Dyah Puspita Sari, dari Tarung Drajat ke Tarung Politik

beritabernas.com – Sosok yang tegap. Itulah Dyah Puspita Sari. Perempuan petarung yang menekuni olah raga beladiri Tarung Drajat. Dengan penguasaan tehnik menendang, mengunci dan sapuan kaki, dia bisa sangat agresif menundukkan lawan. Layak, Pita-demikian panggilan akrab Dyah Puspita Sari-kemudian menjalani profesi sebagai pengawal pribadi atau bodyguard. 

Pita, ‘Si Petarung’ ini berkisah, pernah bekerja menjadi Security Boshe VVIP Club di Jalan Magelang Yogyakarta dari 2007-2016. “Saya pernah jadi bodyguard service juga diperbantukan di Total Security ketika masih dipimpin alm Widodo sebagai Direktur,” tutur perempuan kelahiran Sleman 10 Maret 1986 ini. 

Pita mulai menjadi anggota Tarung Drajat sejak 2007. Hal yang paling berkesan adalah ketika ia bertarung dengan teman sendiri dalam rangka ujian tingkat kenaikan sabuk. Dalam berbagai kesempatan Pita mendapat bayaran dalam berbagai event pertarungan.  

Pita bersama sesama pengurus KONI Kabupaten Sleman cabang olah raga Tarung Drajat. Foto: Dok Pribadi

“Di angkatan saya belum ada pertandingan-pertandingan yang mendapatkan medali. Saya cuma berangkat biasa bayaran tarung bebas. Paling tinggi mendapat bayaran dua juta. Kalau sekarang model MMA,” kisahnya.

MMA (Mixed Martial Art) adalah seni pertarungan yang mencampurkan semua jurus beladiri, misal judo, karate, gulat, jitsu, dan lai-lain. Ini cabang olahraga beladiri yang sangat keras. Petarung boleh menendang, meninju, membanting, memiting dan sebagainya. 

Dengan pengalaman sebagai Petarung, Pita pun terpanggil untuk mengembangkan olahraga beladiri yang dibentuk oleh seorang lelaki Sunda bernama Achmad Drajat, pada 18 Juli 1972. Di Sleman, tempat Pita berkiprah, ia mengenalkan Tarung Drajat ke sekolah-sekolah bekerja sama dengan Ketua Tarung Drajat Sleman Dedih Kusnadi membuat SATLAT (sanggar) di masing-masing kapanewon.

“Kami mengenalkan Tarung Drajat kepada kaum milenial dan menjaring para atlet,” ujar pengurus KONI Sleman Cabang Olah Raga Tarung Drajat masa bhakti 2020-2024 ini. 

Kiprah lain yang terkait Tarung Drajat, Pita menjadi Ketua Yayasan Bergodo Lewung Sejati dari 2021, menjadi Anggota Baratikam DIY bidang jasa keamanan yang merekrut semua anggota dari Tarung Drajat  dari tahun 2018 sampai sekarang.

Pita bersama Pengurus dan atlet Tarung Drajat Kabupaten Sleman Foto: Dok Pribadi

Pita juga dipercaya menjadi Pembina Alumni Gayeng. Ini adalah tempat berhimpunnya para lulusan SMKN 1 Seyegan atau dikenal sebagai BoSSe : Bocah Seyegan, yang gemar tawuran. Walaupun Pita bukan alumni atau lulusan SMKN 1 Seyegan, namun ia diminta menjadi pembina mereka. Mealui berbagai upaya, Pita berhasil membina ‘rombongan klitih’ lulusan SMKN 1 Seyegan itu ke kegiatan yang positif. Setelah ‘dipegang Pita, karena ia bertanggungjawab penuh, pihak berwajib pun selalui memberi izin untuk berbagai kegiatan. 

Minat politik praktis

Selain menekuni dan mengembangkan olahraga Tarung Drajat, Pita juga berbisnis. Ia memiliki rumah makan di daerah Pogung yang menawarkan menu utama makanan penyetan. Nama rumah makannya adalah Omah Penyetan Sambal Huhhah, yang rintis sejak 2018. Istri Apri Widiantomo dan Bunda Aurelya Shafa Verolita dan Almeera Prita Berlian Ramadhania ini juga menjabat sebagai Direktur CV Sumber Wijaya Kusuma yang bergerak di bidang pengadaan barang dan jasa. 

Toh, Pita tak merasa cukup mengurusiolah raga dan bisnis. Ia mengaku terpanggil untuk masuk ke ranah politik praktis. Penyuka makanan soto ini mendaftar sebagai Calon Anggota Legislatif di Kabupaten Sleman, DIY. Ia maju lewat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). 

“Saya tertarik maju ke pencalegan karena ingin mengubah semua pola pikir dan tatanan di Sleman, terutama untuk PDI Perjuangan,” ujar Pita. 

Niat nyaleg ini pun mendapat dukungan penuh dari keluarga besar, terutama sang suami. “Mereka memberi arahan untuk saya maju berjuang dan semua demi masyarakat,” tekadnya.  

Pita dan sebagian Alumni Gayeng. Paling kanan Ketua Alumni Gayeng Foto: Dok Pribadi

Di antara kesibukannya Pita mengatur jadwal berkunjung ke tengah masyarakat. Ia menemui anggota masyarakat yang sama sekali belum tersentuh bantuan dari pemerintah. “Mereka tidak mampu dan harus diperjuangkan,” ujar Pita lagi. 

Yang menjadi perhatian Pita, saat ini adalah para kader, simpatisan dan konstituen yang di bawah, yang menurutnya, selama ini luput dari perhatian para anggota dewan. “Saya akan selalu menjaring aspirasi masyarakat melalui program-program yang ada di pemerintahan supaya selalu tersampaikan ke masyarakat di wilayah dapil, khususnya dan di wilayah Kabupaten Sleman pada umumnya,” demikian tekad penyuka warna merah itu. 

Soal nyali dan semangat, tidak perlu dipertanyakan. Matang sebagai Petarung di arena beladiri, tentu nyali dan semangat yang sama akan ditunjukkan Pita di arena politik praktis. Ia telah menyiapkan semua jurus yang mampu meraih simpati warga masyarakat di Dapil-nya. Dari Petarung Drajat, ke Petarung Politik, itulah Dyah Puspita Sari alias Pita. (Anton Sumarjana)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *