beritabernas.com – Ketua Program Studi Rekayasa Indisutri, Program Doktor FTI UII Prof Dr Ir Elisa Kusrini MT CPIM CSCP SCOR-P mengatakan, Industri 4.0 sangat penting di era digital dan sustaiinability karena telah menyentuh banyak aspek dalam kehidupan kita sehari-hari.
Selain itu, Industri 4.0 mengintegrasikan dunia digital dan fisik, dapat meningkatkan operasi bisnis, produktivitas dan pertumbuhan pendapatan, memberikan nilai tambah, menghubungkan ekosistem, mendorong keputusan yang lebih baik serta menuntut organisasi untuk dinamik, inovatif dan mampu berdaptasi terhadap dinamika tekanan dan tuntutan pasar.
Hal itu disampaikan Prof Dr Ir Elisa Kusrini MT CPIM CSCP SCOR-P dalam kuliah umum Program Studi Teknik Industri Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah, Sabtu 11 November 2023.
Dalam kuliah umum dengan tema Perkembangan Teknik Industri di Era Digitalisasi dan Sustainabiliy yang juga dihadiri oleh Rangga Primadasa ST MT (Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Muria Kudus), Vikha Indira Asri ST MT (Kepala Laboratorium Program Studi Teknik Industri) dan Bellachintya Reira Christata ST MT (Dosen) ini, Prof Elisa Kusrini mengatakan, hasil survey PWC digital factory transformation 2022 terhadap lebih dari 700 manufacturing company global dari 23 negara diperoleh hasil bahwa digital champion mengimplementasikan full digital technology yang mendorong flexibility , resilience dan mengurangi cost melalui otomatisasi pabrik.
Selain itu, hasil survey menunjukkan 10 persen perusahaan yang mengimplementasikan full digitalisasi, 66,6 persen mengimplementasikan secara partial atau berada pada fase awal digitalisasi.
Relevansi IR4.0 di Indonesia
Menurut Prof Elisa, dari hasil studi terhadap Kamboja, Indonesia, Filipina dan Vietnam untuk melihat bagaimana transisi ekonomi menuju RI 4.0 diketahui masing-masing negara dipelajari 2 industri utama yang memiliki pengaruh besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan PDB.
Indonesia fokus pada F&B dan otomotif, yang merupakan fokus pada making Indonesia 4.0 dan relevansi industri makanan dan minuman Industri 4.0.
Dikatakan, Industri 4.0 merupakan peluang besar bagi industri makanan dan minuman. Penggunaan data besar dan IoT dapat meningkatkan perkiraan permintaan dan perencanaan produksi untuk meningkatkan tingkat layanan pelanggan, sehingga meningkatkan margin keuntungan.
Sementara dari sisi biaya, analisis data yang terperinci dan real-time mengenai segala hal mulai dari nventaris pemasok dan pengiriman dalam perjalanan hingga permintaan pelanggan hilir, memungkinkan perusahaan manufaktur memperketat kontrol inventaris dan memaksimalkan kapasitas produksi.
Menurut Prof Elisa, ada berbagai teknologi Industri 4.0 yang relevan dengan industri makanan dan minuman, mulai dari teknologi digital yang memungkinkan pabrik pintar hingga IoT untuk meningkatkan pemantauan rantai pasokan.
Dikatakan, McKinsey & Company memperkirakan bahwa produktivitas dapat meningkat hingga 50 persen melalui penerapan teknologi yang relevan dalam industri makanan dan minuman. Industri manufaktur otomotif berada di garis depan Revolusi Industri kedua ketika Henry Ford memperkenalkan konsep jalur perakitan pada tahun 1913.
“4IR menjanjikan manfaat transformatif serupa bagi industri manufaktur otomotif, dan industri ini telah menjadi salah satu pengadopsi terkuat teknologi 4IR hingga saat ini. Kemudian, ada beberapa faktor makroekonomi yang mendukung peralihan ke 4IR dalam industri manufaktur otomotif,” kata Prof Elisa.
Dalam industrial engineer of the future (P Chikasha et al.2021), menurut Elisa, ada digital technoloigies, innovation dan sustainable development. Skill yang diperlukan (berdasarkan riset PwC 2023) menurut survei harapan dan ketakutan Tenaga Kerja Global PwC tahun 2023 merinci sikap dan perilaku hampir 54.000 pekerja di 46 negara dan wilayah.
Menurut Forum Ekonomi Dunia, pengusaha memperkirakan bahwa 44 persen kerampilan pekerja akan terganggu dalam lima tahun ke depan. Hanya 36 persen responden secara keseluruhan sangat setuju atau cukup setuju bahwa keterampilan yang dibutuhkan untuk berhasil dalam pekerjaan mereka akan berubah secara signifikan dalam lima tahun ke depan, dan hanya 43 persen yang mengatakan bahwa mereka memiliki pemahaman yang jelas tentang bagaimana keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka akan berubah. berubah sama sekali selama rentang itu.
BACA JUGA:
- Bangun Budaya Keilmuan, FTI UII Dorong Mahasiswa S3 Melakukan Penelitian Berkualitas
- Mahasiswi Program Magister FTI UII Ungkap Pengalaman Mengikuti Study Exchange
Keterampilan sering kali dikaitkan erat dengan masa depan pekerjaan, namun keterampilan apa saja yang dibutuhkan tenaga kerja saat ini untuk menjadi tenaga kerja masa depan? McKinsey berupaya menjawab pertanyaan tersebut, responden lebih dari 18.000 orang di 15 negara, menghasilkan 56 keterampilan dasar atau DELTA untuk membantu angkatan kerja masa depan.
Hasilnya memberikan indikasi jelas mengenai kekurangan tenaga kerja saat ini dalam kemahiran DELTA. Dalam kategori kognitif, perencanaan dan cara kerja serta komunikasi ditandai sebagai kelemahan relatif. “Bagaimana sikap mahasiswa mengambil peran dan menyiapkan hal tersebut?” tanya Prof Elisa.
Menurut Prof Elisa, digitalisasi melibatkan konversi data, informasi dan proses ke dalam format digital, yang dapat dengan mudah diakses, disimpandan diproses oleh komputer dan perangkat elektronik lainnya.
Berbagai teknologi seperti komputer, internet, telekomunikasi, perangkat mobile, sensor dan lainnya semakin terintegrasi dan berkolaborasi untuk menciptakan solusi yang lebih canggih dan digunakan oleh berbagai sektor industri, bukan hanya manufaktur. (lip)
There is no ads to display, Please add some