Empat Sistem Pendidikan di Tamansiswa Perlu Diimplementasikan karena Masih Relevan

beritabernas.com – Empat sistem pendidikan di Perguruan Tamansiswa yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara perlu diimplementasikan di era modern seperti sekarang. Sebab, 4 sistem pendidikan itu yakni Sistem Among, Sistem Paguron, Sistem Trisentra dan Sistem Sariswara masih relevan di masa kini.

Keempat sistem pendidikan di Perguruan Tamansiswa itu diyakini bisa mewujudkan tujuan pendidikan Ki Hadjar Dewantara yakni mewujudkan manusia utama yang berbudaya luhur, mampu merawat diri dan bangsanya serta merawat buminya (tri-rahayu).

Hal itu disampaikan Listyo HK yang akrab disapa Cak Lis, Ketua Laboratorium Sariswara Tamansiswa, pada workshop Menuju Abad ke-2 Tamansiswa Berkiprah Membangun Pribadi, Bangsa dan Dunia di Hotel UNY Karangmalang Yogyakarta, Rabu 122 Juli 2023.

Suasana workshop di Hotel UNY, Rabu 12 Juli 2023. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Workshop seri pertama dengan mengangkat tema Implementasi Ajaran Tamansiswa sebagai Bagian dari Widya Saka Tunggl Pendidikan Khas Kejogjaan untuk Guru dan Entitas Sekolah ini berlangsung pada 11-14 Juli 2023 dan diikuti 45 orang, terdiri dari 60 persenPamong-pamong/ Guru Tamansiswa dan 40 persen guru-guru di luar lingkup Tamansiswa. Workshop yang diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) DIY bekerjasama dengan PP PKBTS (Pengurus Pusat Perkumpulan Keluarga Besar Tamansiswa Kegiatan ini didukung Dana Keistimewaan (Danais) DIY.

BACA BERITA TERKAIT:

Menurut Listyo HK, sistem pendidikan di Perguruan Tamansiswa yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara dan menjadi bagian dari 5 saka pendidikan khas Jogja ini sangat tepat karena pendidikan Perguruan Tamansiswa berbasis budaya sebagai media pendekatan/ pengenalan pada siswa.

Dikatakan, dalam sistem Among pendekatan pendidikan dengan Tut Wuri Handayani, pendidikan berazaskan jiwa merdeka, kecerdasan intelektual hanyalah sekedar alat dan bertujuan untuk menjadi manusia bermanfaat dan tertib.

“Dalam sistem Among, anak saling belajar atau menemukan pelajaran dari temannya (project based learn),” kat Cak Lis.

Peserta workshop di Hotel UNY, Rabu 12 Juli 2023. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Sementara dalam Sistem Paguron ada duplikasi cinta kasih keluarga, mendidik seperti anak sendiri, mendidik soft skill, keterampilan kehidupan da 24 jam atau rumah guru di sekitar sekolah. Kemudia, dalam sistem Trisentra ada ekosistem pendukung pendidikan dan keluarga, sekolah, masyarakat (komunitas, alumni, instansi dan lingkungan).

Sedangkan dalam sistem Sariswara terjadi internalisasi keseimbangan kasarjanan dan kasujanan kecerdasan intelektual dan kecerdasan rasa atau sastra gending. Dalam sistem ini ada penggabungan 3 materi yakni materi pelajaran dengan materi kebangsaan dan materi olahrasa.

Sementara Ki Andi Jayaprana, Ketua Panitia Workshop, Ki Hadjar Dewantara sebagai pahlawan nasional da pendiri Perguruan Tamansiswa meletakkan dasar pendidikan nasional kebangsaan di Indonesia menuju manusia berbudaya luhur. Bagi Ki Hadjar Dewantara, sekolah adalah tempat untuk menyemai benih-benih keluhuran budaya itu. Karena itu, ia telah menciptakan beberapa konsep dalam praktek mengajar. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *