Hj R Ngt Susilawati Susmono: Pancasila Mengandung Nilai Kehidupan yang Holistik

beritabernas.com – Pendiri ISAQTM© Center Nyi Hj R Ngt Susilawati Susmono mengatakan, Pancasila mengandung nilai-nilai kehidupan yang holistik atau menyeluruh. Sehingga para pendiri bangsa memutuskan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

“Pancasila mengandung nilai-nilai dan hakikat dari seluruh simbol yang terdapat pada titik sentral burung garuda atau Garuda Pancasila serta mengandung nilai-nilai dan hakikat dalam lagu Garuda Pancasila. Pancasila mengandung pancaran cahaya yang besar menjadi yang terbaik sebagai dasar negara Indonesia dan mengandung kekuatan. Pancasila sakti tetaplah sakti,” kata Nyi Hj R Ngt Susilawati Susmono dalam workshop tentang Kematangan Pancasila di Ruang Nakula, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY, Rabu 4 Oktober 2023.

Workshop Kematangan Pancasila yang diikuti sedikitnya 70 peserta ini diadakan oleh Lembaga Pendidikan Tinggi Ilmu Tauhid (LPTIT) Tunas Sejati yang berada di bawah naungan Yayasan Tunas Sejati (YTS) sebagai rangkaian kegiatan untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2023. Workshop ini didukung oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY.

Nyi Hj R Ngt Susilawati Susmono (kedua dari kiri) memaparkan materi dalam workshop. Foto: Istimewa

Menurut Nyi Hj R Ngt Susilawati Susmono yang juga pemilik Museum Serat Holistik Kehidupan Susilawati Susmono di Yogyakarta ini, tuntunan murni dalam ber-Pancasila dapat dianalogikan dengan 12 manfaat kemurnian kelapa. Pancasila dapat berperan satu nilai sampai 12 nilai kebutuhan tergantung sejauh mana menggali, memaknai dan membutuhkannya.

Karena itu perlu dievaluasi apakah Pancasila sudah menjadi kebutuhan yang mendesak. Dan 12 analogi ber-Pancasila harus terus dilakukan dan wajib berproses sesuai petuah Tata, Titi, Titis, Tetep, Tutup, Tuntas. Kemudian, terus wujudkan ekosistem berkehidupan mengandung nilai-nilai luhur Pancasila, menyiapkan kader pemimpin berwatak Pancasila.

Peradaban mundur

Sementara Kepala Badan Kesbangpol DIY Dewo Isnu Broto Imam Santoso SH dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Bagas Senoadji ATD MT, Kepala Bidang Politik dalam Negeri Badan Kesbangpol DIY mengatakan, perkembangan fenomena politik, sosial, ekonomi dan budaya di Indonesia dalam beberapa waktu belakangan ini, menurut para pengamat dan ahli, bahwa bangsa Indonesia tengah tidak baik-baik saja.

Maraknya fenomena pertikaian antar kelompok, konflik antara identitas, diskriminasi, kasus intoleransi keberagaman keyakinan agama menjadi berita yang cukup sering muncul di media massa. Isu-isu yang lebih laten seperti pembangkangan ideologi, antipati terhadap produk-produk budaya lokal, hingga kebencian terhadap perbedaan semakin lama semakin kental tumbuh di tengah masyarakat.

Menurut Dewo Isnu Broto, fenomena tersebut termanifestasi secara nyata ketika kita melihat kembali proyeksi cita-cita luhur bangsa dan apa yang dialami oleh setiap warga negara yakni memudarnya wawasan kebangsaan nasionalisme dan patriotisme.

BACA JUGA:

“Lunturnya tiga hal ini disinyalir, cepat atau lambat, akan membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mundur secara peradaban di tengah perkembangan kemajuan zaman. Zaman semakin maju namun peradaban suatu bangsa bisa jadi mundur. Gambaran kegelisahan di atas sungguh masuk akal dan faktual. Bangsa kita tengah mengalami krisis multidimensional yang sifatnya saling terkait dan akan berdampak secara sistemik,” kata Dewo Isnu Broto.

Bagas Senoadji ATD MT, Kepala Bidang Politik dalam Negeri Badan Kesbangpol DIY, saat membacakan sambutan tertulis Kepala Badan Kesbangpol DIY Dewo Isnu Broto Imam Santoso SH dalam workshop, Rabu 4 Oktober 2023. Foto: Istimewa

Dikatakan, krisis ekonomi yang tidak berujung dewasa ini baik di tataran dunia dan khususnya bangsa Indonesia akan berdampak pada krisis sosial dan politik. Hal ini akan mempengaruhi sulitnya dalam upaya pemulihan ekonomi. Konflik horizontal dan vertikal yang terjadi dalam kehidupan bangsa ini merupakan salah satu akibat dari krisis peradaban. Munculnya konflik-konflik dan masalah-masalah baru melahirkan ancaman disintegrasi bangsa.

Penyelesaian masalah tersebut merupakan lingkaran setan krisis yang mau tidak mau harus segera diputus mata rantainya. Kondisi krisis multidimensional tersebut akan berdampak dengan munculnya tanda-tanda krisis kepercayaan diri dan rasa hormat diri sebagai bangsa. Krisis kepercayaan sebagai bangsa dapat berupa keraguan terhadap kemampuan diri sendiri bangsa untuk mengatasi persoalan-persoalan mendasar yang terus-menerus datang, seolah-olah tidak ada habis-habisnya didera oleh bangsa Indonesia.

Lebih dalam lagi timbul pertanyaan mengapa akhir-akhir ini wawasan kebangsaan menjadi banyak dipersoalkan. Apabila kita mendalami dan menangkap berbagai fenomena di tengah masyarakat sangat mungkin menjadi keprihatinan kita bersama. Pertama, ada kesan seakan-akan semangat kebangsaan telah menjadi dangkal terutama di kalangan generasi muda. Hal ini ditunjukkan dengan lunturnya implementasi dari nilai-nilai falsafah kearifan lokal yang seringkali ditandai dengan sikap dan perilaku materialis hedonis, konsumtif dan intoleran yang jauh dari budaya adiluhung bangsa Indonesia serta dapat mengubah idealisme kita dalam berbangsa dan bernegara.

Kedua, ada kekhawatiran ancaman perpecahan disintegrasi kebangsaan dengan melihat gejala di mana paham kebangsaan merosot menjadi paham individualis kelompok, kesukuan atau keagamaan. Ketiga, ada keprihatinan tentang adanya upaya untuk mengubah pandangan hidup bangsa penjajahan identitas, penjajahan intelektual, penjajahan mental seperti yang disebut oleh Samuel Huntington dalam tulisannya Clash of Civilization bahwa perang masa kini senjata utamanya bukan lagi senapan melainkan identitas, ideologi bahkan agama.

Ir Hj Sandra Rina Sahelangi MBA (kanan), Ketua Yayasan Riyadhatul Ihsan. Foto: Istimewa

Karena itu, melalui diskusi ini kita diharapkan untuk menguatkan kembali kedalaman wawasan kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme khususnya bagi generasi muda, generasi pemutus mata rantai lingkaran setan krisis di Tanah Air ini.

Menurut Dewo Isnu Broto, keberadaan Pancasila sesungguhnya merupakan modal dasar bagi manusia Indonesia sebagai tuntunan atau pandangan hidup dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan untuk keluar dari berbagai macam penyimpangan yang terjadi saat ini.

Pentingnya peran pengamalan Pancasila dalam kehidupan yang saat ini telah diuraikan secara konprehensif oleh Ibu Hj R Ngt Susilawati dalam bukunya Pancasila dan Kesaktiannya semoga menjadi pencerah ataupun menjadi solusi dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang muncul dewasa ini di Indonesia.

“Kehadiran buku ini dapat membuka ruang kesadaran sehingga nilai-nilai luhur Pancasila mampu membentuk karakter masyarakat Indonesia dengan mewarisi semangat dan kemuliaan budi pekerti para pendahulu bangsa,” kata Dewo Isnu Broto. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *