beritabernas.com – Guru ekstrakurikuler bidang jurnalistik SMA BOPKRI 1 (Bosa) Yogyakarta Ignatius Adje Rachmadji Primantoro yang akrab disapa Pak Aji meninggal dunia di RS Akademik (RSA) UGM pada Minggu 14 Januari 2024 pukul 10.30 WIB. Ia meninggal dalam usia 65 tahun.
Menurut rencana, jenasah Pak Aji yang juga mantan wartawan harian Berita Nasional tahun 1980-an dan menjadi guru bidang jurnalistik di berbagai sekolah menengah, termasuk di SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, dimakamkan di makam keluarga di Solo, Jawa Tengah pada Senin 15 Januari 2024 dan berangkat dari rumah duka pukul 10.00 WIB. Saat ini, jenasah almarhum disemayamkan di kediamannya di Sumberan RT 03/RW 07 Sumberagung, Moyudan, Sleman, DIY.
Menurut salah seorang adik almarhum, Anis Rachmania SS ketika ditemui beritabernas.com di rumah duka, Minggu 14 Januari 2024 sore, almarhum mengalami sakit paru-paru dan sempat dirawat di RSA UGM selama 10 hari hingga akhir hayatnya.
“Kakak saya, Mas Aji, sebenarnya beberapa kali opname di RS karena sakit paru-paru tapi biasanya cuma dua atau 3 hari di RS lalu pulang. Namun kali ini opname cukup lama sampai 10 hari di RS hingga dipanggil Tuhan,” kata Anis Rachmania.
Pak Aji merupakan anak pertama/sulung dari 6 bersaudara. Kelima adiknya adalah berturut-turut Anis Rachmania, Rachmayanto Tersiawan, Lilis Rachmawati Q, Rachmanadi PE dan Amy Kusuma W yang saat ini tinggal di Australia bersama sang suami Dave Edidenburg.
Kesetiaan dan totalitas
Kepala SMA BOPKRI 1 (Bosa) Yogyakarta Sartana S.PAK MPd ketika diminta kesan-kesannya mengatakan bahwa Pak Aji merupakan seorang sosok yang memiliki kesetiaan dan totalitas dalam berkarya. Pengalamannya yang luar biasa di bidang jurnalistik dicurahkan semua kepada anak-anak binaan dan yang dilatih dalam kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik.
BACA JUGA:
- Kalahkan SMA Muhi di Final, SMA BOPKRI I Yogyakarta Juara DBL untuk ke-9 Kali
- Hadiri Reuni Alumni, Ganjar Pranowo Lihat Bekas Ruang Kelasnya di SMA BOPKRI 1 Yogyakarta
Hasilnya pun, menurut Sartana, sangat luar biasa. Prestasi SMA Bosa di bidang jurnalistik selama dalam pendampingan Pak Aji sangat baik. Bahkan karya terbaik anak-ana SMA Bosa di bawah bimbingan dan pendampingan Pak Aji adalah MABOSA (Majalah Bosa) sampai pernah meraih juara nasional.
“MABOSA merupakan majalah yang dinobatkan sebagai karya terbaik siswa di bidang penulisan dan penerbitan majalah sekolah. Ini di bawah bimbingan Pak Aji. Bahkan Majalah BOSA selalu dinanti oleh para pembacanya sampai hari ini,” kata Sartana.
Menurut Sartana, Pak Aji sudah mengajar di SMA Bosa jauh sebelum ia menjadi guru di SMA Bosa tahun 1995. “Saat saya PPL di SMA Bosa, beliau sudah mengajar di SMA Bosa. Jadi beliau sangat senior. Anak-anak SMA Bosa yang pernah diasuhnya merasa kehilangan, termasuk SMA Bosa kehilangan sosok pendamping sekaligus guru jurnalistik terbaik yang pernah dipunyai oleh SMA Bosa,” kata Sartana.
Dari pengamatan beritabernas.com di rumah duka, Minggu sore, puluhan mantan siswa/siswi SMA Bosa yang pernah dibimbing dan dibina oleh Pak Aji di bidang jurnalistik, datang melayat. Meski sudah kuliah di berbagai perguruan tinggi bahkan ada yang sudah bekerja di berbagai tempat, mereka menyempatkan diri untuk melayat sang guru jurnalistik yang hebat. Bahkan beberapa di antaranya tampak menangis karena merasa kehilangan sosok yang berjasa mengantarkan mereka berprestasi, memiliki keahlian dan ketrampilan di bidang jurnalistik.
Soal kesetiaan dan totalitas dalam berkarya juga diakui oleh adik Pak Aji, Anis Rachmania. Menurut Anis, ia sering melihat Pak Aji tidur larut malam menyelesaikan pekerjaan. Pak Aji juga mengajar bidang yang sama di berbagai sekolah seperti di SMA Katolik Van Lith Muntilan, SMA Pangudi Luhur (PL) Sedayu dan sebagainya. (lip)
There is no ads to display, Please add some