Konggres XXII Tamansiswa Momen untuk Bangkit dan Berpaling ke Sistem Among

beritabernas.com – Konggres XXII Perguruan Tamansiswa yang digelar di Yogyakarta pada 25-28 Oktober 2022 memiliki peran yang sangat strategis. Selain digelar pada awal abad kedua usia Perguruan Tamansiswa, Konggres XXII tahun 2022 ini menjadi momen penting untuk kembali ke Sistem Among yang dicetuskan Pendiri Perguruan Tamansiswa Ki Hadjar Dewantara.

Demikian poin penting yang mengemuka dalam cara bedah buku berjudul Berpaling kepada Sistem Among karya Ki Bambang Widodo SPd MPd di Hall Auditorium Gedung Pusat UST (Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa) Yogyakarta, Selasa 25 Oktober 2022.

Baca juga:

Ketua Dewan Pendidikan DIY Prof Dr Sutrisna Wibawa MPd selaku salah satu pembedah buku karya Ki Bambang Widodo mengatakan, terbitnya buku berjudul Berpaling kepada Sistem Among bertepatan dengan awal abad kedua usia Perguruan Tamansiswa merupakan momen yang tepat. Apalagi penerbitan buku ini bertepatan dengan pelaksanaan Konggres XXII Perguruan Tamansiswa.

Bedah buku berjudul Berpaling kepada Sistem Among karya Ki Bambang Widodo SPd MPd di Hall Auditorium Gedung Pusat UST (Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa) Yogyakarta, Selasa 25 Oktober 2022. Foto: Phillipus Jehamun/ beritabernas.com

Hal ini untuk mengingatkan seluruh insan Tamansiswa maupun masyarakat secara keseluruhan bahwa konsep pendidikan yang dikembangkan di Indonesia sebenarnya bersumber pada Perguruan Tamansiswa. Karena itu, konsep pendidikan Tamansiswa menjadi salah satu referensi untuk konsep pendidikan khas DIY yang saat ini tengah disusun.

“Bagaimana pendidikan khas DIY ke depan, salah sumber referensinya kami ambil dari konsep pendidikan Tamansiswa, selain dari Muhammadiyah, NU dan konsep pendidikan Eropa,” kata Sutrisna Wibawa.

Menurut mantan Rektor UNY ini, kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sebenarnya mengadopsi filosofi konsep pendidikan Tamansiswa yang Tut Wuri Handayani. Dalam konsep ini, anak diberi kebebasan untuk mengembangkan kreatifitas dan kemampuan sesuai minat dan bakatnya.

Tokoh Tamansiswa foto bersama dengan pembedah dan penulis buku. Foto: Philipus Jehamun/ beritabernas.com

“Orangtua dan guru hanya mendampingi, sementara anak didik bebas menentukan. Tut Wuri Handayani memberi kebebasan yang luas selama tidak ada bahaya yang mengancam anak-anak. Inilah sistem among yang sekarang digunakan dalam konsep merdeka belajar yang memberi keleluasaan pada anak-anak,” kata Sutrisna Wibawa.

Sementara Ketua PKBTS Ki Dr drh Munawaroh menyambut baik diterbitkannya buku Berpaling kepada Sistem Among ini sebagai bekal atau pegangan bagi para peserta Konggres XXII Tamansiswa. Karena buku ini berisi konsep-konsep pendidikan Tamansiswa yang sebagain terlupakan untuk diterapkan dalam pendidikan di lingkungan Tamansiswa.

Rektor UST Ki Prof Drs Pardimi MPd mengatakan, buku ini untuk menggugah kembali kesadaran keluarga besar Tamansiswa bahwa pendidikan dan kebudayaan merupakan inti dari Tamansiswa. Kedua hal itu saling berkaitan.

Suasana acara bedah buku. Foto: Philipus Jehamun/ beritabernas.com

Prof Pardimin pun meminta keluarga besar Tamansiswa untuk tetap semangat agar Tamansiswa kembali bangkit dan maju seperti sedikitakala. Kuncinya adalah adanya kekompakan, saling membantu, rukun dan tidak saling menyalahkan apalagi menjatuhkan satu sama lain. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *