Optimalisasi TransJogja, Salah Satu Kunci RIT DIY 2025-2045 menuju Mobilitas Berkelanjutan

beritabernas.com – Rencana Induk Transportasi (RIT) DIY 2025-2045 menjadi perencanaan yang sangat krusial di DIY. Sementara optimalisasi TransJogja merupakan salah satu kunci RIT DIY 2025-2045 menuju mobilitas berkelanjutan.

Hal ini disampaikan Dr Raden Stevanus Christian Handoko S.Kom MM, Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) RIT DIY. Panitia Khusus Perda RIT DIY saat ini terus melakukan pembahasan untuk menghasilkan Perda yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan semua pihak.

Menurut Dr Raden Stevanus, setidaknya ada 5 tujuan utama dalam pembentuk Perda RIT, yakni mendorong produktivitas dan daya saing daerah, mewujudkan transportasi yang andal dan efisien, menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup, menyediakan prasarana dan sarana transportasi memadai serta mengembangkan transportasi terintegrasi.

Dengan demikian, menurut Dr Raden Stevanus, optimalisasi TransJogja menjadi bagian tidak terpisahkan dalam RIT. Bahkan TransJogja sebagai tulang punggung mobilitas warga DIY memegang peranan tak kalah penting.

“TransJogja memiliki potensi luar biasa yang belum sepenuhnya tergali. Ini bukan hanya tentang mengangkut penumpang, tapi tentang membangun ekosistem mobilitas yang terintegrasi, hijau dan merata,” kata Dr Raden Stevanus.

BACA JUGA:

Dr Raden Stevanus juga menyoroti urgensi penambahan jumlah armada TransJogja. Saat ini, kepadatan penumpang dan waktu tunggu yang panjang masih menjadi keluhan utama. “Penambahan armada mutlak diperlukan untuk meningkatkan kapasitas angkut dan memperpendek interval keberangkatan. Ini esensial agar masyarakat merasa nyaman dan beralih dari kendaraan pribadi,” tegas politisi muda dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini.

Ia berharap, penambahan armada TransJogja tidak sekedar penambahan armada biasa, namun perlu juga memikirkan kendaraan ramah lingkungan, seperti bus listrik. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal di wilayah penyangga, perluasan trayek hingga ke pelosok sangat diperlukan.

Selain itu, menurut Dr Raden Stevanus, untuk menjangkau area permukiman yang lebih dalam dan padat, namun tidak dilalui jalur utama, penyediaan kendaraan feeder (pengumpan) menjadi solusi. “Kendaraan feeder membantu penumpang dari permukiman dan mengantarkan mereka ke halte TransJogja terdekat. Ini mengatasi masalah ‘jarak tempuh terakhir’ dan memperluas jangkauan layanan secara signifikan,” kata Dr Raden Stevanus.

Ia juga menekankan bahwa yang terpenting adalah integrasi moda transportasi. “Ini bukan sekadar konektivitas fisik, melainkan sistematis,” tegas Dr Raden Stevanus.

Dikatakan, integrasi TransJogja, kereta bandara, moda transportasi lain hingga angkutan online harus terwujud. Ini termasuk sistem tiket tunggal atau pembayaran digital terpadu dan informasi jadwal real-time yang terpusat. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *