Dr Stevanus Tolak Sebutan Natal dan Tahun Baru Disingkat Menjadi Nataru

beritabernas.com – Anggota DPRD DIY dari Partai Solidaritasi Indonesia (PSI) Dr Stevanus Christian Handoko S.Kom MM secara tegas menolak sebutan Natal dan Tahun Baru digabung atau disingkat menjadi Nataru.

Sebab, sebutan Natal dan Tahun Baru yang disingkat menjadi Nataru sangat tidak tepat dan menyesatkan. Bahkan menurut politisi muda PSI ini, penyebutan Natal dan Tahun Baru menjadi Nataru bisa dianggap sebagai bentuk penistaan terhadap hari besar keagamaan, terutama Agama Kristen Katolik dan Protestan maupun segala denominasinya.

“Saya menolak istilah Natal dan Tahun Baru digabung atau disingkat menjadi Nataru. Pengunaan singkatan Natura untuk menyebut Natal dan Tahun Baru di berbagai instansi pemerintahan, swasta dan media massa yang semakin masif sangat tidak tepat dan menyesatkan bahkan hal ini ada kecenderungan sebagai bentuk penistaan terhadap hari besar keagamaan,” tegas Caleg DPRD DIY dari Dapil Kota Yogyakarta atau DIY 1 untuk Pemilu 2024 ini.

Dr R Stevanus Christian Handoko S.Kom MM. Foto: Dok pribadi

Menurut Dr Stevanus, Natal adalah perayaan agama yang dirayakan oleh umat Katolik, Protestan dan segala denominasinya untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus, sebagai Juru Selamat Dunia. Natal jatuh pada tanggal 25 Desember setiap tahun. 

“Perayaan Natal memiliki makna mendalam bagi umat Kristen Katolik dan umat Kristen Protestan pada umumnya, karena melibatkan keyakinan terhadap kelaahiran Yesus Kristus yang diutus untuk menyelamatkan umat manusia,” kata Dr. Stevanus 

Dikatan, bagi umat Kristen Katolik dan Kristen Protestan bukan hanya merupakan perayaan kebahagiaan fisik, tetapi juga momen mendalam untuk merenungkan makna spiritual kelahiran Yesus Kristus dan menguatkan iman serta kasih terhadap sesama.

BACA JUGA:

Sedangkan Tahun Baru Masehi, menurut Dr Stevanus, bersifat sekuler dan tidak terkait dengan keagamaan tertentu. Penggabungan istilah dan kegiatan perayaan Natal dan Tahun Baru menjadi Nataru sangat disayangkan dan ada kecenderungan merendahkan dan menistakan perayaan suci keagamaan. 

“Saya berharap, khususnya di DIY tidak ada yang menggunakan istilah Nataru untuk menggantikan dan menggabungkan istilah Natal dan Tahun Baru. Tidak terbayang jika hari besar keagamaan lainnya juga diperlakukan sama dengan hanya memenggal beberapa huruf saja kemudian digabungkan dengan huruf dari event/kegiatan yang tidak ada hubungan dengan kegiatan agama yang bersangkutan kemudian menjadi istilah penyebutan yang baru,” kata Dr Stevanus. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *