beritabernas.com – Keluarga merupakan unit terkecil dalam satuan masyarakat. Selain itu, keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak sejak lahir di dunia.
Karena itu keluarga memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan nilai kehidupan pada anak. Di dalam keluarga, pendidikan berjalan atas dasar kesadaran moral sejati antar orangtua dengan anak. Sebagai lingkungan yang paling akrab dengan anak, keluarga memiliki peran sangat penting dan strategis bagi penyadaran, penanaman dan pengembangan karakter anak.
Hal itu disampaikan oleh CB Ismulyadi SS M.Hum, Penyelenggara Katolik Kemenag Kabupaten Sleman, dalam acara Pembinaan Keluarga Katolik yang Berwawasan Moderasi Beragama Angkatan 1, Sabtu 20 April 2024.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Java Village, Pandowoharjo, Sleman, DIY yang diikuti 80 orang suami istri (40 keluarga) dari Gereja Katolik Paroki Santo Aloysius Gonzaga, Mlati dan Gereja Katolik Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung.
Dalam kegiatan dengan tema Bertemu yang Berbeda itu menghadirkan narasumber Sr Agnes Samosir FCJ (Koordinator FCJ Outreach), Markus Mardius (Trainer, Coach dan Fasilitator), Pastor Paulus Erwin Sasmita Pr (Staf Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan) dan MY Retnowati Iskandar (Penggerak Kemasyarakatan Lintas Iman).
Menurut CB Ismulyadi, Penyelenggara Katolik merupakan salah satu unit kerja di Kementerian Agama Kabupaten Sleman. Salah satu program yang dilakukan adalah pembinaan keluarga Katolik di Kabupaten Sleman.
Dikatakan CB Ismulyadi, keluarga merupakan unit terkecil dalam satuan masyarakat dan merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak sejak lahir di dunia. Oleh karena itu, keluarga memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan nilai kehidupan pada anak.
“Di dalam keluarga, pendidikan berjalan atas dasar kesadaran moral sejati antar orangtua dengan anak. Sebagai lingkungan yang paling akrab dengan anak, keluarga memiliki peran sangat penting dan strategis bagi penyadaran, penanaman dan pengembangan karakter anak,” kata Ismulyadi.
BACA JUGA:
- Bupati Sleman Ajak Prodiakon Bersama-sama Membangun Sleman
- Kemenag Sleman Serahkan Bantuan Kitab Suci untuk Umat Gereja Paroki Babadan
Sementara Sr Agnes FCJ yang menyampaikan materi tentang Pengantar dan Spiritualitas Keluarga mengatakan, konflik lahir secara alamiah. Perbedaan pandangan hidup, iman, pola pikir dan perilaku adalah bagian dari pengalaman hidup kita sebagai manusia.
Menurut Sr Agnes, konflik itu wajar karena manusia melihat dunia melalui kaca mata masing-masing, sehingga diantisipasi ada saat-saat cara melihat dunia itu tidak cocok. Ketika konflik muncul dalam keluarga, kelompok atau masyarakat, ada dua pandangan yang dapat diambil.
“Kita bisa melihat konflik itu sebagai keadaan yang menyusahkan bahkan menakutkan, membuat kita rapuh dan menderita di mana orang mengambil kesempatan untuk menghakimi, mempermalukan atau menyalahkan. Atau kita bisa melihatnya sebagai kesempatan belajar, bertumbuh, membangun relasi yang lebih sejati dan harmonis,” kata Sr Agnes.
Pastor Paulus Erwin Sasmita Pr dengan materi Perbedaan Pribadi dan Relasi dalam Keluarga mengajak peserta untuk menghubungkan antara perbedaaan yang ada. Kita akan mengenal beberapa tipe kepribadian. Melalui tes dengan menggunakan metode MBTI, peserta memgetahui 16 ciri kepribadian yang membuat seseorang begitu berbeda dengan orang lain.
“Salah satu pemicu konflik adalah tidak memahami perbedaan pribadi. Beberapa orang lebih terbuka daripada yang lain, sementara beberapa orang lebih pendiam. Beberapa orang merasa nyaman untuk tetap berada di belakang layar. Beberapa orang lebih analitis atau lebih kreatif, sementara yang lain lebih menyenangi kestabilan. Apa yang membuat setiap orang unik adalah kombinasi dari ciri-ciri kepribadian mereka,” tutur Pastor Erwin.
Sedangkan Markus Mardius yang manyampai materi Komunikasi Keluarga mengajak pasangan suami istri untuk mengetahui model komunikasi tipe E/I (Ekstrovert/Introvert), S/In (Sensing/Intuition), T/F (Thinking/Feeling), P/J (Perceiveng/Judging) dan menerapkan tipe komunikasi asertif, agresif, submisif.
Menurut Markus Mardius, kita juga perlu mengetahui kendala komunikasi, misalnya bahasa, kepercayaan, pendidikan, budaya. “Kunci komunikasi adalah ketika kita memahami kepribadian kita. Kita perlu menempatkan diri ketika berelasi dengan orang lain dan atau pasangan yang memiliki tipe kepribadian berbeda dengan diri kita,” tuturnya.
Sementara MY Retnowati Iskandar membagikan secara singkat pengalaman keterlibatannya dalam masyarakat sekitar, termasuk dalam kepengurusan di lingkup RT, PKK RT/RW dan beberapa institusi sosial. Ia terlibat aktif dalam kegiatan ini untuk membaur dalam masyarakat, melayani dan bertemu dengan yang berbeda serta memperluas jaringan dan persaudaraan.
”Saya menyadari bahwa perbedaan terjadi di segala segi kehidupan, termasuk beda suku, agama dan strata sosial, gender, dan lain-lain, maka hal ini merupakan suatu tantangan dalam membuat perbedaan menjadi indah dalam kehidupan bermasyarakat. Saya dilahirkan sebagai orang Tionghoa, beragama Katolik dan berstatus sosial menengah ke atas. Tantangan yang paling besar saya hadapi adalah perbedaan ras dan agama meski saya 100% orang Indonesia,” kata MY Retnowati Iskandar.
Beberapa peserta mengutarakan motivasi dan kesan mengikuti kegiatan pembinaan ini. Ginung dari Gereja Katolik Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung mengaku sudah menunggu-nunggu kegiatan seperti ini. “Meskipun sudah menjalani hidup berkeluarga selama 30 tahun, saya masih ingin memperdalam komunikasi dengan pasangan,” katanya.
Ibu Merliana Kurniati dari Paroki Gereja Katolik Paroki Santo Aloysius Gonzaga, Mlati mengaku merasa senang mengikuti kegiatan ini. Ia ingin mendapatkan pengetahuan dan peneguhan, terutama bisa saling memahami perbedaan dan mengatasinya. “Saya berharap, keluarga saya menjadi lebih tenteram dan damai,” katanya.
Pada akhir acara, para pasangan suami istri diundang untuk menulis niat/komitmen, mempersembahkan bunga mawar dan bendera Merah Putih. Proses ini menandakan semangat pembaruan diri untuk membawa damai bagi dan dalam keluarga, masyarakat, dan negara. (lip)
There is no ads to display, Please add some