Cap Batik dengan Material Kertas Lebih Hemat dan Efisien Dibanding Menggunakan Tembaga

beritabernas.com – Menggunakan cap batik dengan material kertas jauh lebih hemat, lebih efisien dan ramah lingkungan dibanding menggunakan tembaga. Hal ini berdasarkan hasil kajian, survey dan uji coba yang dilakukan Tim Pengabdian Masyarakat Prodi Teknik Industri, FTI UII.

Menurut hasil kajian, survey dan uji coba tersebut, dengan menggunakan kertas untuk membuat cap batik, biaya yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 50.000 dan waktu produksi selama 2-3 jam.

Sementara pembuatan cap tembaga memerlukan biaya produksi sekitar Rp 950.000-Rp 1.300.000 dan membutuhkan waktu selama satu bulan.

Baca berita terkait: Inovasi Proses Produksi Batik Meningkatkan Daya Saing, Efisien dan Ramah Lingkungan

“Dengan melihat perbandingan biaya maupun jangka waktu proses pembuatan maka diperlukan sebuah solusi untuk dapat memenuhi permintaan konsumen dan menciptakan sebuah cap dengan harga murah dan tidak membutuhkan waktu lama,” kata Agus Mansur ST M.Eng.Sc, Dosen Jurusan Teknik Industri FTI UII yang juga salah satu anggota Tim Pengabdian Masyarakat Prodi Teknik Industri FTI UII pada jumpa pers secara daring, Senin 29 November 2022.

Agus Mansur S.T., M.Eng.Sc (kanan) dan Elan Worldailmi MSc,Dosen dan Anggota Tim Pengabdian Masyarakat Prodi Teknik Industri FTI UII. Foto: tangkapan layar zoom meeting

Menurut Agus Mansur, dibandingkan dengan penggunaan tembaga, ada perbedaan yang signifikan antara biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan cap, sehingga UMKM dapat terus memenuhi permintaan konsumen terkait dengan batik yang bervariasi.

Hal ini tentu sangat berkaitan dengan circular economy dimana Usaha kecil dan Menengah (UKM) menjadi lebih sadar akan keuntungan dari penutupan loop dan meningkatkan efisiensi sumber daya, seperti penghematan biaya, keunggulan kompetitif dan akses ke pasar baru.

“Program pengabdian ini telah menstimulus pergeseran dari linear economy ke circular economy di industri batik,” kata Agus Mansur.

Sementara itu, alat yang dibutuhkan untuk proses inovasi pembuatan cap berbahan kertas terdiri dari gunting, kertas MDF, pensil, penggaris dan lem Korea.

Langkah pembuatannya pertama-tama menyiapkan alat dan bahan, lalu melapisi kayu dengan potongan kertas MDF, memotong kertas MDF secara memanjang dengan lebar 1,5 cm, membuat pola batik, melapisi pola dengan potongan kertas MDF, menambahkan lem pada pola yang telah dilapisi kertas MDF, melakukan pengecekan pada pola tidak boleh ada kertas MDF yang renggang dan cap siap digunakan.

UKM Batik Arimbi dan Tim Pengabdian Masyarakat. Foto: Istimewa

Menurut Agus Mansur, dari hasil program pengabdian masyarakat yang dilakukan di UMKM Batik Arimbi di Plalangan, Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, DIY ini mendapat apresiasi sebagai juara 3 lomba poster dengan tema inovasi berbasis circular economy pada seminar nasional dan Kongres ISLI (Institute Supply Chain dan Logistik Indonesia) 2022.

ISLI merupakan perkumpulan para akademisi, peneliti maupun praktisi yang memiliki ketertarikan pada pengembangan keilmuan dan inovasi pada bidang ilmu supply chain dan logistik. Sementara Batik Arimbi merupakan UMKM yang terdiri dari ibu-ibu pengrajin batik yang mengikatkan diri dalam organisasi paguyuban UKM Batik dengan branding Batik Arimbi.

Perkumpulan batik ini menggunakan teknik membatik berbasis tulis dan cap. Produk yang paling dominan adalah batik berbasis cap.  Pada Batik Arimbi cap menggunakan material tembaga, sehingga harga pembuatan cap dengan material tembaga cukup mahal. (lip)
 


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *