agrowisata Gunungsari, karena papan petunjuk yang ada sangat minim, sehingga membingungkan wisatawan. Kemudian tempat parkir yang kurang luas.

“Kami datang malam ke sini, sempat bingung juga, karena papan petunjuk yang sangat minim. Sejauh 4 km jalan menuju tempat ini juga gelap dan banyak lubang, sehingga perlu ada pembenahan,” ujar Firman (50), wisatawan dari Bekasi yang baru pertama kali ke agrowisata Gunungsari Kopeng untuk berlibur.   

Selama ini, agrowisata Gunungsari dikelola oleh Slamet Buang (60), memiliki areal kurang lebih 3 hektar. Agrowisata ini dibangun pada pertengahan tahun 2017. Berada diketinggian sekitar 1.500 mdpl, Agrowisata ini berhawa sejuk dengan temperatur rata-rata 18 derajat celcius. Tiket masuk ke agrowisata ini sekarang Rp 25 ribu/orang.

Salah satu sudut Agrowisata Gunungsari Kopeng yang berhawa sejuk. Foto: Prasetiyo

Menurut Slamet Buang, pada hari minggu rata-rata pengunjung kisaran 500 orang. Belakangan, Agrowisata Gunungsari Kopeng semakin populer sebagai destinasi liburan yang menarik. Agrowisata di kaki Gunung Merbabu ini memiliki daya tarik panorama alam yang menawan dan sebagai wisata edukasi berbasis pertanian yang dilengkapi dengan petik-makan jambu gratis di lokasi. 

Saat cuaca cerah, pengunjung bisa bebas menikmati bentang alam Gunung Telomoyo, Gunung Andong, Gunung Sindoro, dan Gunung Sumbing. Di lokasi ini, dilengkapi spot foto dengan arsitektur dari bahan bambu, restoran dengan kuliner tradisional, taman bunga, amfiteater terbuka, camping ground dan penginapan.

Dikaji TPF

Untuk membantu mengembangkan Agrowisata Gunungsari Kopeng di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, TPF Unsoed melakukan kajian di destinasi wisata ini. Diharapkan, kajian ini menjadi masukan berbagai pihak, di antaranya  Slamet Buang sebagai pemilik agrowisata Gunungsari Kopeng, Pemerintah Kabupaten Semarang dan warga masyarakat.

Kajian atau riset yang dibiayai oleh Kemendikbud Ristek ini, melibatkan tiga dosen senior Unsoed, yakni   Dr Adhi Iman Sulaiman SIP MSi,  Dr Dindy Darmawati Putri SP MP dan Dr Masrukin MSi.

Salah satu sudut arena bermain anak di Agrowisata Gunungsari Kopeng. Foto: Prasetiyo

Dr Adhi Iman Sulaiman mengatakan, pihaknya melakukan kajian ini melalui pendekatan Community Based Tourism (CBT) atau pariwisata berbasis komunitas. “Dari riset ini,  kami ingin mengkonstruksi keterlibatan masyarakat dalam pengembangan agrowisata,” ujar Adhi Iman Sulaiman yang ditemui di kampus Fisip Unsoed, Rabu 2 Agustus 2023.

Selama tiga hari, Sabtu-Senin (29-31/7/2023), TPF Unsoed yang dibantu dibantu 12 mahasiswa S1 dan S2 Unsoed melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara kepada 40 responden, terdiri warga setempat, pedagang, wisatawan dan pengelola agrowisata Gunungsari Kopeng.

TPF Unsoed juga melakukan kajian serupa di agrowisata Kaligua, Brebes, agrowisata  Tambi di Wonosobo, agrowisata Embung Cangkring di Kebumen, dan agrowisata Pagilaran. Kajian dilakukan sejak Juni hingga akhir Juli 2023. (Prasetiyo)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *