beritabernas.com – Bagi kebanyakan publik perjumpaan dengan burung Sriti atau biasa disebut Swallow Bird di alam merupakan hal biasa dan lumrah. Mengingat burung dari keluarga Hirundinidae ini hidup bebas dan tersebar di seluruh dunia.
Namun bagi rohaniawan Katolik Romo Vincentius Kirjito Pr yang akrab disapa Romo Kirjito, perjumpaan dengan burung Sriti menjadi sesuatu yang unik. Burung yang senang bermanuver di udara dan berkelebat cepat itu menarik untuk diabadikan. Bentuk tubuh yang kecil dan gesit itu butuh sepersekian detik bisa ditangkap dan direkam mata lensa kamera foto.
Berbekal ketertarikan tersebut, Romo Kirjito mulai mengabadikan Sriti. Tidak banyak orang yang memedulikan keberadaan Sriti. Burung mungil ini mudah dijumpai dii sawah, di perkampungan, di kebun, di jalanan, di plafon gedung dan di banyak tempat. Sriti selalu hadir dan dekat dengan aktivitas kehidupan manusia dan alam.
“Burung ini unik, jika hujan Sriti tidak berteduh, mereka justru terlihat menari di tengah guyuran hujan,” kata Romo Kirjito mengawali obrolan dengan beritabernas.com, Kamis (23/11/2023) malam.
Dari kesan unik pada burung Sriti tersebut, Pastor Katolik yang ditahbiskan pada 25 Januari 1984 itu mulai hunting foto Sriti selama tiga tahun. Sejak masa pandemi Covid-19 pada 2021-2023, ia berburu Sriti di berbagai tempat di Jawa Tengah (Jateng). Dan membukukan foto-foto Sriti berbagai pose serta menggelar pameran foto burung Sriti bertema “Sayap Sayup Sriti” di Omah Kopi Mukidi kawasan Namburan Lor, Yogyakarta, 23 hingga 25 November 2023.
Dalam buku setebal xvi + 208 halaman, Kirjito membingkai setidaknya 250 foto Sriti berbagai gaya dan lokasi. “Perilaku Sriti itu mengingatkan kita untuk rendah hati (humility). Juga menyadarkan dalam hidup untuk terus bergerak (movement). Gerak yang penuh dengan keindahan,” ujar pastor yang lahir di Boro, 18 November 1953.
BACA JUGA:
- Tahun 2024 FKSS Menyiapkan 14 Program Merawat Sungai
- BBWSSO Melakukan Peningkatan Kapasitas Komunitas Sungai DIY
Kirjito pun mengaku semakin kagum pada Sriti ketika tertangkap lensa foto. Bulu Sriti tidak berwarna hitam saja, tapi penuh dengan warna-warni indah. Bahkan memiliki corak beragam. “Seperti hidup kita ini. Terkesan biasa saja dari luaran, tapi sesungguhnya, jika diamati penuh warna yang indah. Maka, jangan mudah percaya pada mata,” ajak Kirjito.
Dalam pameran foto tersebut juga dihadiri berbagai elemen masyarakat lintas usia, kolega dan sahabat Romo Kirjito. Dibuka dengan pementasan fragmen wayang kulit oleh dalang Agus Bimo Prayitno dari Klaten, Jateng dengan menceritakan kisah burung Sriti. Dilanjutkan dengan kesan-kesan dari para sahabat.
Peneliti Sosial Independent Dr.Riwanto Tirtosudarmo dalam catatan kurasinya, mengatakan, buku Sriti ini unik. Sosok Kirjito sangat peduli dengan lingkungan. “Sriti sebagaimana ditampilkan dalam bukunya ini, adalah representasi dari paling tidak tiga hal, yaitu teknologi, lingkungan, dan hidup yang sehat,” kata dia.
Hal lain yang penting, lanjut Riwanto, adalah masih guyubnya sebuah komunitas yang hidup dalam kesederhanaan di tengah masyarakat Indonesia yang berubah cepat menjadi masyarakat urban.
Perhelatan pameran foto dan launching buku Sriti tersebut juga sebagai momentum menandai ulang tahun Romo Kirjito yang ke-70 tahun. Semoga terus diberi kekuatan untuk berkarya. Dan bagai Sriti yang mampu melintas jaman sekaligus mudah beradaptasi dengan peradaban. (ag irawan)
There is no ads to display, Please add some