beritabernas.com – Pandemi Covid-19 telah menurunkan kinerja perusahaan dengan bertambahnya jumlah produk yang tidak laku dan mengalami long aging. Karena itu, perusahaan perlu memperbaiki sistem pengadaan barang demi meningkatkan kinerja efisiensi pengelolan aset.
“Kepentingan perusahaan untuk mampu bersaing di pasar mendorong perusahaan untuk dapat mengembangkan sistem logistik yang lebih efisien dibandingkan dengan cara-cara tradisional yang selama ini digunakan,” kata Wiwit Hadi Suwito MT, Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Program Magister FTI UII, dalam jumpa pers secara daring melalui zoom meeting, Rabu 21 September 2022.
Hal itu disampaikan Wiwit Hadi Suwito terkait penelitiannya berjudul Performance Improvement of Asset Management Efficiency menggunakan Supply Chain Operations References Model (SCOR) 12.0 Racetrack. Penelitian dilakukan di di salah satu gudang sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan alat berat untuk pertambangan, pertanian/perkebunan, konstruksi dan kehutanan di Indonesia yang memiliki permasalahan terkait penimbunan barang.
Menurut Wiwit, masalah yang dihadapi perusahaan tersebut di masa pandemi adalah adanya penumpukan persediaan suku cadang, terutama sejak Covid-19, menyebabkan penurunan penjualan dan peningkatan jumlah stok. Kelebihan persediaan dapat menyebabkan pemborosan karena perusahaan perlu mengeluarkan modal lebih untuk biaya persediaan. Karena itu, peningkatan kinerja rantai pasok akan meningkatkan daya saing perusahaan.
Dikatakan, penelitian ini bertujuan untuk membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja Asset Management Efficiency dengan mengimplementasikan model SCOR Racetrack yang meliputi langkah-langkah Set the Scope, Configure the Supply chain, Optimize the Project, dan Ready for Implementation.
“Penelitian ini fokus pada efisiensi persediaan suku cadang pada perusahaan penyedia alat berat untuk industri pertambangan, pertanian/perkebunan, konstruksi, dan kehutanan di Indonesia,” katanya.
Menurut Wiwit, dari hasil penelitian diketahui pandemi Covid-19 telah menurunkan kinerja perusahaan yaitu bertambahnya jumlah produk yang tidak laku dan mengalami long aging. Penjualan turun drastis tahun 2020 sehingga mengakibatkan kerugian.
“Selama tahun 2020, pesanan barang atau suku cadang dari alat berat mengalami penurunan. Hal ini menjadi masalah besar bagi perusahaan karena jumlah produk long aging semakin banyak dan manajemen terkait produk di gudang semakin sulit dikendalikan,” kata Wiwit didampingi Ir Andrie Paska Hendradewa ST MT IPM (Manajer Administrasi Keilmuan Program Studi Teknik Industri Program Magister FTI UII) dan Dr Ir Elisa Kusrini MT (Dosen Program Studi Teknik Industri Program Magister FTI UII).
Dikatakan, berdasarkan hasil pengukuran kinerja rantai pasok diketahui bahwa pada AM. 3,37 persentase kelebihan persediaan yang terjadi per tahun adalah 30,86 persen dan untuk AM. 3,35 hari persediaan barang jadi mencapai 1.022 hari untuk tahun 2021 dari Januari-Oktober. “Di akhir studi, diusulkan proyek perbaikan sistem pengadaan perusahaan,” kata Wiwit.
Wiwit menyebutkan bahwa dari hasil analisis menggunakan fishbone diagram dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kelebihan persediaan adalah metode, bahan, manusia, lingkungan dan uang. Sementr untuk faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya hari persediaan barang di gudang adalah metode, material, man dan environment.
“Berdasarkan matriks prioritas, proyek perbaikan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
masalah yang teridentifikasi adalah mengembangkan sistem pengadaan,” kata Wiwit. (lip)
pengadaan