Menguatkan Ekonomi Warga, KKMP Demangan Memperkenalkan Batik Segoro Amarto Reborn

beritabernas.com – Untuk menjaga tradisi batik, melestarikan lingkungan dan menguatkan ekonomi warga di tingkat kelurahan, Koperasi Kelurahan Merah Putih (KKMP) Demangan memperkenalkan Batik Segoro Amarto Reborn Kota Yogyakarta yang kini dibuat dengan zat pewarna alami (natural dye),

Sebagai salah satu produsen resmi Batik Segoro Amarto Reborn milik Pemerintah Kota Yogyakarta, KKMP Demangan bekerja sama dengan dua perajin batik berpengalaman, Pramuji Sujono dan Theresia Naomi, yang sudah puluhan tahun berkarya di dunia batik. Sejak awal produksi pada 5 September 2025, sudah lebih dari 500 lembar Batik Segoro Amarto dihasilkan, dan produksi terus berjalan sesuai permintaan.

Salah satu perajin, Pramuji Sujono, dikenal sebagai pakar zat warna alam. Ia menjelaskan bahwa penggunaan pewarna alami bukan sekadar gaya baru, tetapi cara untuk menjaga alam dan kesehatan para pembatik.

Fokki (tengah) bersama Wakil Walikota Yogyakarta Wawan Harmawan (kanan) dan Ketua Komisi B DPRD Kota Yogyakarta Sofyan (kiri). Foto: Dok KKMP Demangan

“Kalau pakai pewarna kimia, warnanya memang cepat keluar, tapi limbahnya bisa mencemari air dan tanah. Kalau pakai pewarna alami, bahannya dari akar, kulit kayu, daun, dan bunga-semua dari alam dan bisa kembali ke alam tanpa merusak. Itu yang disebut benar-benar ramah lingkungan,” kata Pramuji.

Ia juga menegaskan bahwa istilah “ramah lingkungan” tidak bisa diberikan pada pewarna sintetis seperti Remasol. “Warna kimia tetap saja buatan pabrik. Jadi, tidak bisa disebut alami. Kalau ingin menjaga Jogja sebagai Kota Batik Dunia, ya kita harus menjaga alamnya juga,” kata Pramuji.

Sementara Theresia Naomi mengatakan bahwa Batik Segoro Amarto tidak hanya menonjolkan keindahan motif, tetapi juga membawa semangat kebersamaan warga. “Kami senang karena lewat batik ini, banyak tetangga bisa ikut bekerja dan merasakan hasilnya,” kata Naomi.

Baca juga:

Selain menjaga budaya, produksi Batik Segoro Amarto juga menggerakkan ekonomi warga Demangan. Melalui sistem koperasi, KKMP membeli kain batik dari perajin dengan harga Rp 225.000 per lembar, lalu menjual kembali sesuai anjuran Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Kota Yogyakarta sebesar Rp 250.000 per lembar. Selisih harga Rp 25.000 dibagi secara adil, yakni Rp 10.000 masuk ke kas KKMP untuk modal pengembangan usaha atau dibagikan sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU) dan Rp15.000 diberikan kepada anggota yang berhasil menjual setiap lembar batik.

Skema sederhana ini terbukti membawa manfaat langsung. Saat proses produksi berlangsung, banyak warung sekitar ikut hidup karena menyediakan gorengan, minuman, dan makanan bagi para pembatik. Uang hasil penjualan batik juga kembali berputar di lingkungan sekitar karena digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

KKMP Demangan perkenalkan Batik Segoro Amarto Reborn dengan Zat Pewarna Alam Pada HUT ke-269 Kota Yogyakarta, Selasa 7 Oktober 2025. Foto: Dok KKMP Demangan

“Perputaran ekonomi ini membuktikan bahwa batik bisa jadi alat pemberdayaan nyata. Dengan KKMP menjadi produsen Batik Segoro Amarto Reborn berbasis warna alam, kami ingin menunjukkan bahwa koperasi bisa jadi pilar ekonomi rakyat yang berpihak pada budaya dan lingkungan,” ujar Antonius Fokki Ardiyanto, Ketua KKMP Demangan.

Menurut Fokki, filosofi Segoro Amarto bermakna “Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta” yakni semangat kebersamaan untuk memajukan Yogyakarta. Melalui semangat inilah KKMP Demangan bekerja: menjaga tradisi, menggerakkan ekonomi lokal, dan meneguhkan komitmen menjaga lingkungan.

Dengan penggunaan pewarna alami dan sistem koperasi yang saling menghidupi, KKMP Demangan berharap Batik Segoro Amarto Reborn menjadi simbol batik Jogja yang asli, lestari, dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat. (lip)



There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *