Wisuda 673 lulusan, Rektor UII Menguraikan Manfaat Humor Secara Ilmiah

beritabernas.com – UII kembali melakukan wisuda lulusan program doktor, magister, sarjan dan ahli madya/diploma. Pada wisuda periode IV tahun akademik 2024/2025 di Auditorium KH Abdulkahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII, Sabtu 26 April 2025, sebanyak 673 lulusan yang diwisuda.

Ke-673 wisudawan/wisudawati periode IV tahun akademik 2024/2025 tersebut terdiri dari 1 ahli madia, 9 sarjana terapan, 545 sarjana, 111 magister dan 7 doktor. Dengan demikian, sampai saat ini, UII telah menghasilkan 131.426 lulusan yang sudah menebar manfaat dengan beragam peran, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Ini adalah bagian dari sumbangsih UII untuk kemajuan bangsa dan kemanusiaan.

Dalam sambutannya, Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD, menguraikan secara khusus tentang manfaat humor. Hal ini dilakukan karena ternyata secara ilmiah humor juga memiliki banyak manfaat. Karena humor memiliki banyak manfaat, sampai-sampai pada Juni 2024, Paus Fransiskus mengundang 100 komika dari 15 negara ke Vatikan.

Para wisudawan lulusan UII periode IV tahun akademik 2024/2025 di Auditorium KH Abdulkahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII, Sabtu 26 April 2025. Foto: Humas UII

Bagi Paus Fransiskus,, kata Pro Fathul Wahid, komedi dapat membantu menciptakan dunia yang lebih berempati dan saling mendukung. Selain itu, Paus mengakui bahwa komika sering menggunakan lawakan mereka untuk mengkritik kebijakan publik dan isu-isu sosial.

Lalu, apa manfaat humor? Menurut Prof Fathul Wahid, banyak sekali. Di dunia kerja, riset menemukan bahwa humor meningkatkan kesejahteraan, kreativitas, kepuasan kerja dan kinerja. Pada sisi individu, humor dapat melawan emosi negatif dan membantu dalam menoleransi kepedihan, selain juga membantu menangkal stres. Dalam kerja tim, humor akan meningkatkan komunikasi kelompok, efektivitas dan kohesi yang mengurangi konflik.

BACA JUGA:

Secara metaforis, kata Fathul Wahid, paling tidak terdapat dua peran humor dalam konteks interaksi dengan sesama, termasuk di dunia kerja, yaitu sebagai “tangga” dan “jembatan”. Humor dapat dianggap sebagai “tangga”, alat bantu meningkatkan “kuasa”. Humor dapat meningkatkan status individu karena dipersepsikan mempunyai kompetensi dan rasa percaya diri (Bitterly et al., 2017). Ketika menghadapi masalah, individu dengan skor humor tinggi cenderung melihatnya sebagai tantangan, sedangkan yang skor humornya rendah, menganggapnya sebagai ancaman (Kuiper et al., 1993).  

Ternyata, humor juga meningkatkan memori atau daya ingat (Bains et al., 2014).  Temuan riset ini mengingatkan kepada saya, Indonesia pernah mempunyai presiden, seorang demokrat sejati, yang sangat humoris: Gus Dur. Beliau dapat mengingat ribuan nomor telepon. Memori yang sangat luar biasa.

Humor juga dapat memainkan peran sebagai “jembatan” untuk menjalin kedekatan.  Humor memudahkan kita membuat koneksi dan meningkatkan hubungan (Bazzini et al., 2007), dan membantu orang asing atau kolega merasa lebih dekat (Fraley & Aron, 2024).

Rektor UII Prof Fathul Wahid (kiri) menyampaikan sambutan pada acara wisuda lulusan periodee IV tahun akademik 2024/2025, Sabtu 26 April 2025. Foto: Humas UII

Humor juga ternyata dapat meningkatkan ketahanan terhadap stres baik sebagai individu maupun tim, dan membentengi dari aspek negatifnya (Keltner & Bonanno, 1997). Studi terhadap individu yang kehilangan pasangan dan mengenang cerita lucu merasa membaik secara lebih cepat serta menunjukkan berkurangnya stres, peningkatan kegembiraan tentang hidup, dan hubungan yang lebih baik.

“Tentu, masih banyak peran humor dalam kehidupan, termasuk di tempat kerja, aktivitas sosial, di ruang kelas maupun dalam kehidupan bernegara. Tentu di sana ada kepatutan (permissibility) yang harus diperhatikan. Kepatutan humor tergantung pada empat hal yakni muatannya, pelakunya, audiensnya, dan juga konteksnya (Wilk & Gimbel, 2024),” kata Rektor UII.

Prof Fathul Wahid mengatakan ada banyak isu dan strategi lain dalam mengembangkan humor. Humor dalam bentuk komedi dapat menjadi koreksi sosial, karena ia menyingkap kebodohan dan kejahatan menjadi bahan tertawaan dan ejekan (Larkin-Galiñanes, 2017). (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *