beritabernas.com – Para influencer dan buzzer Filipina yang pada Pilpres 2022 berkampanye di media sosial (medsos) mendukung Marcos Bongbong yang kemudian terpilih jadi Presiden Filipina, kini meminta maaf kepada rakyat Filipina. Sebab, mereka mengaku telah membohongi publik atau rakyat Filipina dengan menutupi siapa Marcos Bongbong sesungguhnya.
Menurut John Sitorus, pegiat media sosial, kini rakyat Filipina muak dengan Marcos Bongbong. Anak-anak muda Filipina mulai sadar bahwa Presiden yang mereka dukung dulu adalah anak seorang diktator kejam, Ferdinand Marcos.
“Ya, namanya penyesalan, selalu datang terlambat. Tinggal kita saja, mau atau tidak mengambil pelajaran dari contoh yang gamblang ini? Mau membawa kita terjerumus seperti Filipina? Mau kembali ke era Orde Baru?” kata John Sitorus dalam sebuah tulisan yang beredar luas di media sosial, sejak Rabu 10 Januari 2024.
Menurut John Sitorus, Marcos Bongbong sukses terpilih menjadi Presiden Filipina tahun 2022 berkat dukungan dan kampanye influencer dan buzzer di media sosial yang dibayar untuk membodohi publik dari masa lalu ayah Bongbong, Ferdinand Marcos, yang kelam dan penuh dengan darah. Para influencer dan buzzer saat itu dituntut untuk memainkan emosi anak muda demi meraih simpati lewat joget-joget, kampanye lucu-lucu dan nangis-nangis.
Cara kampanye seperti itu kini ditiru oleh influencer dan buzzer paslon tertentu di Indonesia. Dari latar belakang hingga metode kampanye, semua mirip. Mereka mengoptimalkan kampanye media sosial dengan tagline gemoy, joget-joget dan menangisi kekalahan di panggung debat
Mereka paham, anak muda lebih tertarik dengan joget-joget “alay” daripada bicara program dan visi misi. Sehingga program yang ditawarkan juga mirip, makan gratis dan susu gratis, tidak lebih dari itu. Selain itu, Marcos Bombong juga menggunakan aparat dengan kekuatan penuh untuk menggiring opini, mengintimidasi warga hingga manipulasi lembaga survey untuk mempengaruhi opini publik.
Menurut John Sitorus, Pilpres Filipina 2022 memiliki kemiripan dengan Pilpres Indonesia 2024. Marcos Bongbong, anak diktator Filipina yang berkuasa selama 21 tahun dengan segala tindak korupsi besar-besaran, pelanggaran HAM dan krisis ekonomi yang melanda Filipina, maju sebagai Capres. Sementara Cawapresnya adalah puteri presiden petahana Rodrigo Duterte, Sara Duterte
Kondisi yang sama di Indonesia saat ini. Menurut John Sitorus, Prabowo menantu Soeharto mengambil anak petahana Jokowi, Gibran Rakabumingraka, sebagai Cawapres. Baik Sara, Cawapres Bongbong maupun Gibran, Cawapres Prabowo, sama-sama Walikota sebelum jadi Cawapres.
BACA JUGA:
Tak hanya memiliki kesamaan latar belakang. Metode kampanye juga sama. Marcos Bongbong sukses menang di Filipina berkat influencer dan buzzer media sosial yang dibayar untuk membodohi publik dari masa lalu ayah Bongbong yang kelam dan penuh dengan darah. Mereka dituntut untuk memainkan emosi anak muda demi meraih simpati lewat joget–joget, kampanye lucu-lucu dan nangis-nangis.
Hal yang sama kini dilakukan pasangan Prabowo Gibran. Mereka mengoptimalkan kampanye media sosial dengan tagline gemoy, joget-joget dan menangisi kekalahan di panggung debat. Mereka paham, anak muda lebih tertarik dengan joget-joget “alay” daripada bicara program dan visi misi. Program yang ditawarkan juga mirip, makan gratis dan susu gratis, tidak lebih dari itu
“Cara ini persis sedang terjadi di Indonesia. Dari latar belakang hingga metode kampanye, semua mirip. Maka kedatangan Jokowi ke Filipina bisa saja negosiasi berkedok diplomasi bilateral demi memastikan nasib sang pangeran dan menantu diktator,” kata John Sitorus. (lip)
There is no ads to display, Please add some