beritabernas.com – Dalam upaya mencegah stunting dengan tidak menikah muda atau tidak terlalu tua, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) bersama mitra kerja Komisi IX DPR RI menggencarkan Sosialisasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Bangga Kencana di Sendangadi, Sleman.
Hal itu dilakukan karena pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana menjadi program unggulan sekaligus sandaran pembangunan yang fokus untuk mewujudkan keluarga berkualitas, di antaranya melalui pencegahan dan penurunan stunting.
Upaya mencegah anak stunting bisa dilakukan dengan beragam cara, di antaranya memenuhi kebutuhan gizi saat kehamilan, memberikan ASI eksklusif pada anak usia 0-6 bulan dan memantau tumbuh kembang anak, mulai dari janin hingga anak usia 2 tahun atas 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Selain itu, pencegahan stunting adalah mengatur usia pernikahan.
“Jangan menikahkan anak di usia 19 tahun. Uusia ideal perempuan menikah minimal 21 tahun dan diperiksakan dulu perutnya, apakah sudah kuat belum untuk tidur bayi,” kata Anggota Komisi IX DPR RI H Sukamto dalam kegiatan sosialisasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Bangga Kencana di gedung Serbaguna Kelurahan Sendangadi, Mlati, Kabupaten Sleman, DIY, Sabtu 29 Juli 2023.
Menurut Sukamto, selain usia menikah tidak terlalu muda menikah juga disarankan jangan terlalu tua. Karena menikah di usia terlalu tua akan sangat beresiko saat kehamilan. Idealnya, bagi perempuan menikah ketika menginjak usia 21 tahun dan berhenti melahirkan anak di usia 35 tahun sehingga dapat merawat tumbuh kembang bayi secara optimal.
BACA JUGA:
- Bupati Sleman: Masalah Kesehatan Mental Remaja dan Mahasiswa Perlu Diwaspadai
- Menjaga Kesehatan Mental Mahasiswa Penting karena Berdampak pada Prestasi Akademik
- Ini Cara Membuat Lansia Tidak Tergantung Orang Lain dan Mandiri Sepanjang Hayat
- Arifin Panigoro Dialog Seri ke-6: Stop TBC di Tempat Kerja
Di samping pra nikah, upaya pencegahan anak stunting juga dilakukan saat mengandung dengan cara mencukupi asupan gizinya. Minimal mengonsumsi satu telur bahkan jika dibutuhkan dua telur per hari. Selain itu, harus merencanakan 2 anak cukup dengan kelahiran berjarak.
Sukamto pun mengimbau agar jangan melahirkan anak di tahun yang sama. Minimal jaraknya tiga tahun. “Misalnya anak pertama lahir bulan Januari,kemudian anak kedua Desember. Jangan. Punya anak cukup dua saja, tapi selang tiga tahun,” kata politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini.
Menurut Sukamt, perencanaan ini sangat penting agar anak tidak stunting. Generasi ini disiapkan dan diawasi mulai dari sekarang untuk menyongsong Indonesia emas tahun 2045 mendatang.
Sementara Inspektur Inspektorat Wilayah II BKKBN Pusat Sunarto mengatakan, idealnya menikah bagi laki-laki di usia 25 tahun dan bagi perempuan di usia 21 tahun meskipun usia menikah yang diatur pemerintah di usia 19 tahun.
Ia menekankan agar perempuan jangan menikah muda. Sebab, sebelum memasuki usia ideal tersebut, tubuh perempuan masih dalam masa pertumbuhan. Ketika menikah dan melahirkan tidak di usia ideal akan beresiko bagi bayi atau janin. Selain itu, jangan menikah terlalu tua.
“Jadi tolong dikondisikan, anak diberi pengertian untuk menikah di usia cukup, usia ideal. Kemudian jangan hamil terlalu sering dan jangan punya anak terlalu banyak. Ini untuk bersama-sama kita mendukung Indonesia emas 2045 melalui perencanaan keluarga,” kata dia.
Dikatakan, stunting bukanlah penyakit melainkan kondisi gagal tumbuh anak karena kekurangan asupan makanan bergizi dan infeksi kronis berulang dalam jangka waktu tertentu. Hal ini terutama pada periode emas atau seribu hari pertama kehidupan anak. Di fase emas kehidupan ini, anak dipastikan harus mendapatkan gizi tercukupi. Salah satunya melalui pemberian ASI eksklusif minimal di usia 0-6 bulan atau hingga maksimal anak 2 tahun.
Kepala Perwakilan BKKBN DIY Andi Ritamarini MPd mengatakan ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling cocok di anak usia 0-6 bulan. Sebab, di usia tersebut organ dalam anak masih dalam masa berkembang. Apalagi ASI sangat ekonomis karena tidak dijual, mudah dibawa-bawa dan soal gizi sudah pasti terpenuhi.
“Maka rugi bagi ibu yang melahirkan dan tidak memberikan ASI bagi anaknya. Karena ASI sangat baik bagi bayi. Jadi di usia 0-6 bulan, tolong jangan dikasih tambahan makanan lain karena ASI ini makanan yang paling sempurna,” kata Andi Ritamarini.
Sementara itu, Kabid Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga (K3) Dinas P3AP2KB Sleman M Daroji mengatakan, seribu hari pertama kehidupan bayi merupakan momentum paling penting untuk mencegah anak stunting. Sebab, itu merupakan fase emas kehidupan manusia di mana organ organ tubuh mulai terbentuk sehingga tumbuh kembangnya harus dijaga.
“Ketika fase emas ini terganggu dengan pola asuh yang kurang baik akan beresiko stunting. Karena itu, pada seribu hari pertama kehidupan bayi merupakan momen penting untuk menyiapkan generasi emas. Hasil audit terhadap kasus stunting di Kabupaten Sleman, faktor determinan dari stunting berkaitan erat dengan pola asuh. Mungkin karena keluarganya sibuk beraktifitas kerja. Kemudian anak dititipkan ART atau neneknya dan barangkali pemahaman pola asuh makanan yang dibutuhkan kadang kurang diperhatikan, sehingga terjadi kasus stunting. Ini harus diperhatikan betul,” katanya. (Ari Rheno Prakosa)
There is no ads to display, Please add some