beritabernas.com – Ketua Umum ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) yang juga Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo PhD mengatakan ada 3 hal penting yang menjadi perhatian terkait kondisi ekonomi Indonesia tahun 2023.
Ketiga hal itu, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, pertama kita tetap harus optimis terhadap kekuatan fundamental ekonomi Indonesia yang mulai pulih dari pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi nasional menunjukkan situasi yang masih aman dengan pertumbuhan dengan perkiraan akan tumbuh 4,5% sampai 5,3% pada tahun 2023.
Baca juga berita terkait: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Optimistis Tetap Positif
Menurut Gubernur BI, hal ini didukung oleh sektor konsumsi yang kuat, pemulihan investasi, keberhasilan program hilirisasi dan pembangunan infrastruktur. Inflasi juga menurun dalam 4 bulan terakhir. Sementara nilai rupiah diharapkan akan menguat ke arah yang fundamental. Defisit transaksi berjalan juga diharapkan mendekati nol sehingga cadangan devisa akan menguat dan adanya dukungan pertumbuhan ekonomi digital yang makin tumbuh.
Kedua, menurut Gubernur BI yang menjadi keynote speech dalam seminar Outlook Ekonomi Indonesia 2023: Strategi Kebijakan Ekonomi Indonesia 2023, Tumbuh Lebih Kuat dan Berkelanjutan, di FBE UII, perlunya waspada terhadap gejolak ekononomi global yang dipicu oleh gejolak geopolitik, melemahnya pertumbuhan ekonomi, inflasi yang tinggi dan potensi capital outflow yang meningkat.
Dan ketiga, perlunya memperkuat sinergi dan kolaborasi antara pemangku kepentingan yaitu para pelaku usaha, akademisi dan pemangku kebijakan, baik di tingkat nasional dan daerah.
Untuk itu, Bank Indonesia telah menyiapkan serangkaian 5 bauran kebijakan, yang satu bersifat bauran kebijakan fiskal-moneter kontraktif untuk mendorong stabilitas ekonomi dan 4 kebijakan untuk mendorong pertumbuhan (pro growth) dalam bentuk sinergi sektor keuangan dan riil, transformasi sektor keuangan, digitalisasi ekonomi dan keuangan serta pengembangan sistem ekonomi keuangan inklusif.
Seminar yang diadakan oleh Fakultas Bisnis daan Ekonomi (FBE) UII bekerjasama dengan ISEI DIY ini, menurut Priyonggo Suseno PhD, Ketua Panitia Seminar, dilatarbelakangi oleh adanya isu ekonomi strategis nasional maupun global yang sedang melemah sejak pandemi Covid 19 tahun 2020 yang belum berakhir hingga saat ini.
Dikatakan, ekspektasi terjadinya resesi ekonomi global tahun 2003 masih menjadi tanda tanya bagi Indonesia akankah negeri ini turut terbawa pada resesi. Harapan Bank Indonesia tahun 2003 hanya terjadi perlambatan, tidak sampai kepada resesi ekonomi.
Pada satu sisi perekonomian Indonesia dipandang cukup kuat menghadapi situasi ketidakpastian 2023 dengan fenomena pertumbuhan ekonomi yang masih stabil 5,44% di triwulan kedua Tahun 2022. Ci sisi lain badai pandemi Covid 19 belum berakhir dan ekonomi dunia saat ini menghadapi badai stagflasi yang semakin dalam dengan meningkatnya risiko krisis keuangan.
Menurut Priyonggo Suseno, kekhawatiran akan datangnya putaran lain dari resesi global meningkat. Prakiraan IMF untuk pertumbuhan PDB global akan melambat dari 6 persen pada 2021 menjadi 3,2% pada 2022 dan 2,7% pada 2023.
Beberapa mitra dagangan penting RI seperti China, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa diyakini akan mengalami perlambatan pertumbuhan pada 2023. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap ekspor Indonesia yang cukup memberi daya dukung terhadap pembentukan produk domestik bruto.
“Seminar outlook ekonomi Indonesia 2003 ini dimaksudkan untuk membedah tuntas dari potensi dan tantangan ekonomi Indonesia 2023 dari perspektif akademik, perspektif kebijakan atau regulasi maupun perspektif praktisi bisnis. Dengan ketiga perspektif ini diharapkan akan terpotret bagaimana prediksi ekonomi Indonesia 2023 dan strategi kebijakan yang tepat untuk Indonesia tetap tumbuh dan berkelanjutan,” kata Priyonggo Suseno dalam jumpa pers usai seminar. (lip)
There is no ads to display, Please add some