beritabernas.com – Duta Besar Palestina untuk Indonesia Dr Zuhair al-Shun menyebut situasi di Gaza, Palestina saat ini sebagai genosida terang-terangan. Karena itu, ia mendesak negara-negara Muslim dan kawasan Global South untuk meningkatkan tekanan politik dan ekonomi terhadap Israel dan para sekutunya.
““Israel adalah satu-satunya pihak yang tak berkomitmen pada perdamaian. Untuk itu, dunia tak bisa terus diam,” tegas Dr Zuhair al-Shun dalam diskusi dengan tema Palestina di Ambang Kebinasaan: Apa yang Harus Dilakukan? secara daring melalui Zoom Meeting pada Kamis 10 April 2025 pukul: 19.00-20.00 WIB.
Diskusi yang diinisiasi oleh Program Studi Hubungan Internasional UII bekerja sama dengan Universitas Islam Riau (UIR) dan Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) serta didukung oleh jaringan Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Swasta Islam se-Indonesia (BKSPTIS) dengan menghadirkan 7 narasumber ini diikuti oleh sedikitnya 250 peserta yang terdiri dari kalangan akademisi dan dari berbagai institusi dengan latar keilmuan yang peduli terhadap isu kemanusiaan global.

Dalam diskusi tersebut para narasumber maupun peserta melihat apa yang dilakukan Israel di Gaza, Palestina saat ini menunjukkan bahwa kemanusiaan seolah-olah kehilangan maknanya. Palestina di ambang pembinasaan karena terjadi tindakan genosida yang dilakukan Israel secara terang-terangan.
Dengan melihat kondisi di Gaza, Palestina saat ini, lalu apa yang harus dilakukan dunia? Selain tidak boleh diam, Irawan Jati PhD, salah satu narasumber dari UII menekankan perlunya sanksi internasional menyasar aspek fundamental Israel, seperti embargo ekonomi dan persenjataan.
BACA JUGA:
- UII Terus Menggalang Aksi Solidaritas Kemanusiaan untuk Palestina
- Melukis dan Membaca Puisi, Cara UII Menggugah Empati untuk Palestina
- Terkait Bencana Kemanusiaan di Palestina, Begini Sikap Mahasiswa UII
Sementara Farhan Abdul Majiid, juga dari UII, mengingatkan bahaya normalisasi pemindahan warga Palestina ke luar Gaza sebagai bentuk kolonialisme terselubung. Hal ini merujuk pada rencana Indonesia yang memindahkan sementara 1.000 warga Gaza ke Indonesia.
Menurut Dr Heri Herdiawanto (UAI), agresi Israel telah mencaplok lebih dari 50 persen wilayah Palestina dengan dukungan AS. Sementara Hadza Min Fadhli Robby, dari UII, selain memint adanya intervensi dari negara-negara Global South sebagai alternatif nyata, juga mengusulkan pembentukan entitas baru State of New Palestine.

Narasumber lainnya, Mohamad Rezky Utama dari UII, mengaitkan eskalasi di Gaza dengan pola sejarah Perang Dunia II. Ia menyebut bahwa konflik ini dapat meluas seiring dengan keterlibatan negara-negara besar. Karena itu, Dr Muhammad Arsy Ash Shiddiqy dari UIR menilai pentingnya kampanye pemakzulan Benjamin Netanyahu sebagai langkah membuka peluang perdamaian.
“Kemanusiaan hari ini seolah-olah kehilangan maknanya. Karena itu, dunia harus bersatu menunjukkan kepedulian terhadap rakyat Palestina,” ajak Prof Fathul Wahid ST MSc PhD, Rektor UII, saat membuka membuka diskusi.
Sementara Karina Utami Dewi, Ketua Program Studi Hubungan Internasional UII, yang memandu diskusi menegaskan bahwa perjuangan rakyat Palestina adalah cermin kepedulian global terhadap penghapusan penjajahan. Karena itu, ia mengajak masyarakat Indonesia untuk tak lelah menyuarakan kemerdekaan Palestina sebagai bagian dari tanggung jawab kemanusiaan. (lip)