beritabernas.com – Sekolah atau lembaga pendidikan formal bukan sebagai elemen paling dominan, apalagi mutlak, dalam rangka membentuk karakter anak. Yang menjadi elemen pertama dan utama bahkan mutlak justru keluarga ditambah faktor lingkungan masyarakat.
Dalam keluarga, peran orangtua sangat penting dalam mem bentuk karakter anak. Sementara peran guru di sekolah dan komunitas-komunitas di masyarakat atau lingkungan sekitar sebagai pelengkap yang memperkuat pendidikan karakter yang dilakukan dalam keluarga.
Hal itu disampaikan Ki Tri Suparyanto SPd MM, Dosen UST Yogyakarta yang juga Praktisi Senior Media Komunikasi, dalam Wokshop Seri ke-2 untuk Guru tentang Implementasi Ajaran Tamansiswa sebagai Bagian dari Widya SakaTunggal Pendidikan Khas Kejogjaan di Hotel Lynn Jogokaryan Yogyakarta. Workshop yang diadakan oleh Disdikpora DIY bekerja sama dengan PP PKBTS yang didukung Dana Keistimewaan (Danais) DIY ini berlangsung mulai 25 Juli hingga 28 Juli 2023 yang diikuti guru-guru sekolah menengah umum. Workshop dibuka oleh Drs Suhirman MPd, Wakil Kepala Disdikpora DIY, Selasa 25 Juli 2023.
Dalam materi tentang Sistem Pendidikan Tamansiswa, Ki Tri Suparyanto mengutip pemikiran-pemikiran dan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Pendiri Perguruan Tamansiswa dan Bapak Pendidikan Nasional.
Tri Suparyanto mengatakan, maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk kehidupan bersama, menurut Ki Hadjar Dewantara, adalah memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat). Sementara tujuan pendidikan menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
BACA JUGA:
- Empat Sistem Pendidikan di Tamansiswa Perlu Diimplementasikan karena Masih Relevan
- Disdikpora DIY dan PP PKBTS Gelar Serial Workshop Menuju Abad ke-2 Tamansiswa
- 4 Wakil Rektor UST Yogyakarta Periode 2023-2027 Dilantik
- Putra Manggarai Flores Dilantik jadi Wakil Rektor UST Yogyakarta Periode 2023-2027
Oleh karena itu, pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. “Dengan demikian, jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru,” kata Tri Suparyanto mengutip Ki Hadjar Dewantara.
Hal ini dimaksudkan bahwa setiap orang menjadi guru dan setiap rumah menjadi sekolah. Dengn demikian, pendidikan tak berhenti di bangunan sekolah” tapi juga di rumah, di jalan dan di mana-mana. Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah ruang lingkup keluarga, ruang lingkup sekolah dan ruang lingkup lingkungan sekitar atau masyarakat,” kata Tri Suparyanto.
Menurut Tri Suparyanto Ki Hadjar Dewantara tak memandang sekolah atau lembaga pendidikan formal sebagai elemen paling dominan, apalagi mutlak dalam rangka membentuk karakter anak. Faktor keluarga justru paling pertama dan utama serta ditambah lagi dengan faktor lingkungan masyarakat.
Karena itu, integrasi Tri Pusat Pendidikan sangat. Di sekolah, yang berperan dalam pendidikan aaalah guru, di keluarga adalah orangtua dan di masyarakat adalah komunitas-komunitas. Sekolah menjadi sentral lingkungan sekitar dan dijadikan sumber-sumber belajar.
“Sekolah, masyarakat dan keluarga adalah ekosistem pendidikan yang harus bersinergi. Karenaa lingkungan pendidikan terdiri dari sekolah,masyarakat dan keluarga,” kata Tri Suparyanto yang juga Ketua Umum Ikasata ini.
Selain Ki Tri Suparyanto, workshop seri ke-2 ini menghadirkan sejumlah narasumber yakni Prof Dr Sutrisna Wibawa MPd, Ketua Dewan Pendidikan DIY yang juga Guru Besar UST/UNY, Dr Sri Ratna Saktimulya M.Hum (Kapusdi Kabudayan UGM dan Dosen Prodi Sastra Jawa UGM), Ki Dr Arif Bintoro Johan MPd (Dosen UST dan Ketua Paguyuban Pranatacara Yogyakrta), Ki Saridal (Pamong Tembang dan Macapat DIY) dan Ki Listyo HK alias Cak Lis selaku Ketua Laboratorium Sariswara Tamansiswa. (lip)
There is no ads to display, Please add some