beritabernas.com – Berlakon di teater rupanya bukan pengalaman baru bagi Romo Royke Djakarya Pr, Imam Diosesan dari Keuskupan Agung Jakarta. Pengalaman pertama berteater dilakoni Romo Roy, demikian panggilan akrabnya, dengan berperan di lakon Pelangi Satu Warna sekitar 5 tahun lalu.
Rm Roy bermain bersama aktris Niniek L Karim dan para mahasiswa di Jakarta. Pementasan Pelangi Satu Warna berlangsung di Gedung Ciputra Artpreneur Theater. Meski sukses menjadi lakon, Romo Roy tidak ingin dikenal sebagai pemain teater
Belum lama ini, imam kelahiran Jakarta 3 Mei 1959 ini kembali berlakon di teater. Kali ini Rm Roy berperan sebagai asisten dalang dalam lakon yang sangat melegenda: Sampek Engtay. Kisah percintaan yang berakhir tragis antara Kokoh Sampek dan Cici Engtay.
Sebagai asisten dalang, setiap kali muncul di panggung, Romo Roy selalu bersama sang dalang, yang diperankan oleh Emmanuel Handoyo, aktor kawakan di Teater Koma. Tentang lakon Sampek Engtay, teater yang didirikan Nano Riantiarno (almarhum) pada 1 Maret 1977 di Jakarta ini telah berkali-kali mementaskan lakon romansa percintaan dua insan bak Romeo dan Juliet karya William Shakerspiere, atau lakon Jawa Roro Mendut Pronocitro, juga Roro Anteng dan Joko Seger di Jawa Timur.
Pementasan lakon Sampek Engtay yang terakhir pada akhir Mei ini bertempat di Ciputra Artpreneur Theater. Pentas yang diprakarsai oleh PUKAT (Profesional dan Usahawan Katolik) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dan Komunitas Peduli Seminari ini bermaksud menghimpun dana untuk pendidikan para calon imam di Seminari Menengah Langgur, Amboina dan Komisi Seminari KWI.
Selain demi mendukung ‘penghimpunan dana bagi pendidikan para calon imam itu, Ketua Dewan Pengurus Dana Pensiun KWI dan Komisaris Utama PT Danita Oasis Lestari ini juga melihat eksistensi Teater Koma selama ini. “Mereka sudah solid dan punya nama,” tutur Romo Roy.
“Bahkan dari semua lakon yang pernah dipentaskan, lakon Sampek Engtay ini paling banyak mereka mainkan,” tambah pastor yang berpengalaman menangani keuangan Gereja ini.
BACA JUGA:
- Empat SMK Negeri Seni dan Budaya Gelar Pentas Budaya SMKI Nusantara
- Dr Raden Stevanus Apresiasi Gelar Budaya Unduh-Unduh di Klitren
- Barahmus DIY Siapkan Strategi Menghadapi Kompetisi Ekonomi Wisata dan Jasa
Saat menerima skrip/skenario, Romo Roy langsung memantapkan diri. Ada banyak dialog dan adegan yang harus ia pahami dan hapalkan. “Saya muncul di penggalan-penggalan yang tidak hanya memunculkan kelucuan. Juga ada bagian-bagian yang tertulis didalam skenario yang harus saya mainkan,” jelasnya.
Romo Roy mesti fokus pada proses berlatih. Selama dua bulan berlatih, seminggu dua kali, ia mengaku harus meninggalkan banyak agenda rapat dengan banyak pihak. “Rapat yang diadakan sore hari, ya saya terpaksa tidak bisa mengikuti,” ujarnya.
Di lakon Sampek Engtay yang berdurasi hampir tiga jam ini Romo Roy muncul setidaknya di lima adegan. Di antaranya pada saat adegan pembukaan, adegan Engtay berdandan, adegan Engtay menyamar, adegan Engtay mengungkapkan rahasia penyamarannya, adegan Engtay berdialog dengan sang ibu, dan adegan penutupan. Dan, salah satu keseriusan Romo Roy dalam berperan, adalah saat ia melakukan adegan menari dalam gerakan silat. Romo Roy pun berlatih Taichi. “Ya saya belajar di youtube,” ungkap Romo Roy.
Di balik panggung, Romo Roy pun mengikuti adegan per adegan. Romo Roy harus tahu alur cerita sampai dimana. Dan pada saatnya keluar panggung, dia pun siap.
Usai melakoni dua kali pertunjukan dalam sehari itu, Romo Roy mengaku lega dan senang. “Saya bermain teater dengan teman-teman berbagai agama. Dan selama berlatih, tidak ada gap antara saya, Romo Antara yang pendatang alias pemain cabutan ini, dengan mereka yang biasa bermain. Menyenangkan, dan memuaskan,” tutur Romo Roy.
Romo Roy juga merasa puas, setelah mengikuti latihan selama dua bulan mampu memainkan peran asisten dalang secara maksimal. “Senanglah. Tidak mengecewakan para undangan. Mereka banyak yang mengapresiasi,” tambah Romo Roy.
Romo Roy sempat mengaku kuatir, justru pada hari H pertunjukan ada masalah, misalnya tiba-tiba suara hilang atau tugas mendadak.
Saat ditanya, apakah ke depan akan bermain teater lagi, walaupun telah sukses berlakon di “Sampek Engtay’ ini, pastor Katolik ini mengaku belum tentu mau. “Tergantung intensi untuk apa. Dan saya tidak ingin dikenal sebagai pemain teater,” jawab Romo Roy, sambil tersenyum. (Anton Sumarjana)
There is no ads to display, Please add some