Waspadai Perdagangan Manusia dengan Modus Lowongan Kerja

beritabernas.com – Masyarakat, terutama para pencari kerja, harus berhati-hati dan waspada terhadap tindak kejahatan perdagangan manusia dengan modus lowongan kerja. Sebab, para pencari kerja bisa terperangkap dalam jaringan perdagangan manusia.

Menurut Pastor Paul Halek SSCC, Wakil Rektor Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Bonaventura Delitua, Medan, Sumatera Utara ini, dalam keterangannya di Medan, Senin 14 Oktober 2024, awal korban terjerat dalam tindak kejahatan perdagangan manusia biasanya melalui oang yang menawarkan lowongan pekerjaan di Medan lewat media sosial Facebook.

Menurut Pastor Polce, demikian ia akrab disapa, para penjahat tersebut sudah memiliki jaringan yang sangat teratur dan terstruktur dari tenaga di lapangan yang menjemput calon tenaga kerja dari rumahnya sampai mengantarnya ke rumah majikan, tempat kerja.

Maria, pencari kerja asal Kapan, Nusa Tenggara Timur (NTT), kepada Pastor Polce mengungkapkan awalnya dia mendapat informasi bahwa ada lowongan kerja di Medan. Dia pun ikut tergiur dengan tawaran ini. Akhirnya, bersama ketiga teman lain atau berempat mereka mendaftar dan diberangkatkan ke Medan lewat agen kerja yang mengaku ‘agen resmi’.

BACA JUGA:

Menurut Maria, kata Pastor Polce, ada seseorang yang menjemput mereka di kampung dan mengantar sampai di Bandara Kupang. Pada 31 Agustus 2024 pagi, mereka berangkat dari Kupang dan mendarat di Bandara Kualanamu, Medan, pukul 14.00 siang.

Saat tiba di Medan, menurut Pastor Polce, ada petugas yang sudah menunggu menjemput mereka berempat di pintu pesawat. Petugas itu membantu mereka mengambil barang di bagasi dan mengantar sampai ke tempat parkir. Di sana, sudah ada sopir yang menunggu dengan mobil. Mereka pun langsung diantar ke rumah majikan masing-masing.

Begitu masuk rumah, di sinilah tindak kejahatan mulai terlihat. “Semua HP dan kartu identitas disita dan diserahkan ke yayasan. Bahkan dalam tas mereka pun dicek, tak boleh membawa buku atau kertas apa pun yang ada tulisan. Mereka harus bekerja 2 tahun dan selama kerja tidak boleh pulang kampung atau jumpa dengan orang lain. Tiap hari mereka perlu kerja di rumah tersebut. Gaji baru akan diambil setelah 2 tahun kerja,” jelas Pastor Polce, berdasarkan pengakuan Maria.

Menurut Pastor Polce, Maria bekerja di rumah pasangan suami-istri dokter dengan 3 anak laki-laki. Setiap pagi, Maria harus bangun jam 4 pagi untuk menyiapkan sarapan dan bersih-bersih rumah. Dia baru boleh makan jam 11 siang, itu pun bila diberi oleh majikannya. Dia baru bisa beristirahat jam 2 subuh. 

Dengan pekerjaan berat seperti itu, belum genap sebulan berkerja di rumah dokter tersebut, Maria sudah merasa tidak tahan. Akhirnya pada 9 Oktober 2024 sore, Maria melarikan diri dari rumah tersebut dan dibantu oleh seorang tukang becak mencari rumah yayasan. Namun, karena tidak hafal alamat yayasannya, ia tidak dapat menemukan lokasi yayasan tersebut. Beruntung, ada seorang ibu yang sedang berjualan di pinggir jalan mau menerima dan memberikan tumpangan karena hari sudah gelap. 

“Keesokan harinya, Maria berjalan dan dibantu oleh seseorang yang kebetulan kenal dengan kami. Akhirnya, pada 10 Oktober sore, dia diantar ke Kampus STP dan berjumpa dengan kami. Semoga ada jalan keluar baginya untuk kembali ke NTT,” kata Pastor Polce.

Pastor Polce menegaskan bahwa pihaknya tengah menyelidiki tempat yayasan tersebut di Medan. “Saat ini HP dan kartu identitas Maria masih ditahan di yayasan, semoga Polda NTT mau menangkap para pelaku di NTT serta menumpas jaringan tersebut. Semoga orang muda NTT tidak lagi jadi korban penipuan seperti ini,”  harap Pastor Polce. (*)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *